Selamat pagi, siang, sore, malam buat yang lagi baca somoga good mood teross...
Jangan lupa vote dan comment!
***
Seperti aktivitasnya pada hari-hari biasanya, dimana jarum jam sudah menunjuk pukul 06.30 menit. Arga, cowok itu masih setia bertengger di depan gerbang SMA-nya sejak pukul 6 tepat. Hanya untuk menunggu Farel.
Biasanya, Arga hanya perlu menunggu 5-10 menit saja sudah cukup untuk Arga bisa langsung masuk ke kelas bersama dengan Farel. Tapi tidak dengan hari ini.
"Ni orang bolos sekolah po?" Tanya Arga pada dirinya sendiri sambil celingukan melihat jalan raya di depannya. Berharap melihat tanda-tanda kedatangan Farel.
"Heh lo udah liat Farel masuk kelas belum?" Tanya Arga datar pada salah satu siswa berkaca mata lensa tebal yang baru saja keluar dari gerbang SMA.
Siswa yang diduga sekelas dengan Farel itu menggelengkan kepalanya sebagai respon. Melihat seri wajah datar milik Arga membuat siswa itu lari pontang-panting menjauh setelahnya.
"Ngapa pula orang itu lari, liat gue udah kayak liat setan aja lu" gumam Arga dengan kerutan di dahinya.
Mungkin dimata siswa itu Arga terlihat seperti singa. Garang.
Drt... Drt... Drt...
Nada dering itu membuyarkan fokus Arga hanya untuk mengambil ponselnya dari dalam saku celana abu-abunya. Setelah di periksa, ternyata nama Kai tertera sebagai penelpon.
"Halo! Ngapain lo telpon gue" Arga membuka topik usai menggeser ikon hijau itu.
"Farel masuk rumah sakit, nggak usah banyak tanya sekarang lo otw ke rumah sakit Pelita Jaya kita ketemu disana" kata Kai dari seberang sana sebelum akhirnya sambungan telepon itu terputus secara sepihak.
Dengan diliputi rasa shock, khawatir dan juga penasaran dengan apa yang terjadi terhadap Farel. Arga, cowok itu langsung melesat pergi ke rumah sakit dengan mengendarai motor sport yang ada di sampingnya itu.
Telat ya telat, Arga tidak peduli. Yang ada dalam pikiran Arga sekarang hanyalah Farel.
Sesuai ucapan Kai tadi, Arga dan Kai terlihat memasuki gedung rumah sakit Pelita Jaya secara bersamaan. Langkah keduanya nampak buru-buru supaya cepat sampai di ruang UGD.
Kekhawatiran itu nampak kentara di wajah Arga sampai mereka berada di depan UGD. Mereka tidak bisa langsung masuk. Sebab, kata suster yang mereka temui tadi, pasien hanya boleh dijenguk oleh satu orang saja perjamnya.
Semenatara, di dalam sudah ada Ziha, ibunya. Hal itu membuat Kai dan Arga hanya bisa melihat Farel dari luar ruangan saja lewat kaca di sana.
Dari samping, tatapan penuh empati dan sangat ingin menemui Farel tersirat diwajahnya Arga. Walaupun cowok itu rada somplak, tapi Kai dapat menjamin hatinya lembut dan mudah tersentil.
"Apa kata dokter?" Tanya Arga tanpa mengalihkan pandangannya dari Farel.
Kai menggeleng "Gue belum dapet bocoran dari siapa-siapa soal itu" balas Kai jujur. Setelahnya, Kai melirik jam hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Ternyata sudah pukul 7 lengser 5 menit. Dimana 10 menit lagi bel masuk di sekolahnya akan berbunyi.
"Balik, Ga, bentar lagi masuk, kalo Farel tau lo telat, lo bakal ada di posisi Farel sekarang" tidak perlu menunggu jawaban dari Arga, Kai langsung pergi meninggalkan Arga. Tidak lama setelahnya, Arga pun menyusul.