***
SMA JAYA SAKTI
Tulisan itu terpampang jelas menyambut kedua bola matanya, usai Klara turun dari mobil.
Jadi ini SMA barunya? Bagus. Bangunan 5 lantai yang didekorasi ala-ala sekolah woah itu sudah cukup memenuhi syarat SMA terfavorit di mata Klara.
Melihatnya dari gerbang seperti ini saja, Klara mampu menyimpulkan jika di dalam sana akan menyenangkan, nyaman dan---banyak cogan.
Oleh sebab itu Klara memilih masuk ke SMA ini dan menolak tawaran dari Riyan. Yang mana pada dasarnya Riyan sudah mengatakan akan memasukkan Klara ke SMA yang sama dengan Kania.
Sementara Farel yang baru saja turun dari mobil itu langsung melenggang memasuki area SMA tanpa ragu. Meninggalkan Klara yang masih sibuk memandangi gedung itu.
Hari ini adalah hari pertamanya Klara masuk SMA ini. Karena itu, pastinya Klara sangat-sangat membutuhkan orang lama untuk melancarkan urusannya. Untuk mencari ruang guru, kelas dan sebagainya. Dan menurut Klara satu-satunya orang yang bisa membantunya adalah, Farel.
"Farel, tunggu!"
Itu bukan suara Klara. Namun, berkat panggilan lembut yang sangat familiar di sepasang telinganya itu mampu membuat Farel berhenti.
Suara itu selalu Farel dengar begitu sampai di SMA. Rasanya Farel selalu mendengarnya setiap saat, padahal Farel hanya mendengarnya di kala pagi hari saja.
Itu suara lembut milik Zahra anak kelas 10 adik kelasnya Farel. Gadis itu sukaaaa banget sama Farel dari hari pertama Zahra masuk SMA ini.
Katanya, Farel itu orangnya tinggi, putih, baik, pinter dan lain sebagainya. Memang semua itu benar adanya. Tapi Zahra memilih menutup mata jika di suruh untuk melihat sisi lain Farel. Yang tidak lain tidak bukan, Farel itu kadang suka membuat onar di sekolah, bolak-balik masuk BK, bolos pelajaran, sering ngutang di kantin. Dulu. Waktu Farel masih kelas 11. Mungkin sekarang tidak lagi.
Mengingat masalah itu Zahra memilih bodoh amat. Yang Zahra tahu Farel itu orangnya ganteng dan masuk ke daftar calon pacarnya.
Betul. Orang ganteng itu selalu menang, dimana-mana jika sudah disebut orang ganteng pasti dihargai. Walaupun kelakuannya bangsat sekalipun, para kaum hawa langsung di hipnotis tanpa ada penawarnya.
"Pagi kak! Hehehe... Aneh banget tadi ya langsung panggil nama, maapin ya... Hehe!" Ucapnya sambil menunjukkan sederet gigi putihnya. Menandakan ia merasa tidak enak hati sebab perkataannya tadi.
"Istirahat nanti mau Zahra bawain apa? Nanti Zahra anter deh ke kelas kak Farel, nggak papa" tawar Zahra dengan muka berseri-seri layaknya orang sangat terobsesi pada Farel. Eh! Bukan. Cinta mati maksudnya.
"Nggak usah, makasih" tolaknya tanpa mengurangi rasa hormat.
Farel pergi tanpa mengubah seri wajahnya. Tumpul.
Sudah jelas, cowok itu sama sekali tidak melihat Zahra yang nyatanya sangat menyukainya dan baik kepadanya. Sebab, Farel sendiri tidak ada rasa suka sedikit pun terhadapnya. Lagipula, incaran Farel itu bukan adik kelas, melainkan Alana-siswi seangkatannya.
Sebenarnya Alana itu sudah mempunyai pacar. Teguh namanya. Ya Farel jelas tahu tentang hal itu. Tapi Farel tetap ingin merebut Alana dari Teguh. Dan nyatanya itu sangat sulit. Dimana Teguh dan Farel itu tidak seimbang.
Teguh itu orangnya ganteng tapi menurut Farel, Farel jauh lebih ganteng darinya.
Tegur pintar, Farel lebih pintar darinya. Teguh populer karena anak OSIS, Farel juga populer tanpa menyandang organisasi apapun.