BAB 1

178 14 0
                                    

Angin pantai bertiup lembut menerpa wajah Maria. Bulan bersinar terang dan bintang-bintang berkerlip menghiasi langit. Malam ini, Ben mengajak Maira candle light dinner di salah satu restoran favorit mereka yang berada di area Pantai Carnaval Ancol. Bangunan khas Bali dan alunan musik dari Rindik Bambu, membuat suasana kental dengan nuansa Bali.

Ben memilih salah satu meja yang berada di pinggir pantai. Seperti biasa, Maira sengaja melepas sepatu kerja demi menikmati butiran pasir halus menyusup di antara jemari kakinya. Ombak yang pecah saat menyentuh bibir pantai, menghasilkan deburan halus yang mengisi indra pendengarannya. Sementara, pohon-pohon palem yang daunnya berayun lembut saat diterpa angin, seperti sedang menari gemulai.

Pantai. Ya, Maira sangat menyukai pantai. Debur ombak, kicau burung merdu, aroma laut yang khas, dan embusan angin menyentuh lembut wajahnya, selalu memberikan ketenangan tersendiri bagi Maira. Sembari menutup mata, Maira menarik napas dalam-dalam, membiarkan aroma laut memenuhi paru-parunya. Debur ombak yang lembut kembali terdengar ketika ia membuka mata dan menatap hangat pria yang saat ini duduk di hadapannya.

Malam ini, Ben tampil rapi dengan kemeja lengan pendek berwarna biru muda dengan corak garis-garis putih vertikal, serta celana bahan hitam yang membungkus kedua kakinya. Rambut pendek berponi yang selalu tersisir rapi, mempermanis wajah panjang berbentuk diamond itu. Mata Ben yang tidak terlalu sipit dengan iris cokelat gelap, dibingkai sempurna oleh alis tebal dan lurus. Bibir tipis yang tersenyum hangat padanya hampir sepanjang hari ini, membuat Maira terpesona sekaligus tersipu malu.

Mereka baru saja selesai menikmati makan malam. Mejanya pun sudah bersih dari piring kotor, hanya menyisakan dua gelas jus jeruk. Genggaman Ben di tangan kiri Maira terasa makin erat saat arah tatapan pria itu tertuju ke belakangnya.

"Selamat ulang tahun, Sayang," ucap Ben diiringi senyum ceria ketika seorang pelayan pria yang mengenakan pakaian adat Bali, muncul sembari membawa sebuah kue ulang tahun berbentuk lingkaran. Ia menatap haru kue mungil nan indah yang diletakkan tepat di hadapannya.

Beberapa lilin kecil yang menyala, mendominasi hampir seluruh permukaan kue. Ucapan 'Happy Birthday', yang terukir di lembaran cokelat putih berbentuk persegi panjang, disematkan tepat di depan lilin berangka tiga puluh. Setelah meletakkan kue, si pelayan pamit, lalu meninggalkan mereka.

"Oh, Ben, ini cantik sekali!" seru Maira, haru dan bahagia. Tatapan cinta Maira tertuju kepada Ben, begitu juga sebaliknya.

"Make a wish, Sayang," ucap Ben lembut. Tanpa menunggu lama, Maira langsung menutup mata dan berdoa dalam hati.

'Tuhan, jaga selalu hubunganku dan Ben. Berkati setiap rencana kami. Jagalah selalu cinta di hati kami, supaya kami bisa melanjutkan hubungan ini ke arah yang lebih serius. Amin.'

Setelah selesai berdoa, Maira langsung meniup lilin-lilin di atas kue. Senyum yang menghiasi wajah manis Ben, kembali membuat Maira tersipu. Dengan sikap tenang, Ben memberikan pisau kecil kepadanya, dan ia pun segera mengarahkan benda tersebut ke kue.

Senyum bahagia yang menghiasi wajah Maira saat menekan pisau di permukaan kue, hilang dalam sekejap ketika potongannya hampir menyentuh dasar. Ia merasakan sesuatu menahan pergerakan pisaunya. Dengan cepat, Maira mengangkat matanya yang terbelalak ke Ben, yang malah tersenyum penuh arti padanya.

Anggukan lembut yang Ben berikan, seolah-olah menjawab tatapan kaget Maira. Masih dalam keadaan terkejut, Maira kembali menatap kue ulang tahun sembari mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar histeris karena gembira. Perut Maira bergejolak gugup saat ia memutuskan untuk menarik keluar pisau dari dalam kue, lalu meletakkannya di meja. Tanpa berlama-lama, Maira langsung menusukkan jari telunjuk ke tempat di mana benda itu berada.

A Struggle Heart - The 'A' Series No. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang