***
"FAREL!"
Panggilan bernada cempreng yang sangat khas bahkan familiar di sepasang telinganya itu, sontak membuat cowok yang hendak mengambil segelas air minum di atas nakas herus terhenti hanya untuk mendengarkannya.
Cowok berpakaian piyama hitam dengan surai hitam legam acak-acakan itu berdiri di depan nakas sambil menatap nyalang jam dinding yang sekarang tengah menunjukkan pukul 06.03, lalu menatap penuh tanya pintu kamarnya. Kamar cowok ala-ala yang di biarkan bernuansa abu-abu. Agaknya tatapan itu menandakan ia penasaran apa kelanjutan dari panggilan tersebut.
Namun, setelah di tunggu punya tunggu, suara itu tidak kunjung terdengar lagi. Lenyap.
Akhirnya, dengan segenap jiwa, raga, pikiran dan hati yang sedang malas-malasnya perkara baru bangun tidur itu, ia memutuskan untuk menghampiri sumber suara.
Dapur.
"Pagi-pagi nggak usah teriak-teriak, Mah! Nanti yang lain kebangun!" Tegur Saga-Kepala rumah tangga di rumah itu.
Pria berkepala 5 itu berjalan santai menuju meja makan. Kala sampai, ia langsung mendudukkan bokongnya di atas salah satu kursi kosong di sana tanpa menghiraukan tatapan sinis dari yang ditegur tadi. Pertanda ia tidak suka ditegur seperti itu olehnya.
"Bukan urusan Papah ya! Lagian rumah sendiri juga! Mamah bebas-bebas aja dong mau teriak-teriak apa jungkir balik sekalipun! Nggak boleh ada yang komen!" Bantah Ziha-Ibu rumah tangga di rumah itu.
Wanita memakai clemek putih itu memutar bola matanya malas sambil berjalan menuju rak piring meninggalkan suaminya yang sudah membuatnya jengkel di pagi hari seperti ini dengan menegurnya seperti itu.
Pria berkaos polos warna jingga itu menghela nafas pasrah sebelum akhirnya mengaduk kopi yang sudah di siapkan oleh istri tercintanya yang tengah jengkel itu.
Bukan pasangan jika yang satu salah dan yang satunya hanya diam saja.
Dalam hal ini, Saga amat sangat membetulkan tindakannya. Oh tentu.. Sebagai suami yang baik hati dan bertanggung jawab tentunya harus menegurnya seperti itu.
Bagi pasangan yang belum tahu, kalian harus tahu itu dengan cara mencontoh pasangan suami istri di atas. Saga dan Ziha yang awet lope-lope sampai uban sudah mulai gilir mudik ke permukaan.
Sementara itu, Farel yang baru saja menutup pintu kamarnya langsung menuruni tangga. Dengan tampang polosnya, ia beberapa kali melirik keadaan di dapur yang memang bisa di tembus dari jarak sejauh itu.
Farel sudah bisa melihat orang tuanya di sana. Tebakan Farel, yang memanggil Farel tadi adalah ibunya yang entah dengan tujuan apa Farel tidak tahu. Sebab, di rumah itu hanya Ziha lah pemilik suara cempreng bak kaleng rombeng peliharaannya Saga.
"Kenapa, Mah?" Tanya Farel setelah sampai di samping meja makan itu, menatap wanita berkepala 2 yang langsung melayangkan tatapan sinis padanya.
Farel yang tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba mendapati itu tentu bingung. Terlihat dari kerutan didahinya.
"Sini kamu, ikut Mamah"
Tangan itu menarik tangan Farel supaya mengikuti langkahnya. Ternyata, Ziha membawanya ke depan kompor gas yang ada di sana.
"Lihat tuh! Ikan gurameh Mamah gosong cah bagus.. cah bagus," Ziha menunjuk wajan yang berisi satu ikan gurameh gede benget hampir memenuhi wajan itu sendiri yang mana sekarang ikan itu sudah dalam keadaan gosong---song. Betulan hitam sak badan-badan.
Farel juga tidak tahu kenapa ikan itu bisa gosong seperti itu.
Kedua bola mata itu mengikuti arah tunjuk jari Ziha. Farel melihat dan Farel tahu kok ikan itu sudah gosong dan tidak bisa di selamatkan lagi.