Bab III : Lapangan

36 3 20
                                    

Semua orang melihatnya, tapi apakah mereka semua mengenangnya?

***

PERINGATAN : Ini adalah cerita fiksi. Tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. Jadi tolong jangan dikaitkan dengan hal-hal di dunia nyata

***

Hari itu, upacara pelantikan sekaligus Serah Terima Jabatan (Sertijab) telah usai dilaksanakan. Kini jabatan berpindah dari pengurus lama kepada pengurus baru. Andra dan Muti adalah salah dua di antaranya. Andra kini menjabat sebagai Ketua OSIS, sedangkan Muti kini menjabat sebagai ketua Paskibra.

Waktu istirahat pun tiba. Namun alih-alih pergi membeli jajanan seperti yang dilakukan siswa lain, Muti dan para pengurus inti Paskibra yang baru, di antaranya Ravael sebagai wakil ketua, Irsyad dan Yatna sebagai Sekretaris, serta Dara dan Denisa sebagai Bendahara, mereka justru berkumpul tepat di hadapan ruang Paskibra untuk mendiskusikan beberapa hal.

"Oke.. Sekarang masa depan PASAMPERA ada di tangan kita berenam. Jadi mulai detik ini, Gue harapkan kerja samanya sebagai sesama pengurus inti, ya.."

Kelima rekannya mengangguk dengan mantap.

"Walaupun kita beda angkatan, tapi kita tetep rekan. Kalian bertiga gausah ragu buat minta arahan dari Kami!" Seru Denisa menambahkan.

"Iya, bener. Terutama Lo, Vel. Kedepannya kita pasti bakal lebih banyak kerja sama. Kalo ada yang gak Lo ngerti atau kalo Lo ada kesulitan, tanya aja ke Gue." Ucap Muti sembari menepuk pundak Ravael. Yang di tepuk pun tersenyum bangga.

"Siap!" Ravael berseru.

"Buat sekarang, sekretaris silahkan data anggota Paskib yang sekarang, terus bikin struktur organisasi yang baru. Bendahara, catet pemasukan dan pengeluaran terakhir dari Angkatan kemarin. Sampai sini jelas?" Muti mulai mengoordinasikan rekan-rekannya.

"Siap, Jelas!"

"Good! Kalo gitu, tanpa penghormatan bubar barisan, Jalan!.."

***

Sudah 1 minggu lebih semenjak masa orientasi telah berlalu. Dan hari ini, alias hari Sabtu, adalah untuk pertama kalinya ekstrakurikuler Paskibra kembali berlatih, karena hari kemarin mereka gunakan untuk menyeleksi anggota. Setelah berkeliling ke tiap kelas untuk melakukan promosi dan menyeleksi mereka, kini mereka berhasil menerima dan menyeleksi 20 anggota baru yang sebagian besarnya berasal dari kelas 10.

Reva merasa lega akan hal ini. Dengan begini, Ia bisa melupakan sejenak kekhawatiran nya mengenai Andra. Mungkin saja di antara 20 orang ini, ada yang memiliki potensi lebih untuk menjadi seorang Danton.

"Siang, Teh!.." Ollie menyapa Reva yang baru saja tiba di sana sembari memberi hormat.

"Siang juga, Ollie!" Balas Reva dengan senyum ramah dan tak lupa dibarengi hormat juga. "By the way, Alia udah dateng belom?" Tanya nya.

"Udah, Teh! Tadi Ollie liat-liat sih ada di sana lagi ngobrol sama Akang Garuda" Ollie menjawab sembari menunjuk tanpa melihat ke arah mana Ia menunjuk.

Melihat ke arah yang ditunjuk Ollie, Reva memang melihat Alia yang sedang mengobrol dengan sesosok Pria yang sepantaran dengannya. Pria itu lah yang Ollie sebut bermarga Garuda. Seketika itu juga raut wajah Reva berubah menjadi suram.

Bubar JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang