[ Part 04.5 Chat POV Tersedia di Instagram: Link in Bio ]
🥇🥇🥇
"Nesya,"
"Nggak ada." Percakapan yang dimulai oleh Deven dan diakhiri begitu saja oleh Nesya, disambut dengan anggukan kecewa dari Deven membuat Lionel melirik heran. Ia hampir berpikir bahwa mereka berdua adalah cenayang yang dapat mengerti perasaan satu sama lain tanpa harus berbicara apa-apa.
Sejak tadi Lionel, bersama dengan tiga orang yang lain, tentu saja tidak ada lagi selain Riyandi, Timo dan Nesya yang sedang duduk di meja kantin panjang yang bisa berisi dua belas orang, dengan dua kursi panjang berhadapan.
Di sisi kursi yang satu Riyandi di ujung, dengan Nesya di sebelahnya. Lalu di seberang ada Timo dan Lionel sendiri. Mereka makan di kantin segera setelah jam istirahat berbunyi. Lalu Deven yang baru hadir setelah mengikuti latihan intensif panahan dengan pelatihnya, tiba-tiba datang tanpa berbicara apa-apa lagi selain memanggil Nesya.
Lionel memperhatikan Deven yang dengan manis mengambil tempat di sebelah Nesya, duduk sembari menaruh sekotak rumput—begitu Lionel menyebut makanan sehat yang Deven makan setiap menjelang perlombaan. Aneka sayuran segar, juga dada ayam panggang. Deven makan dengan tenang, masih menoleh ke kiri dan ke kanan seakan mencari keberadaan seseorang.
Lalu juga Nesya yang duduk di sampingnya, masih lahap memakan nasi gorengnya, tanpa lagi perlu mengetahui pertanyaan yang dilontarkan Deven. Tentu saja begitu. Walaupun Nesya bukan dukun, ia tahu pertanyaan yang dilontarkan Deven akhir-akhir ini, hanya menanyakan apakah Seravina ada di kelas atau tidak.
"Jadi yang Nesya bilang itu bener, Ven?" tanya Lionel. "Lo bilang apaan sama ondel-ondel ini, dah?" Nesya mendelik ke arah dua laki-laki di hadapannya. "Bilang kalo lo modusin Sera kemarin, Sampai main gendong-gendongan segala."
"Ya, anaknya udah mau pingsan gitu, masa gue diemin aja?"
"Kalo gue yang pingsan terkapar di lapangan kemarin? Lo bakalan gitu juga?" selidik Nesya lagi.
"Ngapain harus gue? Orang ada Fabio."
"Yee, si anjing nih dikit-dikit ngomonginnya Fabio." Deven terkekeh, masih memakan dada ayam rebus bersamaan dengan seladanya dengan santai. "Gue nih udah solid, gue bantuin Fabio buat deket sama lo, makanya kan, lo bantuin gue deh haha hihi sama Fabio, biar akses gue sama Sera juga lebih gampang."
"Lo nih beneran suka sama Sera? Apa penasaran doang, deh?" Lionel akhirnya mengungkapkan kegelisahannya. "Jangan dimainin, Ven. Itu anak baik banget, loh. Asli."
"Nah, kan. Si ondel-ondel satu ini aja bisa nasihatin lo," sambung Nesya. Setuju dengan celotehan Lionel, bahwa Seravina adalah aset berharga anak Kelas Dua belas IPS. Mau cari dimana lagi kunci jawaban berjalan model begini? Belum tentu juga ada satu di setiap angkatan.
"Memang punya kawan nggak ada gunanya semua. Serius banget gue ini, emang nggak keliatan, ya? Cuma gue yakin saingannya berat, makanya gue harus cepat-cepat bertindak."
Lionel memicingkan mata. "Hah? Siapa saingannya?"
"Pasti banyak nggak, sih?"
"Nggak ada kayaknya?" timpal Nesya lagi membuat Deven ikut bingung. "Hah? Nggak mungkin, lah." sanggah Deven kemudian. "Nggak ada. Siapa sih yang berani dekatin cewek yang terlalu sempurna? Orang cewek-cewek aja pada takut dekatinnya. Makanya seadanya doang gue juga kalo ajak ngobrol," jelas Nesya sebelum menenggak air mineral di botol minumnya.
"Gue cuma curiga sama satu anak, yang temen satu timnya itu, tuh. Kayanya ada rasa, deh, dia."
"Kalau sekedar ada rasa doang mah pasti banyak, Ven. Tapi yang sampe make a move deketin, itu kayanya cuma lo doang yang berani," sambung Timo. Tak mau kalah dengan gosip ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONTiNUE
Romance[21+] Sebagai seorang Atlet Panahan Sekolah yang berprestasi, Deven Tjahyadikarta menjadi sosok yang populer di antara anak-anak perempuan di SMA nya. Meski begitu, hatinya tertambat sangat kuat pada seorang anak perempuan kutu buku bernama Seravina...