Di tengah semilir angin malam Kota Bandung, Raquelle Luvena hidup dalam kedamaian sederhana. Gadis polos dengan senyuman lembut itu tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seorang lelaki akan mengubah segalanya.
Reyyan Devara Aldrich bukan se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🪐🪐🪐
Papa Zoe yang mendengar itu mendengus pelan, ia tidak bisa menolaknya. "Iya-iya, Ell nginep di rumah." Ucap Papa Zoe dengan nada pasrah.
Senyum mulai terukir di bibir Mama Lily, "nah gini dong baru bener." Wanita yang sudah berumur itu tersenyum sumringah.
"Iya, Sayang." Papa Zoe mencium dahi istrinya dengan lembut.
"Nggak usah bucin di mata Rey bisa, gak?" cibir Rey sembari merapikan rambutnya dan mengambil kunci mobil yang sempat ia taruh di meja dekat kasur gadisnya.
"Halah, paling biasanya kamu juga bucin sama Ell."
"Mama kok tau? Mama pasti mata-mata kalau Rey lagi jalan sama Ell."
"Nggak ya! Sok tau bener," jawab Mama Lily dengan nada sewot nya.
"Sstt udah diem, Rey mendingan kamu langsung ke markas aja deh. Takutnya nanti Kalea lepas lagi," lerai Papa Zoe. Memang Papa Zoe ini penengah diantara istrinya dan anaknya ketika mereka berdua sedang bertengkar.
"Iya juga, ya udah Rey mau ke markas langsung." Balas Rey lalu mencium tangan kedua orang tuanya.
Saat ingin keluar dari kamar inap gadisnya langkah Rey terhenti karena Mama Lily yang memanggilnya.
"Tunggu, Rey!"
"Kenapa lagi, Ma?" tanya Rey sembari membalikkan badannya ke arah Mama nya.
"Ini Ell istirahat di kamar kamu?" tanya Mama Lily karena seingatnya di rumah kamarnya hanya sedikit dan itu pun sudah tidak ada yang kosong semua, karena sudah terisi oleh pembantu-pembantu yang berkerja di rumah.
"Iya dong, Ma."
"Loh nggak usah sekamar juga dong, Rey."
"Ya udah, biar Rey yang tidur di sofa aja." Balas Rey dengan nada pasrah nya.
"Mending tidur di ruang tamu aja, Rey. Ell biar di kamar kamu." Ujar Papa Zoe menimpali pembicaraan kedua orang yang di depannya.
"Ya nggak bisa gitu dong, itu kan kamar Rey. Kenapa jadi seolah-olah Rey diusir dari kamar Rey sendiri sih, Pa?"
"Kan kamu sendiri yang mau Ell tinggal di rumah."
"Ma, lihat Papa tuh. Masa giniin anak sendiri?" Cepu Rey dengan nada manjanya sembari memeluk mamanya.
"Enak aja peluk-peluk istri gue, minggir lo." Balas Papa Zoe lalu menarik tangan Rey yang memeluk istrinya.
"Stop! Udah lah Sayang, nggak papa biar Rey tidur di sofa kamarnya." Lerai Mama Lily seraya menganggukkan kepalanya tanda meyakinkan suaminya.