0.9 laki-laki berisik

47 5 0
                                    

Aku aslinya sering dapat undangan pernikahan, tapi kebanyakan gak pernah aku datengin dan cuma kirim uang aja sebagai ucapan tanda selamat.

Kali ini aku kasih pengecualian buat Yunho, soalnya dulu aku sempet suka sama dia. Aku penasaran sama calon istrinya, ternyata ya jauh beda sama aku, apalagi di tinggi badan. Aku kalah telak.

Aku gak tau susunan acara nikahan Yunho ini kaya gimana, meskipun agak aneh, mungkin niatan mereka ngasih makan dulu sebelum masuk ke bagian dua mempelai nari-nari nih biar para tamu punya energi kali ya?

Hmmm.. Iri deh lihat mereka. Enggak, aku gak iri soal pernikahan mereka, tapi iri pengin nari sambil dipeluk Yunho juga.

Tenang, aku udah move on kok. Soalnya aku sadar diri. Makanya aku dari dulu cuma fokus kerja aja, nyari uang, menyenangkan diri dan gitu aja sampai gak sempet nyari cowok.

Awal-awal musiknya lumayan hype, terus makin lama makin mellow dan slow. Lampunya juga jadi pelan-pelan meredup sesuai sama tempo lagu yang diputar. Tanpa sadar aku jadi sedih, orang yang aku suka nikah sama perempuan lain.

Selamaaaat buat kaliaaan... Aku gapapa kok. Aku gapapa.

“Muka lo dikontrol, kelihatan jelas tuh.” Aku noleh, menghela napas ke Mingi yang barusan negur.

“Apaan sih? Berisik.”

“Lo suka, kan sama Yunho?”

“Enggak.”

“Bohong.”

“Enggak kok, gak suka.”

“Dari mata lo aja kelihatan.” Katanya pelan.

Aku merengut, mataku jadi panas. Aku coba buat lihat ke atas, nahan air mataku biar gak jatuh.

“Ya gapapa sih kalau lo suka sama Yunho, tapi jangan sampai kepikiran buat ngerecokin hubungan mereka.”

Ah, ni orang satu kenapa sih?! Baru mau sedih udah langsung dibikin emosi!

“Gue gak serendah itu ya!” Omelku langsung nurunin kepala, natap Mingi gak terima.

“Tau kok, tapi siapa tau aja lo nekat.”

“Mingi, stop ya, gue gak akan kaya gitu. Otak gue masih sehat, gue paham mana yang baik sama mana yang enggak. Lo kalau terusin ngomong kaya gitu, nanti lo pulang aja sendiri, gue gak mau pulang bareng sama orang nyebelin nir empati kaya lo.”

“Kenapa gue jadi nir empati??”

“Lo kalau punya empati pasti gak akan ngomong kaya gitu. Lo nuduh gue seolah-olah gue bakalan nyuri pasangan orang. Gue aja sampai sekarang gak kepikiran buat pacaran ataupun nyari pasangan, masa iya gue bisa kepikiran buat jadi orang ketiga di hubungan orang?? Gue tau mulut lo enteng, tapi gak gitu juga, Gi.”

“...”

“Jangan ngobrol sama gue dulu, atau kita pulang sendiri-sendiri.”

R.S.V.P - song mingi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang