7. BIMBANG

309 28 0
                                    

Halooo, ini kenapa pembaca GMYL nggak ada yang komen lagi ya? Padahalkan nomin kangen komenan kalian :(

Yuk, Give Me Your Comment.
Happy Reading!



Wistara datang dalam keadaan terburu. Semua perhatian tertuju padanya. Dia tidak peduli. Saat ini yang perlu dia pastikan adalah keberadaan Ramona.

Dan ketemu. Wanita itu duduk diurutan kursi paling dekat dengan Kirana.

Keadaannya tidak terlihat baik. Terdapat jejak air mata di kedua pipinya. Wistara mendekat. Kemudian mengulurkan tangan yang dibalas tatapan oleh Ramona.

Wistara memberi isyarat melalui anggukan kepala. Ramona dapat menangkap maksud yang diutarakan Wistara melalui gerakan tangannya.

Wanita itu berdiri menerima uluran tangan Wistara. Mereka kemudian berdiri di hadapan kedua orangtua Wistara.

"Mama, papa. Ramona adalah permasalahanku. Biarkan aku menyelesaikannya sendiri. Putramu pamit, ma." Wistara menundukkan badan tanda penghormatan.

Dan setelahnya dia menarik tangan Ramona dan membawanya keluar. Sepanjang jalan Ramona menatap Wistara dengan penuh amarah.

Apa tadi katanya? Permasalahan?

Baik, permasalahan ya. Wistara juga permasalahan baginya. Tidak perlu takut.

Ramona dibawa masuk sebuah ruangan besar yang diatas pintu masuknya tertulis "Kediaman Xiao Yi Fan.". Dia dipersilahkan duduk di kursi yang ada. Ruangan ini sangat besar jika dijadikan kamar untuk 1 orang saja.

Wistara menghembuskan napas berat. "Sebelumnya maafkan saya terlambat menjemput kamu. Sepertinya kamu sekarang sudah tau identitas saya yang sebenarnya. Apa yang dibicarakan orangtua saya dengan kamu?" Pria itu membuka percakapan.

Ramona menatap berani Wistara. Dia berusaha menahan air matanya. "Orangtuamu meminta aku untuk jadi selir mu."

Wistara menjatuhkan cangkir teh yang dia pegang. Dia tidak menyangka ibunya akan secepat ini menangani permasalahnya.

"Dan kamu menyetujuinya?" Wistara bertanya gamang.

Ramona menggigit bibir bawahnya, memejamkan mata, dan menganggukkan kepala. Sesekali dia mengidu hidungnya yang penuh cairan karena menangis.

"Shit! Kenapa kamu menyetujuinya?! Kamu pikir menjadi selir itu mudah?" Wistara kehilangan kendali atas dirinya.

Jatayu dengan sigap menerobos masuk untuk menenangkan sang majikan. Terdapat aturan untuk tidak berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar di rumah ini. Jika sampai terdengar nyonya utama akan berakhir buruk bukan hanya untuk Wistara saja tetapi seluruh orang yang ada di kediaman pewaris tahta ini.

Tubuh Ramona bergemetar mendengar teriakan Wistara. Tangisnya semakin kencang. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.

"Bukankah sudah saya bilang, saya akan berdiskusi dengan kamu?!" Wistara mulai bisa menguasai dirinya.

Dengan berani Ramona mengangkat kepalanya. Menatap langsung mata Wistara yang dipenuhi oleh amarah. "Lalu diskusi kita tidak akan pernah ada hasilnya seperti biasa? Kamu tidak pernah bersedia menikahi aku. WISTARA!" Ramona berteriak histeris.

Wistara menatap Ramona tidak percaya. "Dan kamu berpikir selir itu akan dinikahi olehku?" Wistara mendesis tajam.

"Tentu saja, selir itu juga istri sekalipun tidak sah secara hukum tapi kamu dan aku saling terikat." Ramona menatap tajam Wistara.

"Ramona, kamu pikirkan ulang sekali lagi. Dalam aturan keluarga Kusumanegara, Selir itu tidak melalui proses pernikahan apapun. Kamu hanya akan diangkat dan kemudian selamanya dikurung di kediaman ini. Kamu juga tidak memiliki hak apapun untuk menggunakan namaku dibelakang namamu. Dan yang paling utama, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengangkat seorang selir." Wistara menjelaskan panjang.

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang