Sudah hampir tiga pekan berlalu sejak perjumpaan pertama mereka. Xiao Zhan kini menggunakan motor tuanya untuk menjemput Yibo pulang kerja. Ini merupakan ujian hidup yang cukup berat bagi Yibo. Motor yang sesekali tersendat, menebarkan teror setiap saat. Dia selalu diselimuti kekhawatiran kalau motor itu mogok atau tiba-tiba roda bannya lepas. Jalanan utama di kawasan itu yang memiliki lubang di beberapa titik, terkadang membuat guncangan yang menjengkelkan. Pertama kali Yibo melaluinya, dia turun dari sepeda motor dengan kedua kaki gemetar. Mirip sensasi kesemutan yang bertahan hingga beberapa lama.
Yibo ingat seperti apa pengalaman pertama itu. Dia agak canggung saat naik ke atas motor tua Xiao Zhan, tapi dia berusaha rileks. Helm yang dibawa Xiao Zhan ternyata kekecilan di kepalanya hingga ia merasa seperti terjepit. Dengan menahan ratapan, Yibo berusaha nyaman dengan itu, meskipun sulit, bahkan tidak mungkin.
"Pelan-pelan ya," bisiknya.
"Aku tidak terbiasa naik motor."
Ugh, tentu saja. Dia naik turun Audi-nya yang mengkilap. Yibo meratap dalam hati.
"Santai saja," sahut Xiao Zhan sambil menyalakan mesin motor dan mulai melaju dengan kecepatan sedang. Jalan raya menuju Taman Lotus cukup lengang membuatnya menambah kecepatan. Tanpa sadar Yibo memegang pinggang Xiao Zhan, mempertahankan keseimbangan.
Hal itu sudah cukup membuat jantung si pemuda manis berdebar-debar dengan kecepatan sepuluh kali lipat dari normal.
Eh apa-apaan!
Tanpa sadar dia menarik gas hingga motor melesat dengan suara mesin menggeram keras menyakitkan telinga. Sesekali motor itu oleng ke satu sisi saat menghindari lubang di jalan.
"Pelan-pelan, Zhan. Kau membuatku takut ..." protes Yibo. Seolah mengambil kesempatan, dia mengeratkan pelukan pada pinggang Xiao Zhan sambil menyeringai penuh siasat.
"Jangan jadi penakut. Itu tidak cocok dengan wajahmu."
"Gaya mengendarai motormu sangat tidak nyaman. Sebenarnya kau bisa naik motor atau tidak, sih?" gerutu Yibo.
"Astaga, sudah jelas aku memboncengmu. Jangan terlalu dramatis, aku sudah cukup lama bisa mengendarai motor."
"Berapa lama?"
"Satu tahun."
Astaga, dia benar-benar amatir dalam segala hal, Yibo meratap lagi dalam hati, tak henti berdoa semoga Xiao Zhan tidak menabrakkan motor tua ini ke batang pohon di tepi jalan.
Tiga puluh menit berlalu seperti sepanjang hari. Yibo nyaris megap-megap karena kesulitan bernapas. Angin menderu dari arah depan menghembus wajahnya. Ketika ia membuka sebagian kaca helm, dengan cepat debu beterbangan masuk ke mata, membuatnya kelilipan. Bibirnya serasa keriting bergelombang akibat tamparan angin kencang. Akhirnya dia memejamkan mata dan menundukkan kepala dengan pasrah.
Mengingat pengalaman itu, Yibo tersenyum sebal. Namun bayangan dia memeluk pinggang ramping Xiao Zhan tak urung membuatnya terkesan.
Rasanya tidak sabar ingin memeluk tubuhnya lagi dengan dia di depannya.
Hari ini Yibo mengambil libur dan berencana mengajak Xiao Zhan makan di restoran dengan alasan ia sudah menerima gajinya. Siang itu mereka kembali naik sepeda motor.
Kali ini Yibo berusaha tidak merasa cemas. Aroma parfum yang manis dari tubuh Xiao Zhan memenuhi hidungnya, membuatnya rileks. Dia tidak bisa melihat dengan jelas jalan di depan, tapi ia tidak merasa khawatir akan tersesat. Dia sudah menjelaskan rute yang akan mereka tempuh.
Mereka melaju cepat di atas sepeda motor, meninggalkan debu yang mendidih di belakang. Yibo mendongak menatap langit di mana ia melihat burung-burung beterbangan dengan bebas. Entah kapan terakhir kali ia merasa gembira seperti sekarang. Dia sudah lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐑𝐢𝐜𝐡 𝐁𝐨𝐲𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐃𝐅)
FanfictionDemi menghindari kekasih materialistis yang seringkali memanfaatkan kekayaannya, Wang Yibo terjun ke jalanan dan berpura-pura jadi orang sederhana. Dia jatuh cinta pada Xiao Zhan, pemuda dari kalangan menengah yang justru berharap mendapatkan kekasi...