13. PERPISAHAN

310 42 0
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa vote dan komen ;)




Ramona melepaskan bayi itu dengan tidak rela. Sembilan bulan bersama meskipun dalam kandungan ternyata berhasil membangun ikatan batin antara dirinya dengan sang bayi. Sekalipun setiap melihat wajah tampan si bayi yang menyerupai ayah biologisnya membuat Ramona teringat pada Alreno yang jahat, dia tetap tidak bisa berpisah dengan bayinya.

“Ramona jangan melupakan perjanjian kita. Semua itu memiliki kekuatan hukum. Jangan mempersulit dirimu.” Satya mengingatkan Ramona.

“Tapi saya tidak bisa, pak. Bayi saya baru berusia 1 minggu. Dia masih membutuhkan asi dari saya.” Mata Ramona berkaca-kaca.

“Saya bisa memenuhi setiap kebutuhan gizinya. Kamu tidak perlu khawatir.”

“Pak bolehkah setelah ini saya melihatnya? Meskipun hanya 1 minggu sekali saya mohon izinkan saya pak.” Ramona memohon.

“Tidak bisa, Ramona. Apakah kamu sudah siap menerima stigma masyarakat bahwa kamu melahirkan diluar pernikahan? Bukankah keinginanmu waktu itu adalah hidup secara normal? Saya sudah memenuhi keinginan kamu, Ramona. Saya sudah menjamin masa depan kamu. Dan kamu sudah menyetujui perjanjian itu.”

Kemudian Satya pergi membawa bayi Ramona. Dia meninggalkan wanita itu dalam keadaan yang sangat buruk.

Alreno mencengkram kemudi. Dia sangat marah mendengar laporan yang barusan diberikan oleh ajudannya yang bertugas mengawasi Ramona. Bagaimana mungkin Satya tega memisahkan seorang bayi dengan ibunya?

Bukankah dulu pria itu berjanji akan bertanggungjawab pada Ramona?

Tanpa berpikir panjang Alreno membawa mobilnya menuju rumah Ramona. Dia tidak bisa melihat wanita itu terus berkorban. Alreno harus menanyakan kebenarannya.

Sampai di rumah Ramona betapa terkejutnya dia melihat keadaan Ramona. Wanita itu duduk bersimpuh di teras rumah. Dan wajahnya sangat berantakan. Bahkan air matanya sudah mengering.

Secara perlahan Alreno mendekat. Pria itu menyentuh pelan bahu Ramona. Dan hal itu berhasil merebut perhatian Ramona yang sebelumnya hanya melamun.

“Ada apa? Kamu baik-baik saja?” Alreno bertanya lembut.

Ramona menggeleng pelan. Dia menatap nanar pada Alreno. Betapa menyakitkan tatapan itu bagi Alreno.

“Bayiku. Alreno bayiku.”

“Kenapa? Ada apa dengan bayimu? Dimana dia?” Alreno bertanya tidak sabar.

“Bayiku sudah tiada. Dia sudah pergi. Padahal di dunia ini aku hanya memiliki dia. Alreno.” Tangis Ramona kembali tumpah.

“Siapa yang berani mengambil bayimu?” Alreno mengetatkan rahang.

“Pak Satya.” Ramona menjawab lemah.

Mendengar nama Satya disebut, Alreno tidak menahan diri lagi. Dia hendak beranjak tetapi tangannya ditahan oleh Ramona.

Alreno menatap bingung pada Ramona. Kenapa wanita ini menghentikan dirinya.

“Jangan pergi.”

Tiba-tiba Ramona memeluk tubuh Alreno erat. Dia juga menumpahkan air mata di baju pria itu. Dan Alreno hanya bisa pasrah serta membalas pelukan Ramona.

“Aku yang bodoh. Aku yang salah. Aku terlalu gegabah.”

“Kamu tau Alreno, bayi kita laki-laki. Sangat sehat tanpa kurang satupun. Matanya, hidungnya, dan mulutnya benar-benar mirip sepertimu. Dia sangat tampan. Kulitnya putih bersih. Berat badannya juga cukup besar. 4,2 kilogram. Tingginya. Tingginya 55,0 centimeter, Alreno. Bayi kita sangat besar.”

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang