BAB III - Part 1 Kisah di Senggigi

15 1 0
                                    


Part 1

Perjalanan Bulan Madu Juli 2018

Rekaman memori masa kecilnya hadir dan membuka setiap ruang-ruang yang pernah Kelana tutup rapat. Ternyata berdamai dengan masa lalu tidak semudah itu, sedikit saja hal sensitif tentang sosok ayahnya mampu menghadirkan hangat dan pilunya kisah masa itu.

Perjalanan bulan madu yang ditempuh Kelana dan Sakti sore ini menggunakan armada penerbangan Garuda Indonesia dengan keberangkatan pukul 18.30 WIB dan tiba pukul 20.00 WITA penuh dengan ketegangan. 

Rasanya tak berhenti peristiwa demi peristiwa yang memacu adrenalin Kelana hari ini. Mulai dari prosesi akad, sungkeman, dan resepsi pernikahannya yang harus Ia jalani dengan bahagia namun terhiasai perasaan pilu. 

Perjalanannya kali ini memiliki jarak tempuh kurang lebih 1.330,4 km, namun masih kurang dari 530,4 km mereka tiba. Pesawat mengalami guncangan yang hebat akibat turbulensi yang terjadi hampir 30 menit lamanya, pesawat kehilangan arah terbang disebabkan hujan deras yang mengguyur, sehingga pesawat menabrak awan berulang kali dan mencoba terbang kembali memasuki jalurnya.

Guncangan turbulensi terakhir membangunkan Kelana dari tidurnya, Ia tertidur pulas sejak duduk di bangku penumpang, bahkan Sakti terabaikannya selama perjalanan mereka. Dalam tidurnya terasa nyata Kelana memutar kembali rekaman-rekaman memori masa kacil dalam mimpinya. Kelana ytersentak karena Pesawat terbang  seperti sedang melewati jalan berbatu dan melewati banyak polisi tidur.

"Dear passengers, please remain seated and don't leave your seat. We suggest that you keep your seat belt fastened throughout the flight. Kepada penumpang yang terhormat, tolong jangan meninggalkan tempat duduk anda dan pastikan anda sudah mengencangkan sabuk pengaman anda. Kami sarankan anda tetap memasang sabuk pengaman sepanjang penerbangan" Suara tenang namun tegas pramugari terdengar ke seluruh penjuru kabin pesawat.

Nggiiiing.....

Telinganya berdengung, pusing menghampiri kepala Kelana, Ia mencoba mengangkat kepalanya perlahan dari bahu Sakti dan menyandarkan punggungnya tegak di sandaran kursi penumpang. Mencoba menyadarkan sepenuhnya isi kepala dengan kondisi saat ini dari mimpi di tidur yang Ia alami diperjalanan kali ini.

"Mas, ada apa ya? Kok aku ngerasa guncangan keras sekali sampai berdengung telingaku" Tanya Kelana lembut dengan suara seraknya sambil menoleh ke samping kiri melihat suaminya.

Dilepasnya genggaman tangan Kelana, Sakti mengambil permen yang ada di tas selempangnya. Ia buka bungkusnya kemudian diberikan ke Kelana, tangan Sakti berpindah merangkul pundak Kelana dengan lembut untuk menenangkannya.

"Sakit banget ya Lan? Coba ngunyah permen dulu ya, semoga agak mendingan. Pesawat kita lagi ngalamin turbulensi akibat cuaca buruk, dari awal penerbangan" Jelas Sakti sambil mengelus-elus pundak kanan Kelana.

"Masa sih hujan mas? Sudah berapa lama turbelensinya? Gak kerasa deh, baru yang terakhir ini aja" Kelana merebahkan kepalanya kembali ke bahu Sakti.

"Gimana kamu tahu kalau hujan? Kamu aja langsung tidur dari awal sebelum pesawat mulai take off. Turbulensinya sudah hampir 30 menit lebih, pesawat kita muter-muter aja di udara dari tadi. Berdo'a yuk semoga semuanya baik-baik saja" Ujar Sakti sambil iseng mencubit lembut pipi Kelana.

Tidak ada jawaban dari Kelana, Ia masih sibuk dengan kepalanya yang kembali mengingat kenangan yang hadir di mimpinya sepanjang Ia tidur tadi. Kelana menyelipkan kedua tangannya di lengan tangan kanan Sakti, memeluknya dengan erat seakan berharap kenangannya tidak hadir kembali di setiap tidurnya.

Sadar dengan kegundahan hati dan pikiran Kelana, Sakti langsung menggenggam kembali telapak tangan Kelana dengan tangan kirinya.

Pilot dan awak kabin tidak memberikan pengumuman apapun di dalam pesawat. Cukup lama, sekitar 15 menit pesawat tidak bergerak dan sekitar 30 menit pesawat hanya berputar di udara mencari arah..

Riuh KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang