Gengsi

1.3K 100 15
                                    

KrowxJaki

———

"Masakin gue mie dong,"

Jaki terkejut ketika bungkus Indomie yang dilempar mengenai tubuhnya. Ia mengehela nafasnya, membuat beberapa makanan untuk anggota keluarganya yang lain.

Setelah semua masakannya selesai ia kembali ke ruang keluarga untuk menikmati mie bersama.

"Jak, papi mau nanya. Kamu kemarin pergi sama siapa?"

Jaki yang mendengar pertanyaan itu menoleh ke arah papinya yang juga sedang menatap dirinya. Ia menelan makanan di dalam mulutnya baru berbicara, "sama temen aku, dari BO,"

"Temen apa temen tuh," Krow ikut mengompori

"Kalo cemburu ga gitu Krow caranya,"

"Dih najis banget gue sama tuh boti, mending jomblo se umur hidup," jawab Krow ketus sembari menatap Jaki sinis

Jaki hanya tertawa mendengar candaan keluarganya yang lain, hal ini sudah biasa baginya, "oh ya pi, besok aku izin pergi ya,"

Rion hanya berdehem, "pergi sama siapa dan kemana?"

"Sama temen-temen yang lain, mau jalan-jalan ke pantai,"

"Ya bagus deh pergi dah lu sono, tenang kita kalo gada lu," timpal Krow

"Bohong jak, ntar dia juga uring-uringan kalo ga ada lu," balas Riji yang sedang bermesraan dengan Selia.

"Gengsi itu dia jak, ga usah dipercaya," Selia yang disamping Riji ikut mengompori Krow

"Apasih bacot banget lu berdua," ingin rasanya Krow melempar mereka dengan mangkok beling yang ada di tangannya

"Yaudah Pi aku izin ke kamar duluan ya, mau siapin barang buat besok," Jaki tetap duduk sambil menunggu izin dari Rion.

"Iya siap-siap sana, biar besok kamu ga ribet,"

Jaki hanya mengangguk dan berdiri. Ia mencuci mangkok kotornya terlebih dahulu sebelum pergi ke kamar. Saat di kamar ia justru bingung barang apa saja yang harus dibawa, dan akhirnya ia membawa banyak barang yang tidak penting.

***

"Si Jaki gajadi pergi?" Tanya Krow ke anggota keluarganya yang lain

"Udah pergi daritadi kali, khawatir lu yak," jawab Riji sambil menggoda Krow

"Najis banget gue khawatir sama dia, orang dia cuma pergi sehari,"

Krow duduk di sofa dan memainkan ponselnya, ia melihat tidak ada Papi dan Maminya, "Papi sama Mami kemana?"

"Lagi jalan berduaan, katanya sih bisnis, paling lagi pacaran,"

Krow mengangguk lalu kembali fokus ke ponselnya. Sesekali mereka melemparkan candaan.

"Eh bentar Kevin telpon gue," ujar Krow. Ia berdiri untuk menjauh lalu mengangkat telepon dari Kevin.

"Eh pin halo kenapa?" tanyanya langsung pada inti.

"....."

Krow hanya diam mendengar Kevin berbicara di telepon, tanpa menjawab ia langsung mematikan sambungan dan kembali ke ruang tengah, "gue pergi dulu yo, kalo Papi sama Mami nanya bilang aja ada urusan,"

"Urusan apa sih Krow?" Gin penasaran, tidak biasanya Krow bersikap seperti ini

"Mobil Jaki ancur," jawabnya singkat lalu pergi begitu saja

Mereka semua jelas terkejut mendengar jawaban Krow, untuk memastikan salah satu dari mereka menelpon Kevin.

"Kata Krow mobil Jaki ancur, bener?"

"Iya sumpah sorry banget, ini salah gue, tadi gue udah bilang sama Rion sama Krow. Mereka ga ada bilang ke kalian?"

"Engga, posisi lu dimana sekarang?"

"Gue share lock aja ya,"

Gin mematikan sambungan telepon dan menunggu pesan dari Kevin, setelah tau dimana lokasinya mereka semua segera berangkat untuk melihat keadaan Jaki.

***

"Bohong kalo gue bilang gue ga khawatir sama lu Jaki,"

Sepanjang perjalanan pikiran Krow benar-benar dipenuhi banyak pertanyaan, apakah Jaki selamat, apakah Jaki masih hidup, bagaimana nanti dirinya tanpa Jaki.

Krow memang sangat gengsi dalam mengutarakan perasaannya, bahkan untuk mengatakan hati-hati saat Jaki ingin pergi. Krow berdecak, "jauh banget sih anjing,"

Bibirnya tak henti-henti mengatakan bahwa lokasi Jaki kecelakaan memang sangat jauh, dirinya sudah sangat tidak sabar melihat kondisi Jaki.

"Banyak banget polisi sama ambulans," ujarnya ketika sampai di lokasi. Krow segera turun dan menghampiri Kevin, ia menarik kerah Kevin, "Jaki gue mana anjing???"

"Santai Krow, gue tau ini salah gue, Jaki sekarang lagi di dalem ambulans,"

Krow melepaskan genggamannya lalu menonjok Kevin beberapa kali hingga polisi memisahkan mereka, "kalo sampe Jaki gue ga selamat, awas lu ya bangsat,"

Ia langsung berjalan menuju salah satu ambulans disana, "Jaki?"

"Masuk aja Krow,"

Suara dibelakangnya membuat ia menoleh, suara Zora ternyata. Tanpa pikir panjang ia masuk dan melihat kondisi Jaki yang sudah tidak karuan. Beberapa bagian tubuhnya hancur, mukanya penuh dengan darah dan luka, Krow bahkan tidak berani mengangkat kain yang menutupi sebagian tubuh Jaki.

Ia bersumpah tidak akan memaafkan teman-teman Jaki yang sudah mengajaknya pergi, "Jak lu masih hidup kan?"

Krow mengguncangkan pelan tubuh Jaki, berharap pria di hadapannya merespon. Biasanya Jaki paling tidak suka jika tubuhnya diguncang, jadi Krow berfikir dengan begini Jaki akan bangun dan mengusirnya kembali ke rumah.

"Jaki respon gue Jak, gue gapapa deh kalo lu usir," Krow masih berusaha membangunkannya, sebisa mungkin ia menahan tangisnya di depan Jaki.

"Jak bangun, kan gue nyuruhnya pergi sehari aja ga selamanya Jak,"

Krow mengambil tisu dan membasahinya menggunakan air botol yang ada di sana, ia membersihkan wajah Jaki dari darah yang ada, "bangun Jak, gue bohong kalo gue bilang kita tenang tanpa lo,"

Krow dengan ragu memeluk leher Jaki, ia tidak ragu mengecup dahi dan rambut pria di pelukannya.

"Krow, lu mau balik kerumah atau ikut ambulans?" tanya Kevin di depan pintu. Merasa tidak aja jawaban, Kevin mengerti lalu menutup pintu ambulans.

"Jak, bangun," suara Krow terdengar gemetar, ia bahkan tidak sanggup lagi untuk sekedar berbicara.

"Gue harap ini mimpi ya Jaki," Krow melepaskan pelukannya, ia meletakkan kepalanya di samping kepala Jaki dan menutup matanya. Berharap Jaki akan menggangu tidurnya.

———

Angst dulu

Tokyoverse [oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang