Tiga

360 55 17
                                    

Terima kasih masih bertahan hidup, setidaknya buat baca cerita aku💚🌻

***

Malam yang gelap itu, hari sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Kim Leo berjalan dengan gontai.
Remaja laki-laki itu memegangi ponselnya di sisi tangan kanannya dan satu lagi menyeret tasnya.

Bibirnya berdarah, wajahnya lebam.

Ponsel remaja itu terus berdering, Kim Leo mendapatkan panggilan dari sang kakak. Meski begitu, remaja laki-laki itu tidak menjawabnya.

Dirinya hanya terus berjalan untuk pulang. Bus terakhir sudah pergi.

Remaja laki-laki itu berusaha untuk baik-baik saja. Namun, semakin lama berjalan, pikirannya semakin kacau.

Apalagi sang kakak terus meneleponnya terus-menerus.

Remaja laki-laki itu menangis di sepanjang langkahnya.

Luka-lukanya mungkin sakit. Namun, hatinya lebih sakit.

"Sial. Ini menyakitkan." ucapnya.

Namun, tiba-tiba remaja laki-laki itu di kejutkan oleh beberapa remaja laki-laki berseragam sekolah yang berbeda dengannya itu.

Mereka muncul dari lorong yang membatasi dua bangunan rumah.

Kim Leo terkekeh.

"Kali ini apa lagi?"

"Hei!"

"Kenapa hidup di sini susah sekali!" umpatnya.

Remaja laki-laki itu sudah kacau balau.

Penuh luka dan penuh noda darah. Seragamnya begitu kotor.

Dirinya sudah benar-benar lelah.

Kim Leo tidak berharap banyak.
Jika harus berakhir sekarang lebih baik. Remaja laki-laki itu sudah cukup kelelahan.

"Apa kamu Kim Leo?"

Pertanyaan itu membuat Leo tersenyum miring.

"Apa kamu ingin gabung ke geng kami?"

Kim Leo menghela napas berat.

"Untuk apa? Itu membuang-buang waktu. Aku tidak ingin cari masalah." ucapnya.

Kim Leo memilih untuk mengabaikan para siswa laki-laki itu. Dirinya ingin melewati mereka. Namun, dirinya di tahan.

Kim Leo benar-benar ingin cepat pulang.

"Hei. Apa kamu yakin tidak ingin gabung? Kemampuan bela diri mu sangat bagus. Kamu mampu melawan para berandalan di sekolah mu."

"Hentikan. Sudahlah. Jika kamu menawari, seharusnya jangan memaksa. Aku tidak ingin membuat masalah." ucap Kim Leo.

Remaja laki-laki itu pergi setelah para siswa itu memberikan jalan.

"Jika kamu berubah pikiran pergi saja ke SMA Hanyang." ujarnya keras.

Kim Leo mampu mendengarnya.

Namun, remaja laki-laki itu tetap tidak perduli dan menoleh ke belakang. Dirinya terus berjalan dengan napasnya yang melemah.

Remaja itu tidak tau bagaimana nasibnya besok. Dia akan habis.

Sedangkan, di rumah.

Kim Zayyan berdiri di ambang pintu sembari terus-menerus mencoba untuk menghubungi Kim Leo.

Laki-laki itu benar-benar menunjukkan raut khawatir dan takut.

Tidak lama seseorang berlari mendekat.

Adik Berandalan || Leo ft Zayyan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang