2 - Tempat Yang Mengajarkan Segalanya

78.1K 5.4K 299
                                    

Ronald F: Nan, gue sama Billy ada di depan tangga perpustakaan

Setelah memarkirkan dan turun dari motor Harley nya, Keenan membuka ponsel dan membaca pesan dari Billy. Ia langsung mengedarkan pandangan mencari dimana letak perpustakaan. Ketika matanya sudah menemukan bangunan besar di ujung lapangan, tanpa membalas, Keenan langsung mengantungi kembali ponselnya.

Semua pasang mata yang berdiri ataupun berlalu lalang di koridor kini tertuju kepada seorang Keenan Samudra yang sedang meluncur santai di atas skateboard dengan memegang susu vanilla kotak dan mendengarkan lagu memakai headphone.

Banyak sekali orang yang berbisik - bisik membicarakan hal yang pasti tidak baik dan menatap dengan risih—tentu saja—tetapi ada juga para perempuan yang langsung merapikan penampilannya dan meneriaki nama Keenan terus menerus dengan kekehan kecil dan semangatnya.

Keenan membuang kotak susu vanilla kosong dengan sembarangan dan menurunkan headphone-nya ke leher. Lalu, ia menghentikan laju skateboard-nya dan menenteng layaknya tas jinjing mewah yang dikoleksi oleh Syahrini.

Satu batu kerikil dari tendangan melambung Keenan melesat mengenai Billy yang sedang duduk di tangga depan perpustakaan sekolah dan fokus terhadap layar ponsel di depan nya.

Kedua temannya yang duduk berdempetan seperti penyuka sesama jenis itu menampilkan senyuman hangat penyambutan yang membuat Keenan pertama kalinya tersenyum pada pagi hari ini.

Saat Keenan hampir sampai ke tempat duduk, secara otomatis Ronald dan Billy saling bergeser memberikan celah di tengah, tempat khusus seorang Keenan duduk.

"Gue kira, lo enggak bakal masuk sampai hari ini." ujar Ronald meninju pelan bahu Keenan.

Beberapa orang yang berada di sekitar sana langsung menjauh bahkan pergi seakan - akan Keenan adalah wabah penyakit menular yang mematikan. Percayalah itu.

"Dia abis ngancem gue lagi." jawab Keenan merapikan jambul di rambutnya yang hitam legam karena tadi terkena terjangan angin.

Sontak terdengar suara sorakan 'awww' dari kerumunan perempuan penggemar Keenan yang berjingkrak kesenengan.

Keenan mengerutkan keningnya tanpa menoleh sedikit pun. "Mereka kenapa sih?"

Billy kini mengerucutkan bibirnya. "Kabar kalau cucu pemilik sekolah yang ganteng bakal sekolah disini tuh udah tersebar kabarnya." ujar Billy. Tuh liat, itu anak – anak cheers. Udahlah salah satu dari mereka gebet aja."

Keenan memutar kedua bola matanya. "Bodoamat. Gue enggak ngurus yang begituan."

"Padahal itu Tania yang cantik lo deketin dikit juga dapet." kata Billy sambil menyikut lengan Keenan.

"Bego. Nih ya dengerin gue. Ibarat mancing, semakin jauh lempar umpan dan semakin berjuang buat dapetin ikan, hasilnya akan memuaskan. Sementara kalau lo lempar umpan di pinggir laut aja, itu langsung dapet. Tapi palingan dapetnya ya barang bekas. Ngerti, enggak?" tanya Keenan melirik kedua temannya.

Tipikal Keenan, cuek. Dan tidak pernah mau mengurusi apapun hal di sekeliling nya. Kecuali menyangkut apa yang dia suka. Lebih baik berusaha tidak terlibat daripada harus mencari perhatian.

Mengingat perkataan dia yang dimaksud Keenan tadi adalah kakek nya, Ronald mencoba untuk membuka mulut.

"Jadi, Owen ngancem ngapain?" tanya Ronald.

"Pertama, blokir ATM gue. Itu sih masih biasa aja. Gue punya ATM cadangan karena tahu pasti suatu saat dia bakal ngancem kayak gitu." jawab Keenan dengan menggantung.

Helter SkelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang