8 - Sumbu Dari Lilin yang Menyala

52.6K 3.8K 145
                                    

Keenan dan kedua teman nya sedang duduk santai di tempat biasa—tangga perpustakaan sekolah—dengan sesekali menjahili orang - orang yang berlalu lalang di depan nya.

Ketika ada perempuan berambut dikepang dua membawa banyak makanan di genggaman nya, Keenan tersenyum licik dan melirik ke Billy seperti menyampaikan pesan yang tidak terselubung. Dalam sekejap, Billy sudah mengerti maksud Keenan dan berjalan menghampiri perempuan itu.

"Ron, beliin susu vanilla." pinta Keenan yang pandangan nya tidak lepas dari Billy.

Ronald mengangguk dan menepuk beberapa kali bahu Keenan, lalu pergi dan berjalan ke kantin bersamaan dengan teman satu ekstrakulikuler nya.

Terjadi percakapan yang cukup sengit antara Billy dan perempuan itu, sampai akhirnya sang perempuan pergi dengan tangan kosong. Sementara Billy menghampiri Keenan dengan tangan yang penuh makanan.

Keenan yang sedaritadi duduk menunggu langsung menyambut Billy dengan senyuman yang sangat ramah.

"Cewe cupu masih aja susah di palakin." ucap Billy sembari duduk di samping kiri bawah Keenan dan menaruh makanan di pangkuan nya. Merasa setuju, Keenan mengacungkan jempolnya. Kemudian Keenan menggelengkan kepala sambil terkekeh pelan dan mengambil sebungkus chiki rasa kentang.

"Kee—"

Saat Billy berusaha mencegah Keenan, ia sudah membalasnya dengan senyum simpul. "Gue bukan anak kecil lagi, Bill."

Billy masih cukup khawatir dengan apa yang dilihatnya. Tetapi, sebisa mungkin ia mengurungkan niatnya untuk membatasi apa yang sudah menjadi keinginan Keenan.

Dari kejauhan, ada Ronald yang berlari kecil membawa dua botol air mineral dan sebuah susu kotak vanilla. "Keenan" panggil Billy.

Tanpa menoleh, Keenan menjawab, "Hm?"

"Lo ma—"

Baru Billy ingin melanjutkan apa yang ingin ia tanyakan, Ronald sudah duduk di samping bawah kanan Keenan dengan satu hembusan nafas.

Dengan tangkas, Keenan langsung menangkap susu vanilla kotak lemparan Ronald dan mulai mengocok nya. Harus ada susu vanilla yang Keenan minum di pagi hari. Itu sudah menjadi kewajiban yang selalu kedua teman nya maklumkan.

"Tadi gue ketemu Owen."

Mungkin biasanya jika seseorang mendengar hal mengherankan, maka ia yang sedang minum akan tersedak. Lain hal dengan Keenan yang sudah tidak heran lagi dengan ucapan Ronald. Masih dengan ekspresi muka yang datar, Keenan selalu terlihat tampak tenang tanpa beban.

"Dia ... nanyain gimana keadaan lo." ucap Ronald memperjelas dan menyuapkan sesendok potongan zupa soup ke mulutnya.

Keenan yang merasa sangat santai dan mengabaikan ucapan Ronald kemudian mengambil beberapa kepingan chiki dan memasukan nya kembali ke dalam mulut.

"Kee—"

Tangan besar dengan permukaan kasar milik Billy mendarat mulus di mulut seorang Ronald. Rasanya Billy sangat gemas kenapa Ronald tetap membuka mulutnya disaat Keenan sudah menolak nya. Daripada terjadi perdebatan, Billy lebih memilih untuk mencegah itu semua.

Melihat tingkah kedua teman nya, Keenan tertawa renyah, "Lo berdua kalo overprotective sama gue jadi lucu ya."

Billy dan Ronald sontak saling tukar pandang. Sementara Keenan sibuk meneguk habis susu vanilla nya. Terkadang, Billy dan Ronald selalu merasa terjaga bila berada di sisi Keenan. Tetapi itulah yang juga Keenan rasakan pada dirinya. Walaupun bukan seorang perempuan seperti kebanyakan yang laki – laki inginkan, setidaknya, ada yang peduli padanya.

Helter SkelterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang