2. THE BEGINNING OF OUR EXISTENCE [21+]

2.5K 68 0
                                    

Malam setelah pelatihan selesai seluruh peserta diberi fasilitas penginapan di hotel acara selama 1 malam. Bagi Ramona yang termasuk dalam kaum mendang-mending, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menginap di hotel bintang lima. Sekalipun rumahnya tidak jauh dari lokasi acara tidak apa. Yang penting dia punya pengalaman menginap di hotel bintang lima.

Ramona sudah berada dikamar bersama temannya yang tadi siang baru dikenal. Dia membuka aplikasi percakapan dan mengirim pesan pada Wistara. Tadi setelah menghilang Ramona berinisiatif meminta nomor ponsel pria itu. Bukan gimana dia tiba-tiba saja sudah dijadikan pj kehadiran pria itu secara tidak langsung oleh peserta lainnya.

Hal itu dikarenakan Wistara duduk bersebelahan dengannya dan hanya terlibat percakapan bersama Ramona.

Ck, menyebalkan.

Iyaa menyebalkan. Karena pria itu sangat angkuh. Buktinya dia pura-pura tidak mengenal Ramona saat wanita itu mencoba menghubungi saat ini.

"Ra, kamu bawa pembalut gak sih? Aku baru dapet tapi nggak bawa." Citra teman satu kamar Ramona berbicara lesu.

"Eh, ada kok. Bentar aku cari dulu." Ramona sedikit terkejut karena tadi dia sedang fokus pada percapakannya dengan Wistara.

Dia turun dari ranjang dan mengambil tas tenteng yang dia bawa selama acara. Setelah mengaduk cukup lama bahkan hingga isinya keluar semua, Ramona tidak menemukan benda yang dicarinya.

Menepuk dahi, Ramona baru ingat bahwa barang tersebut dia campur dengan pakaiannya yang ada di jok motor. Dan itu artinya dia harus turun ke basement dari posisinya saat ini yang berada di lantai 20.

"Duh, pembalutku di jok motor deh. Besok pagi aja gimana, cit? Males turun aku." Ramona meringis membayangkan harus terkurung lagi dalam kotak besi itu untuk turun 20 lantai.

Bukan takut. Tapi dia malas saja apalagi sekarang matanya sudah sangat mengantuk karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB.

"Udah tembus, ra. Nanti aku gak bisa tidur di kasur. Apalagi ini lagi deres-deresnya." Citra memasang wajah melas.

Mendengar penuturan Citra, Ramona iba terhadapnya. Akhirnya dia menuntun langkahnya untuk keluar kamar dan turun ke basement demi mengambil 1 barang urgent bagi teman sekamarnya.

Acara mengambil pembalut di basement berjalan lancar. Kini saatnya Ramona kembali ke kamarnya di lantai 20.

Matanya sudah sangat berat saat lift yang dinaikinya berhenti di lantai 3. Dia tidak berpikir banyak, mungkin ada tamu lain yang ingin naik.

Dan betapa terkejutnya Ramona saat pintu terbuka menampilkan sosok Wistara yang terlihat mabuk. Di dahinya banyak peluh berjatuhan.

Tubuhnya sempoyongan. Saat masuk ke lift dia ambruk di pelukan Ramona yang sedikit menjerit kala pintu lift tertutup.

"To-tolong saya." Wistara berusaha berbicara.

Pria itu mati-matian menahan gairahnya. Efek obat perangsang bekerja dengan cepat. Setelah menenggak gelas terakhirnya, Wistara merasakan tubuhnya panas dan bagian intinya berdenyut meminta dibebaskan.

Aroma tubuh Ramona masuk dalam indra penciumannya. Hal itu menjadi rangsangan baru bagi syarafnya yang sudah menegang.

"Shit! Bajingan! Akan kupastikan tidak ada yang lolos setelah ini." Wistara mengumpat tepat di telinga Ramona.

Dia tidak kuat menyanggah tubuhnya sendiri. Dan sejak tadi Ramona tidak menjauhkan diri kala pria itu jatuh di pelukannya.

Jujur Ramona bingung harus melakukan apa ketika lift berhenti di lantai 17. Sepertinya pria itu mendapatkan kamar di lantai ini.

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang