Adit ada tugas di luar kota, untuk sementara Chika dititipkan di rumah Tika. Karena Chika sudah mulai masuk pre school, maka Aylin kebagian tugas antar jemput Chika sekolah.
Kebetulan Adit menyekolahkan Chika di dekat sekolah tempat Aylin mengajar. Pre school tempat Chika sekolah terbilang mahal. Hanya anak orang kaya yang sekolah di sana.
"Onti, pacar itu apa, sih?" tanya Chika saat Aylin mengganti seragamnya.
Aylin kaget mendengar pertanyaan Chika. Darimana Chika tau istilah seperti itu?
"Chika sayang, siapa yang ngajarin kamu kayak gitu?" Aylin bertanya dengan lembut.
"Miss Terry." Chika menjawab dengan polos.
Terry adalah nama guru Chika di pre school. Aylin geram sendiri. Bagaimana bisa sekolah yang katanya mahal, malah diajari yang tidak-tidak.
"Emang gimana ngomongnya?" tanya Aylin penasaran.
"Katanya gini ... Chika, papanya udah punya pacar belum?" Chika menirukan cara bicara ibu gurunya dengan polos.
"Terus, Chika jawab apa?"
"Ya Chika diem, kan Chika nggak tau pacar itu apa. Emangnya, pacar itu apa, sih, Onti?"
"Pacar itu ...." Aylin kebingungan menjelaskan kepada Chika. "Pacar itu temen, Sayang."
Chika mengangguk pelan, tampak mengerti dengan penjelasan Aylin.
"Jadi Ganta itu pacar aku?"
Aylin langsung melotot mendengar ucapan Chika. "Nggak gitu, Sayang. Aduh, gimana ngasih taunya ...."
"Papa pacarnya onti. Kan papa temennya onti?" Chika membuat kesimpulan sendiri.
Tika muncul dari dapur sambil membawa spatula. Dicubitnya pinggang Aylin keras. "Apa-apaan kamu? Anak kecil jangan diajari macam-macam. Pacar-pacar segala. Kalau Adit sampai tau, gimana?"
"Bukan aku, Ma! Aku cuma ...."
"Pacar Chika dong ada banyak, ada Ganta, Rendi, Elsa ...." Chika kembali berceloteh.
Aylin menjambak rambutnya kesal. "Kok jadi gue yang salah, sih."
***
Saat mengantar Chika sekolah, kebetulan Aylin bertemu dengan Miss Terry. Ibu guru itu keheranan saat melihat yang mengantar Chika adalah Aylin. Percuma tadi sedari subuh dandan maksimal, biasanya Adit yang mengantar. Saat itu Miss Terry punya kesempatan untuk berbicara basa-basi dengan Adit, pura-pura membahas perkembangan Chika di sekolah, sekalian PDKT.
Aylin mengamati baik-baik penampakan Miss Terry di depannya. "Guru pre school kok dandanannya kayak ibu tiri gini? Menor amat lipstiknya?" gumam Aylin.
Miss Terry datang menghampiri Aylin dan Chika yang masih di atas motor.
"Wah, hari ini Chika diantar sama mbak, ya?" Terry menyapa ramah.
Mbak katanya? Jadi gue dikira pembantu? Hati Aylin langsung bergejolak.
"Papa keluar kota lagi, ya, Chika?" Terry bertanya lagi.
Terry tersenyum manis. Setiap keluar kota, atau keluar negeri, Adit tak lupa memberi oleh-oleh kepada guru-guru di sekolah Chika. Hal itu membuat Terry merasa baper. Padahal bukan hanya Terry yang diberi oleh-oleh.
"Maaf, ya. Saya bukan mbak di rumahnya Chika. " Aylin menatap tajam ke arah Terry.
"Eh, maaf. Saya kira ...." Terry menutup mulutnya.
"Kenalin, saya Aylin, tantenya Chika ... yang sebentar lagi jadi mamanya Chika." Aylin menyalami Terry dengan penuh percaya diri.
Mendengar ucapan Aylin, sontak Terry menjatuhkan rahangnya. Calon ibu Chika? What the hell?
"Maaf, Bu. Saya benar-benar tidak tau." Terry menyalami Aylin dengan canggung.
"Mohon anak saya dididik dengan baik, ya. Jangan diajari yang tidak-tidak, seperti istilah pacaran. Calon suami saya bayar sekolah mahal-mahal biar anaknya pinter."
"Tentu saja, Bu. Kami akan mendidik Chika dengan sebaik-baiknya." Terry menunduk dalam.
"Oh, ya. Kalau ada apa-apa hubungi saya saja. Kebetulan calon suami saya masih ada di luar kota. Ini nomor saya." Aylin menunjukkan ponselnya, dan Terry menyalin dengan cepat.
Setelah Aylin pergi, Terry langsung menanyakan kebenaran ucapan Aylin kepada Chika. Terry masih tidak percaya kalau Aylin adalah calon ibu baru Chika. Bisa saja Aylin mengarang cerita.
"Chika, yang tadi siapa?"
"Oh, dia onti Aylin. Pacarnya papa." Chika menjawab polos.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Kakak Ipar
RomanceAylin terpaksa menerima desakan orang tuanya untuk menikah dengan kakak iparnya. Keputusan impulsif itu ia ambil karena kecewa dengan pacarnya Bagas yang tak kunjung menikahinya. Akankah ia menyesali keputusannya?