Awal Mula

2 0 0
                                    


Rumah itu sudah ada yang mengisi, begitulah aku tahu saat ku lihat seorang pria setengah baya sedang memanaskan mesin mobilnya di halaman depan rumah yang sejak dua minggu yang lalu tak berpenghuni ini. Pria itu terlihat sibuk mondar-mandir ke dalam rumah terus balik lagi ke luar, plat no F tertempel d bumper depan mobil Mercy Tiger tahun 80-an. Plat nomor wilayah Bogor. Mungkin ini hari pertamanya disini, di rumah baru, kota yang baru, lembaran baru kehidupan yang terbentang ke depan tanpa bisa diduga arah kemana, menantang sekaligus menegangkan.

Aku tak sempat lama memperhatikan rumah tadi dan penghuni barunya, jam tanganku sudah tampak condong ke angka 7, artinya aku hanya punya waktu sedikit untuk mengejar angkot, berharap mereka tidak ngetem lama di sembarang tempat. Sekolah ku lumayan jauh, butuh satu kali naik angkot selama setengah jam, dan ojek 5 menit (bila diperlukan) atau angkot lagi 10 menit (bila malas jalan kaki). Pagi itu setelah turun dari angkot yang untungnya pengertian -karena tidak ngetem- walau agak pelit –karena kembalian gak dikasih- ojek jelas pilihan yang tepat.

Gerbang sekolah sudah sepi, menandakan dua kemungkinan 1) aku datang kepagian atau 2) aku datang kesiangan, sebenarnya ada pilihan ke 3) hari ini libur dan aku ga tahu..tapi kasus istimewa ini hanya berlaku untuk temanku Surlan yang memang mengidap amnesia akut khusus untuk kegiatan sekolah dan sejenisnya, ..( amnesia ko pilih-pilih...hehehe). 

Bel tanda sekolah dimulai berbunyi nyaring, dan anda yang memilih no 2) adalah pemenangnya. Pontang-panting aku berlari menyerbu pintu yang hendak ditutup, dan dengan dorongan kuat -secara harfiah, berhubung ada satpam menahannya dari belakang- pintu itu pun menyisakan celah untuk kuterobos.

Tiba di kelas, aku kaget... kosong tak ada satu orang pun disana hanya tas-tas yang tergeletak acak di atas meja masing-masing. 

Ini hari Senin, kenyataan itu menohok kesadaranku dan kegiatan lari pagi pun berlanjut kali ini sasarannya adalah lapangan di tengah sekolah tempat Upacara baru saja dimulai, aku menyelinap masuk ke dalam barisan saat guru-guru pengawas sedang lengah, sayang barisan yang aku masuki bukan kelasku melainkan barisan paduan suara yang keheranan ada anggota baru yang tidak diundang, tapi apa daya malang tak dapat ditolak nasi sudah menjadi bubur dan bubur pun enak dimakan apalagi dengan cakue dan telur puyuh tambah potongan daging ayam dan ati ampela, ditaburi goreng bawang... (lahh ko jadi ngomongin makanan). 

Intinya aku tidak bisa pindah barisan berhubung Pa Irwan guru BK sudah siaga mengawasi setiap gerak-gerik siswa-siswinya.

Dan terjadilah ketika anak lain menyanyikan lagu Gugur Bunga, aku nyanyi kan lagu.. bungaku..owowowowowowo..Syarmila" dengan lantang dan bangga, berujung tarikan keras di kerah baju menggiring tubuhku dengan kasar ke ruang BK, tapi aku tak sendiri, ada Ervan a.k.a Remon –juga salah masuk barisan- mengikuti jejakku, kali ini dalam sesi lagu nasional Padamu Negeri ia dengan suara cemprengnya mengalunkan Mars Persib.

Di ruang Bimbingan Konsultasi (BK) sudah menunggu 2 orang siswa lain, disusul seorang lagi setelah aku dan Ervan. Kami disetrap selama upacara berlangsung –alias lebih dari satu jam-, buntut dari amanat Pembina Upacara berubah jadi ajang curhat Kepala Sekolah tentang istrinya yang boros belanja, anaknya yang terancam DO dari ITB, dan Mertua yang bawel setengah mati- baru setelah itu, interogasi pun dimulai.

Sam (3 IPS 2) dapat giliran pertama :
Irwan (BK) : kamu tahu kesalahan kamu apa ? (menghardik kasar)
Sam : tahu pak, saya pakai sepatu warna biru (melihat sepatu converse birunya)
Irwan (BK) : sudah tahu salah kenapa kamu masih pakai juga?? Mau nantang kamu ?? (tangan di pinggang)
Sam : sepatu saya hilang di mesjid, pa ?
Irwan (BK) : haah..kapan hilangnya, ?
Sam : (agak ragu menjawab) ... dua tahun yang lalu pak
Irwan (BK) : koplok maneh (sinonim dengan belegug kamu atau dalam bahasa nasional, kamu tolol) sudah hilang dua tahun bukannya beli lagi malah beli yang ginian (menunjuk sepatu converse Sam).. ya sudah kamu push up 20×20 hitung yang keras,,sudah gitu kamu ke koperasi beli Sepatu yang hitam kesana.
Wita (2 – 6) satunya-satunya perempuan, berikutnya :
Irwan (BK) : kamu tahu kesalahan kamu apa ? (sedikit halus sambil memandang seragam ketat Wita yang menonjolkan bentuk tubuhnya terutama bagian dada)
Wita : gak tahu pak, perasaan saya sudah pakai seragam lengkap (berputar ala peragawati, memamerkan kemolekan tubuhnya)
Irwan (BK) : lengkap sih lengkap, tapi rok mu itu, jauh di atas lutut. (menuding paha yang mulus, ehh...maksudnya rok pendek)
Wita : emang ga boleh gitu pak, kan bagus seksi. (tangan meraba paha nan pendek, ehh rok mulus)
Irwan (BK) : (air liur menetes) justru seksinya itu yang gak boleh'!! ya sudah kamu Sit Up aja 10 kali biar saya yang pegangin kakinya, langsung dalam posisi siap)
Sam : (protes bin sirik..) wahh bapak mah, bilang saja pengen megangin paha gitu..(tertawa)
Irwan (BK) : ehh diam kamu... (muka merah) ya sudah hukumannya ganti, kamu ke koperasi sana beli rok baru.
Ervan ( 2 – 8 ) maju kemudian :
Irwan (BK) : Ervan saya sudah gak usah ngasih tahu apa kesalahan kamu apa (ketus), semuanya salah udah nyanyi salah, seragam, sepatu salah, sampai muka aja udah salah. Hukuman buat kamu jalan katak ke koperasi terus beli semua yang salah itu.
Ervan : Emang di koperasi jual muka juga pa..(bego)
Irwan (BP) : ada, ganti aja muka mu tuh pakai tutup panci... sana pergi!!
Tak dikenal maju kemudian (dia tadi nyalip, gak mau jadi yang terakhir takut ditinggal sendiri)
Irwan (BP) : kamu lagi, seragam lengkap sesuai standar kayak muka kamu tuh standar juga, tapi topinya salah, ko kamu pake topi SMA 80.
Anonim : lahh emang ini bukan SMA 80 ??
Irwan (BP) : yaa jelas bukanlah, ini SMA 90  '!!!
Anonim : wahh berarti saya salah masuk... permisi pak (langsung nyelonong pergi)
Irwan (BK) melongo kaget.
Aku maju saja biar cepet beres, saya gimana pa ?? (tanyaku)
Irwan (BK) : kamu tadi kenapa yaa... saya lupa ?? (masih bingung sama anak tadi)
Rakha(aku) : (kesempatan emas) ... saya tadi cuma nemenin Ervan aja pak (asal)
Irwan (BK) : oohh... (setengah bengong), ya sudah kamu susulin Ervan aja ke koperasi
Rakha (aku) : terus saya ngapain pa,..??
Irwan (BK) : beli apa aja lahh disana, mau beli gorengan , kerupuk, ada disana tadi si Ibu baru saja bawa dari rumah ( Istri Irwan adalah pengurus koperasi... jadi ketahuan dehh)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang