"Kurva karakteristik sendiri adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara Optic Density (OD)¹ pada sumbu y dengan Long Relative Exposure (LRE)² pada sumbu X."
"Kalian bisa lihat contoh gambar kurva yang saya tampilkan di layar LCD. Biar ada bayangan sedikit."
Pak Agung selaku dosen mata kuliah Fisika Radiasi menerangkan saksama soal kurva karakteristik yang berkaitan erat dengan pembentukan sinar x atau radiasi pada pemeriksaan rontgen. Seperti biasa, teman sekelas Randu, mereka semua memerhatikan apa yang disampaikan dosen dengan serius. Kontras sekali dari cowok--mantan calon penghuni kampus seni--yang kini mulai menguap-nguap enggak jelas. Bahkan, Baskara dan Fahri, yang kelihatannya enggak suka belajar, belum menunjukan gelagat-gelagat aneh. Seperti Randu kemarin--asyik sendiri sampai kena hukum Bu Defi. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi, sebab Randu trauma kurang tidur semalaman. Ditambah, hampir telat ke kampus. Pokoknya, parah banget.
Mendadak Randu teringat perjuangannya mendapat IP (Indeks Prestasi) tiap semester mendekati 3,00. Baginya, ini mirip dengan manusia yang mengejar seekor cheetah berlari di gurun pasir. Enggak dipungkiri, separuh pikiran Randu masih diselimuti oleh impiannya menjadi musisi, lalu punya band sendiri. Namun, dua semester kemarin, seorang Randu berhasil mendapatkan IP bagus, menyentuh 3,00. Setidaknya, ia bisa menyombongkan diri di depan ayahnya. Walaupun kenyataannya, Randu enggan untuk membuktikan prestasi yang itu. Ia lebih suka Priambodo mengakuinya sebagai calon musisi hebat, meskipun kuliah di jurusan yang sangat berlawanan dengan persoalan seni dan musik.
Randu mengambil ponselnya yang berukuran 4,6 inch itu di saku celana biru tuanya. Ia teringat oleh pencarian anggota UKM Band Mega Mendung. Dari awal tahu, Randu belum langsung menghubungi kontak narahubung melalui WhatsApp. Ia ingin berpikir sejenak, sebelum bertindak. Dan sekarang adalah waktunya, ketika Pak Agung mulai menerangkan materi Fisika Radiasi yang lebih kurang 10 slide power point lagi selesai.
Randu: "Selamat pagi, Kak. Saya Randu, mahasiswa tingkat dua dari jurusan DIV Teknik Radiologi, ingin bertanya soal UKM Band kampus. Kabarnya, sedang dicari calon anggota baru yang bisa main gitar melodi, ya? Kalau boleh tahu, apa saja persyaratan pendaftarannya, Kak? Saya berniat mecoba. Terima kasih sebelumnya."
Tanpa ragu, jemarinya bergerak cepat, mengetik banyak kalimat berisi perkenalan sekaligus pertanyaan. Perlahan, kedua bibir yang saling menyatu itu terangkat ke atas. Randu merasakan jantungnya berdebar keras. Pertanda, ada aliran emosi bahagia, deg-degan, dan mungkin tersengat demam kupu-kupu, layaknya orang jatuh cinta.
Beruntung, cukup 1,5 jam saja Randu dihadapkan oleh mata kuliah Fisika Radiasi. Ini semua karena Pak Agung mengajar super cepat, enggak bertele-tele. Dosen berkumis tipis itu menyudahi kuliah dengan singkat, jelas, dan padat.
Awalnya, perasaan Randu super lega. Lantaran, enggak ada pertanda Pak Agung memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Namun sayang, ekspektasi enggak seindah realita. Baru saja dibatin, sang dosen malah memberikan tugas melalui google form, yang nanti link--nya akan dibagikan PJ (Penanggung Jawab) mata kuliah di grup WhatsApp.
"Somplak, aku kira bebas tugas. Eh, enggak taunya...." gerutu Fahri setelah Pak Agung berjalan meninggalkan ruang perkuliahan. Suasana pun berubah gaduh, riuh oleh tugas yang baru saja diberikan. Beberapa anak kelas mulai membicarakan ulang soal kurva karakteristik. Mereka saling diskusi satu sama lain. Terkecuali, Randu. Ia cuma diam, enggak berminat. Matanya melirik sana-sini. Bisa gitu, ya? Teman sekelasnya semangat meraih ilmu. Apa kabar Randu coba? Sudah pusing tujuh turunan duluan kali.
Baskara berdecak sebal. "Iya, aku kira begitu. Semoga saja enggak banyak soal fisika yang dibuat PR. Dan, bahasa yang dipakai bukan bahasa inggris." Pasalnya, Pak Agung enggak pernah memberikan soal dalam bentuk bahasa Indonesia, tetapi bahasa Inggris medis yang faktanya super njlimet. Sulit diartikan secara sederhana agar mudah dimengerti.
Pasrah, itu yang Randu pikirkan. Ia sontak menjatuhkan kepalanya ke meja. Masa bodoh soal mata kuliah Fisika Radiasi dengan tugas serumit itu. Ia lebih menanti kabar dari narahubung UKM Band Mega Mendung untuk tahu informasi lengkap selanjutnya.
