[9] Katanya, Setara

51 17 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 10 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul 10 malam. Anak-anak asrama baru saja menyelesaikan acara makan malam bersama. Sementara Nathasa dan Daniel mendapatkan bagian mencuci piring. Suasana di dapur begitu hening, hanya bunyi kecipak air mengalir dari kran, dan bunyi kerincing-kerincing dari piring-piring yang sudah selesai di cuci di letakkan ke dalam lemari.

Mereka melakukan semuanya seolah bukan teman dekat. Seolah mereka tidak pernah saling membutuhkan. Atau seolah mereka pernah memiliki perasaan yang sama.

Mungkin sekarang mereka menganggap masing-masing adalah rekan kerja part time atau teman satu asrama. Bukan lebih.

Namun, hal seperti membuat Nathasa tidak kuat menahan lama-lama untuk saling diam. Sudah hampir tiga hari mereka tidak mengobrol, membicarakan menu makan malam, membicarakan pelanggan rumah makan yang menjengkelkan, atau kakak kelas resek. Jadi dirinya memutuskan untuk menarik-narik ujung sweater putih polos milik Daniel yang tengah mencuci gelas kotor.

Merasa ditarik bajunya, Daniel terbatuk kecil. Tidak menoleh ataupun menghentikan aktivitasnya. Hanya mendengarkan apa yang ingin dibicarakan Nathasa.

"Kenapa kita jadi asing gini, ya?" ungkap Nathasa yang tulus dari lubuk hatinya. Entah kenapa vokal yang satu ini terdengar sesak dan pelan. "Gue nggak suka kalo lama-lama begini terus."

"Emang lo maunya gimana?" Daniel membilas gelas tersebut menggunakan air. "Katanya cowok sama cewek nggak bisa berteman, Cha."

"Ya ... kita bisa melupakan perasaan masing-masing dan berteman kayak biasanya, kan?" Nathasa mengerjapkan matanya polos. "Jangan kayak anak-anak gini, dong."

"Lo, mah, enak nggak pernah suka sama gue," ungkap Daniel selesai membilas gelas, dan menaruhnya di samping wastafel lainnya bersama gelas-gelas yang lain dalam posisi tengkurap. Kemudian lelaki itu membalikkan tubuhnya, jarak mereka bisa dikatakan begitu dekat sehingga bulu mata lentik Nathasa terlihat sangat jelas.

Begitu cantik.

"Jangan sok tau!" tukasnya mengerucutkan bibir. "Gue juga pernah suka sama lo waktu SMP, cuma karena lo pacarannya sama Chelsea, ya udah gue—"

"Nathasa."

Napas Nathasa sempat berhenti sejenak saat nama itu dipanggil dengan vokal lembut tanpa adanya intimidasi. Kepala Nathasa mendongak untuk melihat wajah Daniel yang begitu tenang.

"Jauh sebelum lo suka sama gue, gue udah cinta sama lo duluan," sambung Daniel tanpa sepenggal kata yang terlewat. "Tapi kalau lo mencoba buka hati buat orang lain, ya gue bisa apa? Gue nggak bisa larang lo mau jatuh cinta sama siapa."

"Lo marah nggak kalo gue jatuh cinta sama Garin?"

"Sedikit." Daniel tersenyum tipis. "Sisanya nggak apa-apa. Lagian, gue nggak bisa maksa. Gue nggak egois." Lelaki itu menepuk puncak kepala Nathasa dengan gerakan lembut. "Dah, sekarang lo tidur, gih."

My Lovely Hero [Gunwook x Eunchae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang