Sebuah tombak melesat cepat menusuk mata iblis itu dalam-dalam yang menghadiahi jeritan keras dan menyakitkan. Darah mengalir dari hidung Phuwin akibat mengeluarkan energi besar juga bertahan dari energi penekanan iblis tadi.
Matanya berkunang-kunang, kesadarannya masih tersisa untuk membawa Dunk turun perlahan ke tanah sebelum dirinya juga tidak sadarkan diri seperti temannya.
~
"Bagaimana bisa ada iblis tingkat sedang di sini?!"
Phuwin dengan mata yang masih terpejam dan kesadaran diri yang masih mengawang-ngawang mendengarkan suara seseorang yang menyerukan rasa panik dan tidak percaya.
"Bagaimana bisa mereka mendobrak penghalang iblis milik klan Vihokratana?!"
Suara laki-laki itu makin jelas Phuwin dengar. Beberapa saat kalimat itu terucap, sebuah suara milik orang lain menimpali.
"Aneh sekali, sejak dulu aku tak merasakan energi iblis di diri Kepala Dapur Natthaya...tidak bisa kupercaya bahwa dirinya adalah—
"Wadah iblis."
Perkataan Pakin menghentikan semua orang di ruangan tidur Kepala Akademi. Phuwin akhirnya mulai menggerakan badan dan perlahan membuka matanya.
"Phuwin!"
Pekikan Guru Teeranai membuat semua orang serentak menoleh ke kasur di tengah ruangan itu. Melihat Phuwin yang kini tengah berusaha bangun dengan tangannya sebagai tumpuan, dengan segera guru tua itu membantu Phuwin yang terlihat kewalahan.
"Phuwin, kau tak apa? Merasakan sakit di bagian tertentu?" ucap Tawan dengan nada khawatir yang berhasil lolos saat ia membuka suaranya.
"Aku baik-baik saja, terima kasih telah menolong kami," jawab Phuwin, untungnya ia berhasil merapal mantra perlindungan diri sehingga badan rohnya tidak terluka secara parah.
Ia menoleh ke sebelah kirinya, nampak Dunk dengan posisi tidur nyamannya serta napasnya yang teratur.
"Apakah Dunk baik-baik saja?"
"Ia hanya butuh istirahat yang cukup untuk memulihkan staminanya, untungnya kau temukan ia tepat waktu." Phuwin lega melihat bahwa Dunk dan dirinya berakhir baik-baik saja. Jujur ia kira ia tidak bisa keluar dengan selamat dari kejaran iblis tadi.
Guru Pattra yang duduk di sisinya kemudian menyentuh bagian pergelangan Phuwin, terlihat fokus dalam diamnya, ia lalu berdiri. "Energi dalam tubuhnya sudah kembali stabil, hanya menunggu luka lecetnya untuk pulih total. Selebihnya ia bisa beraktifitas seperti semula."
"Baik, mari kita berikan waktu bagi Phuwin dan Dunk sebelum kita menanyakan detail kejadian lebih lanjut." Tawan mengajak Pakin, guru Pattra, Guru Teeranai, serta guru Pang untuk membiarkan dua murid itu memiliki waktunya sendiri untuk beristirahat, namun Phuwin rasa itu tidak masalah–semakin cepat kebenaran terkuak maka akan semakin baik.
"Tidak mengapa, murid ini baik-baik saja."
Hening sejenak sebelum Phuwin melanjutkan kronologi kejadian yang ia alami..
."Tak kusangka serbuk buah Jalur Merah akan membantu kalian tetap hidup," Ucap Pakin setelah mendengar seluruh rangkaian cerita Phuwin.
"Serbuk apa?" Phuwin membuka suaranya. Guru Pattra yang terkesan tidak tertarik setiap Pakin membuka mulutnya kini diam-diam terlihat ingin tahu tentang serbuk buah yang belum pernah ia dengar namanya.
"Buah Jalur Merah, jenis tumbuhan asli dari negara bagian barat yang pada saat-saat tertentu daerahnya akan turun salju. Buah itu berbentuk bulat kecil berwarna kuning pucat. Saat musim semi mereka berbuah banyak, dan pada musim panas mereka dikeringkan untuk dihaluskan dan dijadikan campuran cat rumah. Menariknya, serbuk dari buah ini memiliki kharakteristik yang unik, saat terkena cairan–mereka akan berubah warna menjadi merah!

KAMU SEDANG MEMBACA
2 Souls [PondPhuwin]
Hayran KurguKisah Phuwin sang pemburu iblis dimana hidupnya bagaikan percobaan yang tak kunjung selesai dipertemukan dengan lelaki tak bisa ditebak perangainya, bagaimanakah jadinya ketika kedua insan tersebut bertemu dan dalam perjalanan hidup mereka pelan-pel...