Love With a Criminal

3.5K 157 10
                                    

Makoto x Agil

———

Malam yang cukup sunyi, tapi tidak dengan isi kepala seorang pria dengan rambut berwarna hitam. Ia mengecek ponselnya berkali-kali, menunggu notifikasi dari seseorang.

"Anak itu kemana sih," gumamnya, ia melihat ke kanan dan kiri, berfikir bahwa orang itu sudah datang, "ayodong cepetan, takut ketahuan," ujarnya ke diri sendiri.

Setelah lima menit menunggu akhirnya mobik yang ia tunggu-tunggu datang, dengan segera ia masuk ke dalam mobil, "kenapa lama banget sih? Nanti mama aku tau gimana?" gerutu si pria berambut hitam

Seseorang yang menyetir itu hanya tertawa, "iya maaf ya, tadi papi aku nyuruh anterin adek aku dulu, makanya lama,"

Pria berambut hitam itu menoleh, "Papi kamu tau kita jalan?"

"Engga Agil, dia gatau, kalo tau mungkin besok aku mati," jawabnya, ia mengusap rambut Agil.

Pria bernama Agil itu mengerutkan alisnya, "ngomongnya sembarangan nih, gasuka deh, dasar tua,"

Pria di samping Agil tertawa mendengar ucapan Agil barusan, "mentang-mentang rambut aku putih gini, kamu bilang aku tua? Orang tua mana ada yang ganteng,"

"Ada tuh, kakek kamu, kakek istmo ganteng," ketus Agil

"Oh jadi selera kamu yang begitu ya," jawabnya dengan nada yang mengejek.

"Apasih engga!" Bentaknya

"Marah-marah mulu, nanti cepet tua, rambutnya jadi putih,"

Perbincangan itu masih berlanjut hingga mereka sampai ke tempat tujuan. Agil turun dari mobil dengan perasaan yang jengkel, berbeda dengan pria berambut putih yang merasa senang karena berhasil membuat Agil kesal.

Ia mengikuti Agil dari belakang, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan ke pinggir pantai. Ia melihat Agil yang menikmati pemandangan bintang-bintang di langit. Angin berhembus menusuk kulit, suara ombak yang terdengar membuat dirinya merasa tenang sejenak.

Ia berdiri di samping Agil lalu menggandeng tangannya, "kalo aku mati besok gimana?" tanyanya tiba-tiba

Agil berdecak, ia melihat wajah pria di sampingnya dengan malas, "apasih Makoto, ngomongnya mati mulu!" geramnya.

Makoto hanya tersenyum, ia mengacak-acak rambut hitam milik Agil lalu memeluknya, "kalo aku mati, jangan sedih ya,"

"Apasih maksudnya? Daritadi kamu ngomong mau mati terus, kenapa? Ada masalah?" Agil berusaha menanggapi dengan serius, ia menatap wajah Makoto.

"Aku bohong soal Papi aku gatau kalo kita ada hubungan, aku bohong tadi abis nganterin adek aku," Makoto menggantung ucapannya, ia mengelus surai Agil, "tadi aku di tendang habis-habisan sama Papi, dia kayanya kecewa banget sama aku. Aku itu kriminal sedangkan keluarga kamu polisi, sampai kapanpun kita ga bakal bisa bersatu, Agil," suara Makoto sedikit berat.

Agil tahu betul bahwa pria di hadapannya sedang menahan tangis, begitu juga dirinya, "tapi, apa ga bisa kita kabur berdua?" ujarnya, ia tahu ini adalah rencana yang gila.

Makoto tertawa pelan, "kamu ini lucu ya," ia mendekatkan wajahnya ke telinga Agil, "daritadi aku udah di ikutin, keputusan Papi aku gabisa dirubah, ini kesalahan aku karena buat Papi kecewa,"

Mata Agil mulai berkaca-kaca, "engga kok, kita pasti bisa kabur, kalo kita usahain pasti bisa, Makoto,"

Makoto menggeleng, "kamu harus bahagia, jangan sama aku ya,"

Makoto memeluk Agil untuk terakhir kalinya sebelum peluru menembus kepalanya. Agil membulatkan matanya melihat darah mengalir dari mulut Makoto, "Mako?"

Keseimbangan Makoto hilang, Agil berusaha menahan berat badan Makoto, "Mako! Ga lucu, bangun ga!" pekik Agil.

Makoto memejamkan matanya, "kamu harus bahagia," lirihnya dengan suara yang terbata-bata.

Agil menatap tidak percaya jasad Makoto di pelukannya, ia terdiam menatap wajah Makoto yang teduh. Saat tenggelam dalam pikirannya, suara derap kaki memecahkan lamunan Agil. Ia menoleh untuk melihat siapa yang datang, "Mako, itu keluarga kamu ya?" lirihnya

Jasad Makoto di angkat oleh beberapa orang dan dibawa masuk ke dalam mobil. Pria dengan topi dan masker kain menghampiri Agil, "saya antar kamu pulang, ganti pakaian kamu, mayat Makoto biar keluarga saya yang urus," gumam pria itu.

Agil masih terdiam, menatap kematian orang yang disayang bukanlah keinginan manusia manapun.







———

Tokyoverse [oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang