Maira berdiri di depan pagar pembatas pintu kedatangan. Debaran jantungnya begitu cepat, perpaduan rasa gugup dan senang. Tangan dan kakinya pun terasa dingin. Ia terus menggenggam tali tas makin erat demi menekan rasa gugupnya. Sementara, matanya tertuju ke salah satu sudut di mana makin banyak orang keluar dari balik tembok.
Mata Maira berbinar bahagia ketika melihat pria yang begitu ia cintai, berjalan menuju pintu keluar sambil mendorong sebuah troli berisi beberapa koper. Seorang wanita berseragam perawat, mendorong kursi roda dan berjalan di samping Ben. Ibu Ben duduk diam di kursi roda dengan tatapan kosong, sedangkan Ben—yang melihat ke arah Maira—langsung tersenyum lebar dan mempercepat langkahnya.
"Ben." Suara Maira bergetar ketika pria itu berdiri tepat di depannya. Ia berusaha keras menahan kerinduan yang mulai tak terbendung. Tak ada yang tahu betapa Maira sangat merindukan Ben. Baru saja sehari tak bertemu, perasaannya sudah gundah gulana. Bagaimana kalau satu bulan? batin Maira nelangsa.
Seolah-olah mampu merasakan kerisauannya, Ben langsung membelai lembut wajah Maira. Seketika itu pula, air matanya menetes. Saat ini, Maira tak mampu lagi menahan perasaannya. Ia merindukan Ben. Sangat!
"Aku pulang, Sayang," ucap Ben lembut yang membuat air mata Maira makin berderai. Ia mencoba kuat, tetapi tidak bisa. Maira tidak bisa berbohong. Ia tahu kalau dirinya tidak akan bisa jauh dari Ben.
Maira mengangguk lemah seraya mengusap air matanya. Tak ingin membuang waktu hanya dengan menangis, Maira mulai menarik napas dan mencoba menahan isak tangisnya. Senyum lembut yang menghiasi wajah Ben ketika menggenggam erat tangan Maira, memberikan kekuatan serta ketegaran yang sempat hilang dalam dirinya.
"Maira, ini Ibuku," ucap Ben memperkenalkan. Ibu Ben tampak seperti berada di dunia lain, tatapannya begitu kosong meskipun saat ini wanita itu tersenyum lembut pada Maira.
"Bu, ini Maira, wanita yang kuceritakan kemarin," lanjut Ben. Maira menjabat tangan wanita itu dengan senyum merekah. Ibu Ben terlihat lebih cantik dibandingkan dengan foto yang pernah Ben tunjukkan padanya.
"Selamat datang, Tante," sambut Maira ramah. Ibu Ben mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, hanya tersenyum.
"Kamu parkir di mana, Sayang?" tanya Ben pada Maira.
"Tidak jauh dari sini," jawab Maira sambil menunjukkan arah. Mereka pun mulai berjalan menuju tempat parkir mobil. Sesampainya di depan mobil Maira, Ben meminta kunci, berniat untuk menyetir. Dengan senang hati, Maira memberikan kunci mobil pada Ben.
Dengan cekatan, Ben memasukkan koper ke bagasi, lalu menggendong ibu masuk ke mobil. Sama pendiamnya dengan ibu Ben, si perawat bergegas duduk di samping wanita itu. Maira berusaha tidak memedulikan hal tersebut dan segera duduk di kursinya. Setelah semua duduk tenang di kursi masing-masing, Ben langsung mengendarai mobil menjauh dari bandara menuju salah satu hotel yang dekat dengan tempat tinggal pria itu.
Perjalanan mereka cukup lancar, sama seperti saat Maira datang ke bandara. Namun, selama perjalanan Ben tidak terlalu banyak bicara seperti biasa. Pria itu hanya menanyakan hal-hal ringan, seperti bagaimana kabarnya dan apakah ia sudah makan. Hanya itu.
Biasanya, setiap kali mereka berada di mobil, Ben selalu bercerita tentang kegiatan selama di kantor atau kejadian-kejadian lucu yang dialaminya, tetapi tidak hari ini. Padahal, mereka tidak bertemu kemarin. Maira yakin pasti ada cerita lucu atau apa pun itu yang bisa Ben ceritakan. Namun, pria itu hanya diam dengan pandangan lurus ke depan. Mungkin Ben lelah, pikir Maira.
Ibu Ben juga tidak bersikap layaknya calon mertua yang senang menggali informasi dan kelemahan dari calon menantu. Sedikit banyak, Maira merasa bersyukur jika ia mendapatkan calon mertua yang tidak cerewet. Namun di sisi lain, ia merasa janggal dengan kesunyian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Struggle Heart - The 'A' Series No. 2
Roman d'amourWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca.) ***** Maira, seorang wanita yang sudah menjatuhkan pilihan dan memberikan selu...