***
Kai, yang tadinya mengendarai motor Arga itu kini sudah sampai di depan rumah Farel yang menjadi tujuan utamanya pergi malam ini.
Usai memarkirkan motornya Arga, Kai segera melenggang menuju pintu utama. Saat sampai, Kai tanpa ragu menekan bel di sana. Berharap Farel segara keluar dari rumah.
Rasanya Kai sudah tidak sabar untuk memuntahkan semua unek-uneknya pada cowok itu.
Ceklek!
Akhirnya pintu itu terbuka setelah Kai menekan bel sebanyak 5 kali. Tapi yang keluar bukan Farel, melainkan Tini-art di rumah itu.
Kai kenal. Sebab beberapa kali Kai berkunjung ke rumah Farel, pasti Kai menjumpai Tini terlebih dahulu sebelum Farel.
"Eh, Mas Kai, ada apa?" Tanya Tini.
"Farel-nya ada, Bi?" Tanya Kai langsung ke intinya tanpa mengurangi rasa hormat.
"Oh... Mas Farel-nya udah nggak tinggal di sini lagi, Mas. Ini sekarang Bapak sama Ibu lagi pergi ke sana buat nengok, Mas Farel" balas Tini ramah tamah.
"Hah?" Beo Kai yang tidak tahu menahu apa maksud ucapan Tini itu.
"Iya, Mas Farel udah nggak tinggal di sini lagi" penjelas Tini.
"Farel diusir?" Tanya Kai shock.
Satu yang perlu Kai garis bawahi untuk ceritanya hari ini adalah, banyaknya keterkejutan yang menghampirinya secara tidak manusiawi yang langsung memenuhi benaknya.
"Enggak... Mas Farel nggak diusir kok, cuma Bapak sama Ibu kepengen Mas Farel itu hidup mandiri bersama Istrinya" penjelas Tini lagi.
"Istri?!" Beo Kai lagi dengan manik beserta mulut terbuka lebar. Tambah shock.
Kali ini Kai betulan shock yang teramat sangat. Kagetnya itu lain setelah mendengar kata 'Istri'
Maksudnya?
"Farel udah nikah?" Pertanyaan Kai yang mendapat anggukan dari Tini "Kapan? Dimana? Siapa istrinya?" Tanyanya sambil condong ke depan membuat Tini mundur beberapa langkah ke belakang. Sumpah demi tanah liat Kai betulan kepo.
"Tang---" Tini menggantungkan ucapannya kala Kai lebih dulu menghentikannya.
"Udah, bibi jawab pertanyaan itu nanti aja,ya, sekarang, bibi kasih tau Kai dimana rumah Farel yang sekarang?" Tanya Kai sambil menegakkan daksanya kembali.
"Iya, Mas, tunggu sebentar ya bibi ambilin dulu alamatnya" setelahnya, Tini masuk ke dalam rumah.
Sementara, Kai menarik nafasnya dalam-dalam lalu buang. Kedua bola mata itu menerawang langit sunyi di atas, tanpa bintang juga tanpa bulan. Sorot mata itu seolah bertanya untuk apa semua keterkejutan ini membanjiri dirinya hari ini?
Perbuatan tidak manusiawinya Arga. Farel yang pindah rumah. Dan yang paling parah adalah Farel yang sudah menikah. Itu yang paling parah dan itu yang tidak bisa di tolerir oleh otaknya Kai.
Gue bakal minta penjelasan sejelas-jelasnya sama lo, Rel. Batinnya.
"Maaf, Mas," kata Tini di ambang pintu membuat Kai menghadapnya "Ini alamatnya" lanjutnya sambil menyodorkan sobekan kertas kecil yang berisi alamat rumahnya Farel yang baru.
"Makasih, Bi" katanya sambil menerima kertas itu "Kalo gitu, Kai pamit dulu ya, Bi" pamit Kai sambil menyalami tangan keriput milik Tini.
"Iya, Mas, hati-hati di jalan ya" pintanya yang hanya mendapat senyuman hangat dari Kai.
Tini masuk. Sementara Kai berjalan menuju motornya Arga sambil merogoh saku celana hitamnya hanya untuk meraih ponselnya.
"Halo! Napa lo telpon gue hah?! Jangan bilang motor gue ruag ya lo tabrakin ke tiang listrik" sembur Arga begitu Arga mengangkat telepon dari Kai.