Mafia kelas atas

3.8K 165 15
                                    

Rion × Caine
Warning!

———


Caine berjalan perlahan dan berdiri di samping Rion. Sudut bibirnya terangkat, matanya menjadi sedikit sipit. Rion yang melihat Caine tersenyum ikut membalasnya, ia memegang tangan Caine.

"Angkat tangan! Rion Kenzo!" Teriak seseorang dari luar, ia menodongkan senjatanya

Rion terkejut langsung mengeluarkan pistolnya dari balik jasnya, "Caine, berlindung di belakangku!" Titahnya

"Rion," lirih Caine, ia diam menatap beberapa orang yang menodongkan senjata ke arah mereka.

"Caine!" Teriak Rion, ia membalikkan tubuhnya dan menatap wajah calon istrinya, "Caine?"

"Rion Kenzo," Caine menodongkan pistol tepat di kepala Rion, "maaf tapi tugasku selesai sampai disini,"

Rion menunjukkan ekspresi terkejutnya, samar-samar ia menunjukkan senyum. Rion berjalan perlahan menghampiri Caine, beberapa orang meneriakinya untuk menjauh tapi ia tidak mendengarkan mereka.

Sorot mata Caine yang terlihat berbinar kini sirna, Rion menggenggam pistol di tangan Caine, "kamu mau bunuh aku kan?" ujar Rion sambil meletakkan dahinya tepat di ujung pistol, "tembak aku, sekarang,"

Caine diam, ia menatap Rion lekat, entah kenapa jarinya terasa sangat berat hingga ia tidak sanggup untuk menarik pelatuk di pistolnya. Caine menelan ludahnya, wajah Rion kini semakin dekat denganya namun Caine sama sekali tidak mundur.

"Tembak aku, Caine Chana, itu bagian dari tugasmu, kan?" jelas Rion sekali lagi. Mereka saling bertatapan

"Minggir lo semua!" Teriak seseorang membuat semua orang mengalihkan fokus mereka.

Rion dengan sigap mengambil alih pistol Caine, ia mencekik leher Caine menggunakan otot tangannya. Caine yang terkejut berusaha melepaskan dengan memukul-mukul tangan Rion.

Rion meletakkan pistolnya di samping dahi Caine, "lo semua minggir, atau Caine gue tembak?" ujarnya dengan tenang.

"Jangan macem-macem Rion Kenzo! Lepaskan Caine sekarang juga!" Teriak salah satu anggota kepolisian.

Rion berdecih, ia mengarahkan pistolnya ke arah pria yang baru saja berbicara dan langsung menarik pelatuk pistolnya,

dorr

"minggir atau saya tembak,"

Para anggota kepolisian memilih untuk minggir, memberikan Rion akses untuk berjalan. Ia membawa Caine masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah, "keren juga, kamu berhasil menjalankan tugasmu tapi ga berhasil membunuh atau menangkap saya,"

Caine hanya diam, walaupun sebelumnya mereka adalah sepasang kekasih. Sekarang terasa sangat canggung, ia melihat ke arah jendela untuk meredakan pikirannya.

"Turun sayang, kita udah sampai dirumah," ujar Rion dengan nada yang mengejek.

Caine turun dari mobil namun Rion langsung menarik lengannya, "apasih Rion, sakit!" Teriaknya

Rion seakan tuli dan tetap menyeret Caine menuju salah satu kamar dengan pintu berwarna hitam. Ia membanting Caine ke lantai dan mengunci pintu. Rion berjalan menuju lemari untuk mengambil beberapa alat.

Ia kembali menghampiri Caine setelah mendapatkan barang yang ia butuhkan, Rion mencengkram dagu Caine, "aku benar-benar kecewa, padahal setelah menikah denganmu aku akan berhenti menjadi mafia," lirih Rion

"Namun nasi sudah menjadi bubur. Kamu ingin aku masukkan batu kedalam mulutmu lalu aku jahit atau kamu ingin memakai mouth ball ini?" Rion menatap Caine, tatapannya sungguh mematikan.

Caine menjawab dengan terbata-bata, "mouth ball..." Lirihnya

Rion tersenyum, "pilihan yang bagus," dengan segera ia memasangkan alat itu di mulut Caine,

Rion mendekatkan wajahnya dengan telinga Caine lalu menghembuskan nafasnya untuk menggoda Caine, "sebelum aku mati biarkan aku menidurimu,"






———

Tokyoverse [oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang