"Lo yakin sekarang awalnya?" tanya Billy sebelum mengunyah wafer rasa coklat di dalam mulutnya.
Ronald mengangguk. "Nanti kalo dia udah ada, lakuin rencana nya."
Senyum miring terukir di wajah Keenan yang kemudian mengangguk dan tertawa. "Lo liat nanti gimana ekspresi dia."
Tiba - tiba yang di tunggu telah datang. Masuk dari pintu kantin berdua bersama sahabatnya yang tak lain tak bukan lagi adalah Amel. Deretan gigi Ronald yang sedang mengunyah roti burgernya mendadak berhenti. Membuat Billy dan Keenan menatapnya bingung.
Berkali – kali Ronald menepuk pundak Keenan yang kemudian buru - buru menelan makanannya dan membuka mulut, "Orang nya dateng."
Ketiga pasang mata itu memperhatikan perempuan yang sedang mengantri untuk memesan makanan yang menjadi dominan kesukaan anak - anak sekolah, kebab. Dengan rambut sebahu yang dikuncir buntut kuda, membuat dirinya terlihat fresh pagi ini. Ditambah dengan senyum yang terukir di wajahnya ketika berbicara bersama teman yang terlihat beberapa kali selalu bersama dengan nya.
Billy menyengir sembari menyikut Keenan di sebelahnya. "Ini waktunya, Nan." dijawab dengan anggukan, kemudian Ronald menjentikan jari nya. "Mulai dari hal - hal kecil."
Ternyata ucapan kedua temannya membuat Keenan tertawa sekilas, dilanjuti dengan menghela nafas lalu berdiri dari mejanya, membuat beberapa orang melihatnya. Keenan yang selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Seakan – akan Keenan memiliki sihir yang membuat ketertarikan orang – orang kepadanya.
Dengan langkah yang pasti, Keenan berjalan tenang dengan mengangkat dagunya. Sementara semua mata yang ada di kantin tidak lepas darinya. Rasha sedang memegang kebab pesanannya yang masih panas, terlihat dari uap yang keluar dan mengepul. Di tangan satunya lagi, satu kaleng soda dingin yang sudah terbuka.
Keenan berhenti dan mengeluarkan dompet untuk membeli susu kotak vanilla di kantin minuman. Dilayani dengan Bu Neneng yang juga terlihat kaget, Keenan lagi – lagi selalu berusaha terlihat biasa saja.
"Keenan beli susu lagi."
"Tumben banget mau beli sendiri, biasanya minta tolong."
"Sombong banget mentang mentang cucu yang punya sekolah."
Bisikan - bisikan aneh yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga Keenan membuat dirinya menghiraukan semuanya. Sekarang yang Keenan ingin lakukan adalah fokus. Fokus untuk balas dendam dari apa yang telah perempuan lakukan itu. Agar dirinya mempertanggungjawabkan Keenan yang merasa terganggu dengan kehadirannya yang selalu membuat keanehan.
Seulas senyum tampak di wajah tampan Keenan. Ia berjalan hingga persis di belakang Rasha yang tidak menyadari kehadirannya. Sementara beberapa pasang mata tidak lepas dari pandangannya ke Keenan dan memperhatikan apa yang sedari tadi dilakukannya.
Tangan kanan Keenan mendorong pelan punggung Rasha. Karena kaget, kebab dan soda yang ada di genggaman Rasha jatuh mengenaskan di depan matanya. Suara kaleng soda yang jatuh terdengar cukup keras membuat orang - orang yang berada di kantin kini menatap ke arah nya.
Rasha mengepalkan kedua tangan kanannya, lalu berbalik untuk mengetahui siapa orang jahat itu. Ketika tangannya terangkat siap untuk dilayangkan, Keenan yang lebih tinggi dari Rasha sedikit menunduk untuk menatap wajahnya.
Suasana kantin mendadak hening. Tentu saja. Ini kali pertamanya seorang Keenan Samudra menatap jelas wajah perempuan di SMA. Dan beberapa perempuan langsung menggigit bibir masing – masing, menahan teriakannya agar tidak memalukan diri masing – masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helter Skelter
Teen Fiction(SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT BINTANG MEDIA DAN TELAH TERSEDIA DI TOKO BUKU) Sudah bukan hal yang perlu diragukan lagi jika seantero SMA Pancasila mengenal seorang Keenan Samudra yang merupakan cucu semata wayang dari sang pemilik sekolah. Mempun...