25 - Mencoba dekat sama Mami

81 29 20
                                    

Shawn berusaha untuk memperbaiki hubungannya lagi dengan istrinya. Dia menolak ajakan Renaya untuk makan malam di luar. Melalui telepon disampaikannya pula, "Sori, aku tidak bisa."

"Bagaimana bisa, Shawn?" Suara Renaya terdengar sedih. "Istrimu saja tidak keberatan dengan hubungan kita. Kenapa kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi? Kau juga masih mencintai aku, bukan?"

"Aku salah menilai istriku."

"Ya, dan itulah kenapa kau berpaling padaku dan akan meninggalkannya!"

"Renaya, kau orang yang pintar, rupamu juga menarik, aku yakin..."

"Ah, omong kosong! Kau tahu, Shawn? Kau bukan satu-satunya selingkuhanku! Kau juga tidak sekeren itu sampai aku harus menderita karena kehilangan engkau! Ugh, aku bohong! Kau satu-satunya teman yang bisa mengerti aku dan yang paling bisa kuajak bicara! Oh! Kenapa suamiku tidak seperti engkau, Shawn? Kenapa dia lebih suka di rumah, mengurus anak kami, dan menyalahkan aku atas kesibukanku? Dan pria seperti itu yang mau cerai dariku! Berani sekali dia, iya kan, Shawn?"

"Renaya, aku yakin sebenarnya suamimu mencintaimu, dan permasalahan yang kau hadapi sekarang ini hanya gertakan darinya. Dia ingin kau pulang! Dia ingin kau luangkan waktu untuknya dan anak kalian! Dia ingin kau...." Shawn termenung sejenak. Dia teringat pada istrinya. "Dia ingin kau terima kekurangannya."

"Kekurangannya? Apa aku kurang menerima dia yang tidak pandai berbisnis? Apa aku... Oh, kau benar, Shawn! Aku tidak memberi pengertian padanya. Aku bahkan tidak menghiburnya saat bisnisnya bangkrut!"

"See? Pulanglah. Lupakan aku. Aku ini cuma hiburan sesaatmu."

Dan begitu pun kau bagiku, kata Shawn sambil mematikan sambungan. Aku sudah selesai dengan urusan masa laluku bersama Renaya. Sekarang yang ada di hatiku hanya dia yang menungguiku pulang ke rumah.

Shawn pulang lebih malam saat itu. Dia ke kamar Moon, duduk di tepi tempat tidurnya, kemudian mengecup dahi anaknya.

Kehadiran ayahnya membangunkan Moon. Perlahan dia membuka matanya. "Papi baru pulang?"

"Iya, Moon."

"Oh...." Moon menguap. "Papi, Moon mau tidur, nih."

"Oke, Papi hanya mau lihat anak Papi. Papi keluar ya."

"Papi."

"Apa, Moon?"

"Terima kasih ya Papi dan Mami tidak ribut lagi. Mami juga Moon lihat tidak pundung-pundung seperti kemarin."

Mamimu pandai menyembunyikan kesedihannya, Sayang, pikir Shawn pahit. Kesedihan yang disebabkan oleh Papi. Maafkan Papi ya, Moon, gara-gara Papi, Mami yang kita sayang harus sedih!

Dari kamar anaknya, Shawn tidak langsung ke kamar utama. Dia ke ruang seni dulu, mendekati lukisan yang diberikan Leticia untuknya.

Lama dia berdiri di sana memandang lukisan itu. Shawn tidak paham dengan seni. Dia tidak tahu caranya menikmati karya seni sampai dia melihat lukisan yang dibuat istrinya khusus untuknya.

Objek lukisan itu adalah Shawn yang dibalut pakaian formal dengan senyum di wajahnya. Itu penampilannya hampir setiap hari. Dan itu jugalah yang Leticia lihat darinya.

Tidak ada kesenduan di wajah Shawn, seperti yang Shawn lihat di wajah Fabian dalam lukisan. Dirinya yang ada dalam lukisan itu tampil bahagia, namun... apa artinya? Ah, Shawn kesal, mengapa dia tidak pernah belajar seni! Tapi... apakah seni bisa dipelajari?

Shawn membalikkan badannya, hendak ke kamar untuk menanyai istrinya, namun dia terpaku saat dilihatnya Leticia berdiri di dekat pintu.

"Mami, apa Mami selalu melihat Papi bahagia? Tapi Papi... tidak selalu bahagia, Mami!"

Stay With Me, Tish #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang