★ 05 : Lie

11 4 0
                                    

Vote & komen!

____________________

Kini, Artha, Khanza, dan dua makhluk kecil itu tengah berada di salah satu restoran. Kedua manusia itu duduk berhadapan, dengan Dirga dan Alula di samping mereka. Artha meringis pelan kala melihat makanan yang baru saja di antarkan oleh pelayan. Ia baru saja makan satu jam yang lalu dan sekarang harus makan lagi hanya untuk gadis di hadapannya ini?

Tahu begini, Artha tidak akan berbohong seperti tadi. Tidak mungkin ia makan padahal perutnya sudah terisi penuh.

Lelaki itu melirik anak dengan kuncir dua yang duduk di sampingnya, Alula. Adiknya itu makan dengan sangat lahap, padahal jika Artha ingat-ingat, saat makan berdua dengan Aluka tadi pagi, gadis kecil itu makan dengan porsi yang cukup banyak.

Setelahnya, Artha mengalihkan pandangannya pada Khanza yang tengah sibuk makan. Gadis itu sangat cantik sebenarnya, hanya saja sifatnya yang menyebalkan membuat Artha harus berpikir dua kali jika ingin memuji Khanza secara terang-terangan.

Sepertinya bukan cuman Artha yang beranggapan bahwa Khanza itu menyebalkan.

Lamunannya tersadar tatkala dering ponsel yang berasal dari saku celananya terdengar. Artha tersentak, lalu mengeluarkan benda pipih itu dari tempatnya. Nama sang ibunda tercetak jelas di layar ponsel milik Artha. Lelaki itu lantas berdiri dari duduknya.

“Gue ke toilet sebentar,” ucapnya lalu berjalan pergi dari meja tempat mereka makan.

Sepeninggal kepergian Artha, Khanza menatap heran mangkuk lelaki itu yang masih di penuhi dengan mie tebal ala restoran yang di kunjungi nya sekarang. Belum tersentuh sama sekali, bahkan mie itu terlihat sudah dingin.

Khanza beralih menatap Alula yang sibuk makan. “Lula, Abang kamu kenapa nggak makan?”

Sebelum menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh gadis itu, Alula menelan terlebih dahulu makanan yang berada di mulutnya, barulah setelahnya ia menjawab.

“Abang pasti kekenyangan, Kak. Soalnya tadi, 'kan kita udah makan. Tapi nggak tau kenapa Abang bilang belum makan,” jawabnya dengan polosnya.

Khanza mencoba mencerna perkataan itu sejenak, baru setelah memahami ucapan gadis kecil yang duduk di hadapannya barusan, Khanza meringis dalam hati.

Gadis itu menggigit pipi nya dari dalam. “Oh, gitu, ya.”

Khanza terdiam, ia tengah berpikir sekarang. Kenapa Artha berbohong?

••••

Malam telah tiba, seusai mengisi kembali tenaga dengan makanan—terkecuali Artha—kini Khanza, Artha, Alula, dan Dirga tengah berada di salah satu toko kue yang berada di mall tersebut. Tadi sore menjelang malam, saat berada di restoran, Artha mendapatkan telepon dari Rosa. Wanita itu meminta tolong untuk di belikan kue sebelum pulang.

Jadi, Artha memutuskan untuk pergi ke toko kue sebentar. Tentu saja masih dengan Khanza, Dirga, dan Alula.

Lelaki itu kini tengah berdiri di depan sebuah lemari kaca berukuran sedang yang berisi kue-kue. Sebenarnya, ia sendiri tidak begitu tahu dengan yang namanya kue, sebab Artha sendiri bukanlah orang yang begitu menyukai camilan itu. Karena itulah ia mengajak Khanza ke tempat ini terlebih dahulu, siapa tahu gadis itu bisa membantunya memilih kue.

Best Mistake ★Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang