Pagi ini, Zilra sedang sarapan diruang tempat biasa keluarganya melakukan sarapan. Rasanya ia masih takut untuk makan bersama setelah kejadian semalam yang menimpanya. Dimeja makan telah tersaji berbagai macam hidangan dan juga susu, tak lupa banyak buah-buahan segar dan juga kopi serta teh. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka saat sarapan bersama.
"Raa motor kamu masih di bengkel?" tanya Damian kepada adiknya yang berusaha memecahkan keheningan.
"Iya kak masih di bengkel, kata orang bengkelnya paling beresnya besok"
"Kalo gitu nanti berangkat sekolahnya bareng aja sama kakak yah daripada nanti kamu telat kan gak lucu kalo nanti dihukum ditengah lapangan, apalagi kalo mereka tau kalo kamu itu adek dari anggota OSIS" ajak Damian kepada Zilra sambil mengunyah makanan.
"Boleh deh kak lagian aku juga kalo pake taksi atau ojol takut kelamaan nunggunya" jawab Zilra yang menerima ajakan dari sang kakak.
"Kalo lagi makan itu jangan banyak ngomong, kalo mau ngobrol itu nanti kalo abis sarapan" kali ini Jerry yang bersuara yang membuat Zilra dan Damian langsung terdiam melanjutkan sarapannya.
"Kalo kalian barengan berangkatnya hati-hati yah, kamu juga Damian jangan ngebut bawa motornya" pinta sang mama kepada Damian.
"Iyaa maa, lagian aku gak pernah ngebut banget ko kalo bawa motor"
Setelah melakukan sarapan pagi Zilra dan Damian langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya. Damian langsung memakai helmnya begitupun dengan Zilra yang kemudian langsung menaiki motornya.
Selama diperjalanan hanya suara dari kenalpot motor yang mengiringi perjalanan mereka, sampai akhirnya Damian buka suara.
"Tamparan papa semalem gak berbekas kan Raa?" tanya Damian yang merasa khawatir dengan keadaan Zilra.
"Hahh, ngomong apa sih kak gak kedengeran sumpah" ucap Zilra yang memang tidak mendengar apa yang dikatakan oleh kakaknya karena suaranya samar-samar.
"Itu tamparan papa semalam gak berbekas kan diwajah kamu?" Damian mengulangi perkataannya.
"Ohh tamparan papa, gak ada bekasnya koo kak tenang aja" balas Zilra
"Syukur deh kalo gak berbekas" ada kelegaan didalam hati Damian ketika mendengar jawaban dari adiknya
"Udah kak fokus aja nyetir nya jangan banyak ngomong, lagian kalo kakak tanya sesuatu juga percuma gak bakal kedengeran jelas"
Setelah mendengar ucapan dari adiknya, Damian kembali tidak bersuara dan fokusnya kembali terpusat ke jalanan.
*******
Akhirnya mereka sampai disekolah, sekarang mereka berada diparkiran sekolah dan sedang berjalan menuju area depan sekolah. Zilra terheran-heran pasalnya banyak sekali siswi yang menatap kearahnya dengan tatapan seolah tidak suka dengannya, tak jarang juga ia mendengar cibiran keluar dari mulut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZILRA
Ficção Adolescente"Aku tidak sekuat apa yang papa sama mama kira, aku juga butuh suport sama hal nya seperti anak seusia ku diluaran sana ma pah. Bahkan kalian tidak pernah mengapresiasi apa pun yang selama ini aku peroleh atau bahkan kalian tidak pernah menganggap k...