Keenan melihat jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul delapan pagi lewat tiga puluh menit. Bukannya segera bercepat – cepat untuk berangkat ke sekolah, Keenan justru tertawa karena tingkahnya sendiri.
Dengan sengaja, Keenan bermain video game sampai pagi lagi karena ia tahu sendiri bahwa dirinya akan bangun siang. Bi Aminah tidak akan berani masuk ke dalam kamar Keenan kecuali memang Keenan yang meneriakinya. Sialnya di tengah tidur pulas Keenan, tiba – tiba Owen masuk ke dalam kamarnya dan hampir ingin membuang semua techdeck milik Keenan.
Dasar udah tua masih iseng aja, batin Keenan.
Kemudian, Keenan keluar rumah dan segera mengeluarkan motor harleynya dari garasi. Setelah memasukan kunci dan duduk dengan nyaman di atas motor, Keenan langsung tancap gas menuju ke sekolah.
Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan karena lampu merah yang lama, akhirnya Keenan sampai di sekolah dan langsung memarkirkan motornya di tempat biasa, parkiran guru – guru. Rasanya Keenan ingin balik saja pulang ke rumah ketika melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Tetapi, dia masih mengingat ancaman Owen yang baru saja dilontarkan nya.
Tepat saat Keenan ingin memanjat gerbang, tiba – tiba muncul Mang Aceng yang sedang membawa segelas es teh manis dari kantin. "Weh Keenan telat! Sana kamu pulang aja!"
Keenan mengerucutkan bibirnya. "Owen sendiri yang suruh saya tetep masuk. Mau saya aduin?"
Mang Aceng langsung menunduk. "Maafin Mang Aceng deh. Tapi kan sekarang hidup udah enggak ada yang gratisan lagi. Ja—"
Merasa jengkel, Keenan langsung mengeluarkan dompet dari sakunya dan menaruh selembaran uang lima puluh ribu di mulut Mang Aceng. Segeralah Keenan merebut kunci di kantung Mang Aceng dan membuka gerbang sekolah.
Setelah gerbang terbuka, Keenan melemparkan kembali kunci kepada Mang Aceng yang menyengir sambil menempelkan uang lima puluh ribu di dahi nya dan melambaikan tangan.
"Keenan, tumben masuk sekolah. Mentang – mentang cucu yang punya sekolah bisa seenaknya ngelanggar peraturan, hm?" ejek seorang guru yang melihat Keenan sedang berjalan dengan senyum liciknya.
Keenan justru balas melirik guru itu. "Masih mending saya masuk."
Sebelum guru itu kembali berkomentar, Keenan kembali berjalan dengan ransel yang dilampikan di bahu kanan nya. Tadinya Keenan ingin meluncur di atas skateboard miliknya, tetapi ia sengaja meninggalkannya di rumah karena sedang malas membawa. Tanpa memikirkan apa yang terjadi jika ia berjalan santai sepanjang koridor.
"Pagi, Keenan." sapa riang perempuan dengan rambut pirang.
Bagaimana Keenan ingin menjawab sapaan orang itu jika dirinya sendiri pun tidak mengenalnya? Jadi, Keenan lebih memilih untuk diam dan kembali berjalan. Tidak semenakutkan itu.
Tepat di tengah langkahnya, bel istirahat berdering membuat seluruh siswa keluar berhamburan dari kelasnya dan meramaikan koridor. Dan mendadak Keenan menjadi pusat perhatian karena dirinya baru datang ke sekolah pada pukul segini.
Tiba - tiba tiga perempuan yang bisa Keenan prediksi adalah adik kelasnya di kelas sepuluh itu berlari ke arahnya dengan senyuman lebar ala fans bertemu idolanya.
"Kak Keenan, tanda tangan dong!"
"Kak Keenan, please foto sama gue ya. Hari ini gue ulang tahun."
"Kak Keenan kan enggak bales surat aku, nah yaudah follback instagram aku aja, dong!"
Melihat yang dilakukan ketiga perempuan ini, Keenan menaikan alisnya bingung. Terlebih lagi ketiga perempuan ini memasang tampang sangat berharapnya. Bahkan ini baru hari ketiganya masuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helter Skelter
Teen Fiction(SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT BINTANG MEDIA DAN TELAH TERSEDIA DI TOKO BUKU) Sudah bukan hal yang perlu diragukan lagi jika seantero SMA Pancasila mengenal seorang Keenan Samudra yang merupakan cucu semata wayang dari sang pemilik sekolah. Mempun...