12 - Mami tidak mau hamil lagi?

75 19 25
                                    

Shawn sudah siap dibalut pakaian kerjanya. Matanya membelo saat dia melihat Leticia keluar dari kamar mandi masih mengenakan pakaian tidurnya.

"Mami, biasanya Mami rapi sebelum sarapan," kata Shawn bingung.

"Mami hari ini mau tidur sampai siang."

"Tetap sarapan, kan?"

"Mami lagi malas makan. Maunya tidur, terus nanti siang Mami jalan-jalan ke mal."

"Mami jangan tidak makan, dong," sahut Shawn khawatir. "Mami tidak mau dibawa ke rumah sakit lagi, kan?"

"Mami lagi tidak napsu makan, Papi."

"Lho? Dulu Mami begini juga saat mengandung Moon. Jangan-jangan Mami hamil?"

"Oh! Jangan sampai!" cetus Leticia cepat.

"Mami tidak mau hamil lagi?" tanya Shawn tersinggung.

"Nggak!"

"Mami!"

"Mami tidak mau hamil. Hamil itu bikin Mami gemuk, terus muka Mami bisa kusam atau bahkan jerawatan! Hii... belum lagi melahirkannya. Itu juga kalau selamat. Kalau tidak? Tidak! Mami tidak mau ambil risiko! Lagipula hidup Mami sudah baik-baik saja!"

Lagipula apa kau mau punya anak dari perempuan yang asal-usulnya jelek seperti aku, keluh Leticia. Kau tidak menikahiku jika aku bukan anak konglomerat. Kau tidak akan ingin punya anak dari aku, Shawn!

Anehnya, raut wajah pria itu berubah murung. Leticia jadi merasa bersalah.

"Sudah, Papi berangkat saja. Mami tidur dulu."

Leticia tidak berdusta saat dia mengatakan dia tidak punya napsu untuk makan. Dia sulit menelan apapun di saat dia sedang berusaha membuat suaminya tidak menyukainya, dan dia tahu bahwa cepat atau lambat Shawn akan menceraikannya.

Walaupun enggan, Shawn mengecup bibir istrinya dan berlalu dari kamar. Leticia merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dipejamkannya matanya.

Dia belum sempat bermimpi ketika lengannya ditepuk-tepuk. Dibukanya lagi matanya.

"Papi? Kenapa?"

"Ini." Shawn menunjuk makanan di atas nampan yang dia letakkan di atas nakas. "Ada roti telur dan susu. Papi tidak akan pergi kalau Mami belum makan."

"Papi," gumam Leticia trenyuh. Dia menegakkan posisinya.

Suaminya duduk di sisi tempat tidur, dekat Leticia. "Mau Papi bantu suapi?"

"Papi jangan baik-baik sama Mami."

"Lho kenapa? Mami kan istri Papi."

Leticia menggeleng kuat.

"Mami! Kita suami-istri, lho!" kata Shawn keras.

"Bukan gitu, Papi, tapi Mami tidak pantas diperlakukan seperti ini oleh Papi! Mami sudah membohongi Papi! Sebagai istri Mami juga banyak kekurangannya." Leticia menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. "Sudah! Papi kerja saja sana!"

"Mami, Papi tidak akan bisa konsentrasi bekerja kalau istri Papi belum makan. Seharian Papi akan terus memikirkan Mami!"

"Kenapa, Papi?" tanya Leticia gemas. "Kenapa Papi harus menyiksa Mami begini? Apa ini taktik Papi agar Mami merasa bersalah terus? Iya? Oh, Papi tega! Papi tega sama Mami!"

"Mami, nggak ada sekalipun niat Papi untuk menyiksa Mami apalagi buat Mami merasa bersalah. Mami kan tahu. Papi itu sayang sekali sama Mami. Papi tidak mau Mami sakit. Papi juga tidak ingin Mami sedih. Nah sekarang makan ya?"

Stay With Me, Tish #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang