Maira tiba di Hotel Luxury pukul 11.00. Ia langsung menuju ruang serbaguna di lantai lima. Ruangan itu sudah dipenuhi dekorasi dan barisan meja katering yang tersusun rapi. Teknisi yang mengurus pencahayaan dan sound system akan tiba satu jam lagi. Sedangkan beberapa hadiah yang sudah ia pesan melalui vendor kepercayaannya, masih dalam perjalanan. Secara keseluruhan, tempat ini sudah siap dan tertata sesuai keinginannya.
Maira berdiri di tengah ruangan. Ia memperhatikan sekali lagi dengan saksama, lalu mengeluarkan buku catatan, dan memeriksa kembali setiap detailnya. Pertama, Maira meneliti tata panggung yang sudah dihiasi dekorasi megah. Di atas panggung berkarpet merah, tersusun empat kursi besar berwarna keemasan dan sebuah meja di depannya. Sebuah podium yang terbungkus kain merah, diapit oleh empat rangkaian bunga hias di kanan dan kirinya. Layar putih dan dua buah standing mic pun sudah diletakkan di sebelah kiri panggung.
Kemudian, ia memeriksa kelengkapan puluhan meja bundar bertaplak putih bersih yang dikelilingi sepuluh kursi di tiap-tiap meja, yang juga sudah ditutupi kain penutup berwarna putih. Di atas masing-masing meja sudah tersusun rapi sepuluh set piring dan gelas kaca, serta sendok dan garpu berwarna keemasan. Pot bunga mungil nan indah pun menghiasi meja-meja tersebut.
Pintu ruang serbaguna itu terbelah menjadi dua saat Maira sedang asyik melakukan pemeriksaan terakhirnya. Tim teknisi pencahayaan dan sound system tiba lebih cepat dari dugaannya. Senyum ramah langsung terlukis indah di wajah Maira saat menyambut beberapa pria yang familier baginya. Kepala teknisi menghampiri, lalu berbincang sejenak sebelum mereka mulai bekerja sesuai arahan Maira.
Tak lama kemudian, vendor hadiah pun tiba dan membawa puluhan door prize yang sudah terbungkus rapi dengan kertas kado. Maira sangat menyukai pekerjaannya ini. Melihat orang-orang bekerja di bawah arahannya, mengatur, merencanakan, menyusun acara, melihat wajah-wajah para tamu serta klien yang tersenyum bahagia dan puas saat acara berakhir, merupakan kebanggaan tersendiri baginya.
Kesibukan yang Maira lakukan membuat waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa, sekarang sudah pukul 14.15. Para penerima tamu dan dua orang MC sudah siap di tempatnya masing-masing. Petugas katering pun sudah mempersiapkan hidangan di barisan meja yang telah disusun sedemikian rupa untuk memudahkan para tamu mengambil makanan.
Jantung Maira berdebar antusias setiap kali mendekati menit-menit terakhir persiapan. Satu per satu para tamu mulai berdatangan dan petugas penerima tamu mulai sibuk dengan tugas mereka. Maira memperhatikan dari kejauhan dan terus berkoordinasi dengan masing-masing kepala vendor melalui walkie talkie yang tidak pernah lepas dari genggamannya.
Lambat laun, ruangan mulai penuh. Maira pun makin sibuk karena para jajaran manajer, direksi, owner, serta tamu spesial akan tiba sebentar lagi. Alunan musik yang mengisi ruangan, menemani para tamu yang sudah duduk di tempat masing-masing. Baru saja Maira berniat menghampiri kedua MC, seorang pria berseragam serba hitam mulai menghampiri dan memberi tahunya bahwa pemilik perusahaan Dhirgan sudah tiba di lantai dasar. Sekali lagi, Maira melemparkan pandangan ke seluruh ruangan. Rasa bangga atas kerja kerasnya pun mulai menyelimuti.
Maira langsung menuju ke meja penerima tamu, lalu memberi aba-aba kepada para petugas andalannya untuk mempersiapkan kedatangan si pemilik perusahaan Dhirgan. Jantung Maira berdebar makin kencang, tak mampu menahan antusias dalam dirinya. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka dan seorang pria paruh baya berusia enam puluhan, melangkah keluar dari lift. Terdapat enam pengawal pribadi bertubuh tinggi besar dan berwajah kaku berjalan di depan, samping, dan belakang pria itu.
Pak Sudarsono memang sudah tidak muda lagi. Tubuhnya yang berisi dengan tinggi sekitar 170 sentimeter, masih tetap terlihat sehat dan bugar. Tatapan lembut dan senyuman hangat yang selalu menghiasi wajah keriputnya, membuat Pak Sudarsono menjadi salah satu owner perusahaan paling ramah yang pernah bekerja sama dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Struggle Heart - The 'A' Series No. 2
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca.) ***** Maira, seorang wanita yang sudah menjatuhkan pilihan dan memberikan selu...