"Apa itu tugas? Mending turu!"
***
Mas Faisal Narahubung Mega Mendung: "Halo. Iya, kita lagi cari anggota baru yang bisa main gitar melodi. Soalnya, anggota sebelumnya keluar, nggak bisa lanjut."
Mas Faisal Narahubung Mega Mendung:
"Oh, ya. Buat persyaratannya, cukup bawa data diri lengkap. Insyaallah, Mega Mendung bakal kumpul sebentar di taman jamur jurusan Radiologi besok sekitar jam 11 siang. Kamu datang aja, ya. Nanti, kita sekalian ketemu dan banyak tanya.""Humble banget mereka, cui," gumam Randu. Ia pun segera membalas chat dari Mas Faisal.
Aura bahagia yang tersemat di wajahnya terus terpancar hingga dirinya tidak sadar, bahwa kesenangannya itu berlaku sebentar saja.Langkah Randu spontan terhenti di ujung pintu. Tepatnya di ruang tamu, Randu bisa melihat empat orang pria dewasa seumuran Priambodo, yang sekarang menatapnya penuh dengan senyuman formalitas.
"Eh, kamu Randu, 'kan? Sekarang kuliah di Radiologi, ya?" celetuk pria dengan tanda hitam di dahi. Randu yakin, beliau ini rajin sekali beribadah. Seketika, cowok itu merasa tertampar. Ia pun mengangguk sopan sembari tersenyum kecil.
Kini giliran Pak Suteja yang memakai sneli³ lengkap dengan stetoskop melingkar di leher bertanya. "Kenapa nggak pilih dokter saja, Dik? Kayak Bapakmu ini. Keren, lho. Udah kerja di RS besar, punya klinik Akupuntur di rumah lagi."
Randu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus merespons apa. Enggak mungkin bilang kalau Priambodo yang memaksanya masuk ke jurusan Radiologi. Dikarenakan dirinya enggan kuliah di kedokteran dan lebih memilih kuliah di kampus seni favoritnya.
"Saya enggak berminat kuliah di kedokteran, Om. Pengennya jadi musisi, biar terkenal di TV," jawab Randu percaya diri, setelah merenung beberapa detik.
Raut wajah masing-masing orang yang ada di ruang tamu berubah drastis setelah mendengar jawaban Randu. Suasana canggung mulai menyelimuti. Walaupun, Priambodo masih diam sejak tadi, tetapi ia terus memantau gerak-gerik Randu. Dan, setelah menaruh secangkir teh hangatnya kembali ke tatakan berupa piring kecil, Priambodo menatap intens ke arah anak laki-lakinya.
"Beginilah anak saya. Punya impian sendiri, tetapi harus terus dikontrol. Ternyata, lumayan berat mendidik anak, ya. Ada yang berhasil dididik. Ada yang gagal, berujung jadi anak nakal. Untungnya, Randu berhasil masuk ke jurusan Teknik Radiologi, meski bukan kedokteran. Ya, daripada masuk jurusan seni, apalagi musik. Mau jadi apa dia?" jelas Priambodo panjang lebar. Nada bicaranya tenang, tetapi menusuk. Belum lagi, ketiga tamunya mengangguk setuju oleh perkataannya barusan.
Refleks, kedua tangan Randu mengepal kuat. Ia bisa merasakan emosi mengalir ke seluruh penjuru tubuhnya. Bagaimana bisa ayahnya mengatakan demikian? Di depan ketiga tamunya, selaku dokter dan pejabat kelas atas di rumah sakit. Randu heran, apa Priambodo nggak bisa menahan egonya sedikit? Minimal, tidak meremehkan impian cowok itu di khalayak umum.
"Maaf, saya mau ke kamar mandi dulu. Soalnya, perut mendadak mules. Permisi." Tanpa banyak bicara, Randu berlalu saja. Ia enggak peduli sikapnya barusan terbilang kurang sopan atau malah nirertika. Yang jelas, hatinya tiba-tiba sakit dipermalukan begitu.
"Astaghfirulloh. Astaghfirulloh. Astaghfirulloh."
***
Catatan:
¹ OD (Optic Density): Rasio intensitas logaritmik antara cahaya yang jatuh pada bahan tersebut dengan cahaya yang ditransmisikan melalui bahan tersebut.
² LRE (Long Relative Exposure): Panjangnya relatif keluaran radiasi.
³ Snelli: Salah satu perlengkapan dokter yang dipakai saat melakukan praktek atau memeriksa pasien. Fungsi jas dokter slain sebagai sebuah identitas, juga berfungsi untuk melindungi dokter dari penyebaran penyakit yang sifatnya menular atau infeksius.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUDUT KAMPUS KALA ITU [END]
Aléatoire🥇Juara 1 Event Cakra Serial Marathon Batch 03 🏅Best of Author 🏅Best of Message 🏅Best of Blurb Nilai biologi saja enggak pernah mencapai KKM, tetapi malah dipaksa kuliah di kampus kesehatan. Nasib apes sungguh melanda Randu Dwipangga. Niat hati i...