Mungkin, istilah cinta itu buta memang benar adanya. Contohnya adalah Khanza. Sudah di sakiti, di bentak-bentak, bahkan di posesif kan oleh seseorang yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengannya, gadis itu masih mencintai sosok Arjuna.
Khanza sadar bahwa dia bodoh, tetapi yang namanya perasaan tidak pernah bisa di tutupi. Ia mencintai Arjuna, dan Arjuna juga mencintai dirinya. Mereka sama-sama memiliki rasa, namun status hubungan yang belum jelas menjadi penghalang.
Coba kalian bayangkan, Khanza sudah bersama dengan Arjuna sejak ia duduk di bangku SMP. Menjadi sahabat lelaki itu, hingga sekarang. Tetapi, yang namanya persahabatan antara perempuan dan laki-laki tidak ada yang murni, bukan? Pasti ada salah satu dari mereka yang menyimpan rasa—atau mungkin dua-duanya.
Khanza tak bisa memungkiri bahwa Arjuna adalah sosok lelaki idamannya, lelaki yang ia sukai. Begitupun dengan Arjuna, ia mencintai Khanza. Hanya saja, karena keduanya yang berada di organisasi yang sama, membuat keduanya harus menelan kenyataan mengenai hubungan mereka yang hanya bisa sampai batas pertemanan saja.
Kenapa keduanya tidak menjalin hubungan sejak dulu? Jawabannya karena saat itu Khanza masih jatuh cinta sendirian. Ia sudah bersahabat dengan Arjuna, namun lelaki itu tak pernah menyimpan rasa padanya. Hingga saat mereka memasuki jenjang SMA, keduanya kembali di pertemukan sebagai teman sekelas.
Semenjak saat itu, Arjuna dan Khanza mulai dekat, namun bukan dalam artian sahabat.
Contohnya seperti berangkat dan pulang bersama setiap hari, seperti sekarang.
“Za, lo mau langsung balik?” tanya Arjuna ketika keduanya sampai di parkiran.
Khanza menggeleng pelan. Gadis itu menatap Arjuna dengan senyum tipisnya. “Enggak usah. Gue masih ada bimbingan sama Artha.”
Hening sejenak, Arjuna terdiam. Lagi-lagi Artha. Penyebab pertengkaran keduanya kemarin, bahkan Arjuna yakini bahwa dalangnya adalah Artha.
Arjuna tidak waras, menyalahkan orang lain padahal dirinya yang duluan memulai pertengkaran.
“Bimbingan di sekolah?” tanya lelaki itu.
“Enggak, di rumah Artha.”
Arjuna mengangguk paham, meskipun sebenarnya terbesit rasa tak suka ketika mendengar penuturan Khanza. Tetapi, ini bukan saat yang tepat untuk mencari masalah. Bisa-bisa kepercayaan Khanza padanya berkurang.
“Mau gue anter?”
Gadis itu menggeleng. “Enggak usah, deh. Gue barengan sama Artha aja. Dia udah nunggu di depan juga.”
Arjuna tak bergeming. Sudah sejauh mana hubungan Khanza dengan lelaki bernama Artha itu sebenarnya? Ia cemburu, padahal jelas-jelas hubungannya dengan Khanza hanya sebatas sahabat.
“Udah sejauh mana .... hubungan kalian?”
Kening Khanza berkerut, merasa aneh dengan pertanyaan lelaki itu. Setelahnya, ia kemudian terkekeh kecil. “Cuma temenan doang, kok. Lagian kita 'kan udah jadi partner olim, wajar, dong.”
“Udah, deh. Gue duluan, ya. Enggak enak, Artha jadi nungguin gue soalnya.”
“Dadah!” kata Khanza seraya berlalu dari hadapan Arjuna.
Lelaki itu menatap kepergian gadis itu, lalu beralih menatap sosok Arthayasa yang tengah berdiri di atas motornya di luar pagar. Ada sorot tak suka di matanya, Arjuna .... merasa tersaingi.
Sedangkan di sisi lain, Khanza baru saja hendak naik ke jok motor belakang milik Artha.
“Eh, bentar-bentar!” ucap lelaki itu yang membuat Khanza berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake ★
FanfictionDari ribuan kesalahan yang pernah Artha lakukan, ada satu kesalahan yang tak pernah ia sesali melakukannya. Pertemuan tak terduga nya dengan sang Sekretaris Osis, Khanzasa Vienna Audya. Pertemuan yang melibatkan perasaan pribadi antara keduanya.