bab 7

489 32 0
                                        

⚛》》》》Happy Reading《《《《⚛

Sekarang hari dimana Kenan akan berangkat ke New York, untuk mengurusi urusan pekerjaannya.

Sekarang mereka sedang berada di depan pintu masion Xeyen.

"Abang benelan mau tinggalin El?" Tanya Elvaro sedih.

Kenan tersenyum lalu berlutut di hadapan sang adik, ia mengelus pelan rambut Elvaro.

"Abang ga ninggalin El kok, abang cuman pergi dari sekitar El untuk sementara," jelas Kenan.

Lalu ia mendekat kan wajahnya dengan wajah Elvaro. "El tenang ajah, abang udah nyuruh orang buat ngawasin El selama El berada di keluarga ini. Jadi kalau misalnya El kenapa-napa karena mereka, abang bakal langsung bawa El buat ikut sama abang. Jadi El tidak perlu khawatir okeyy, abang akan selalu ada di sisi El," bisik Kenan membuat Elvaro lega.

Sedangkan mereka menatap penasaran kearah Kenan dan Elvaro.

Elvaro tersenyum, lalu memeluk sang abang. "Makasih abang, Ley sayang abang. Jaga kesehatan ya selama disana, El selalu nunggu abang di sini," ujar Elvaro.

Mereka melepaskan pelukan nya, lalu Kenan mengangguk pelan. "Iya sayang, kalau gitu abang berangkat dulu ya," pamit Kenan lalu berdiri.

"Hati-hati abang," ujar si kecil yang mendapat anggukan dari Kenan.

Kenan menatap keluarga Xeyen lainnya. "Kalau begitu saya pamit dulu semuanya, terimakasih atas tumpangan nya selam beberapa hari ini," ujar Kenan.

Mereka mengangguk mendengar itu. "Hati-hati boy," ujar Aiden.

"Iyaa om terimakasih," ujar Kenan lalu pergi dari sana, dengan menaiki mobil hitamnya menuju bandara.

Elvaro menatap mobil sang abang yang perlahan mulai menghilang dari pandangan nya. Jika Kenan pergi lalu bagaimana dengan dirinya? Ia masih tidak yakin dengan keluarga barunya ini, bagaimana kalau misalnya mereka melakukan hal seperti dulu lagi?

Ia harus berbuat apa? Seandai umurnya sama seperti dulu mungkin ia bisa kabur, tapi sekarang kan ia berada di tubuh anak kecil. Dan apa yang bisa dilakukan oleh anak seumuran nya sekarang?

Melawan juga ia tidak akan bisa, kabur? Kabur kemana? Yang ada Elvaro akan menjadi gelandangan di luar sana. Dan Elvaro tidak mau itu terjadi.

Mereka menatap Elvaro yang terus terdiam dengan pandangan kosong yang lurus kedepan.

"El," panggil Aiden.

Tapi Elvaro tidak merespon apa pun, karena anak itu masih asik dengan lamunan nya.

"Elvaro!" Panggil Aiden lagi dengan nada sedikit tinggi, ia khawatir dengan putra bungsunya itu.

Elvaro segera tersadar dari lamunannya. "A ah iya kenapa?" Tanya Elvaro menatap Aiden.

Aiden berlutut di hadapan sang anak. "Ada apa? Kenapa melamun hmm?" Tanya Aiden.

"Gapapa," jawab Elvaro singkat membuat mereka menghela nafas pelan.

"Baiklah kalau begitu ayok kita masuk," ajak Aiden lalu mereka pun masuk kedalam masion.

Jika yang lain berkumpul di ruang keluarga, maka berbeda dengan Elvaro yang lebih memilih untuk istirahat di kamarnya.

"Apa setrauma itu Elvaro kepada kita Dad?" Tanya Revin sedih, ia sangat ingin dekat dengan sang adik.

Aiden menatap putra keempatnya. "Mungkin iyaa, kita coba saja perlahan untuk bisa dekat dengan nya. Jangan terlalu dipaksa yang ada nanti Elvaro akan semakin benci kepada kita," jelas Aiden yang mendapat anggukan dari anak-anak nya.

Transmigrasi Rey [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang