"Terkadang kita tak pernah tau apa kesalahan kita terhadap mereka, sehingga menjadi korban bullying."
Albara Zayyan Mahendra
∆∆∆∆∆
Cowo dengan seragam putih biru yang lusuh itu berlari menghindari beberapa anak yang sedang mengerjarnya. Murid lain yang melihat hal itu tak mampu untuk membantu, pikirnya buat apa? urusan mereka.
Tanpa mereka sadari, korban bullying akan menjadi trauma, takut untuk pergi sekolah dan lain sebagainya.
Lelaki itu terlihat kebingungan, jalan yang ia ambil buntut. Suara yang tak asing lagi di telinganya mulai mendekat dan memperlihatkan beberapa anak yang sudah tersenyum smirik siap untuk memberi dirinya pelajaran.
"Ngapain lo lari hah?!" bentaknya seraya menarik kerang baju yang dikenakan oleh Al.
"Gue punya apa sama lo?" lirih dirinya. Bukannya menjawab pertanyaan Al, mereka hanya tertawa terbahak-bahak menganggap pertanyaan Al hal yang sangat konyol.
"Albara Zayyan Mahendra, lo masih bisa nanya kesalahan lo apa?" lelaki itu mulai melepaskan tangannya dari kerah baju Al memutar badan membelakangi lelaki yang menjadi sasaran bullying dirinya dan berbalik sebelum menjawab pertanyaan Al tadi.
"Gara-gara ayah lo keluarga gue jadi miskin!" sentaknya seraya mendorong tubuh Al hingga tersungkur keras di sana. Lelaki itu meringis kecil merasakan ada yang mengenai tangannya. Pecahan kaca.
"Sampai ternyata lo ikut audisi nyanyi juga disitu gue masih bisa tahan perasan gue Al, gue yakin gue bakal menang dari lo."
"Dan ya, Gue menang. Tapi setalah itu bokap gue bangkrut karna bokap lo bangsat!" Marahnya, ia memaksa Al untuk bangkit dan mendorongnya kembali sampai beberapa kali tubuh dan kepala lelaki itu terbentur oleh dinding belakang sekolah.
"Gue minta maaf, gue gak pernah tau."
"Maaf lo gak akan bisa bikin orang tua gue tajir lagi Al!" bentaknya. Ia mendorong Al untuk terakhir kalinya di hari ini. Mengambil air yang sudah ia bawa sejak tadi dan menumpahkannya tepat di atas kepala Al yang membuat seragam lelaki itu basah.
"Cabut." ajaknya. Mereka mengikuti perintahnya meninggalkan Al di belakang sekolah dalam keadaan seperti itu tanpa rasa bersalah.
"Ya Tuhan, bagaimana ini? Papa pasti akan marah."
Bel sekolah pertanda jam istirahat sudah usai membuat dirinya semakin panik, bagaimana bisa ia masuk kelas dalam keadaan seragam basah? tetapi ia akan berusah meminta izin kepada guru mapel untuk tetap mengikuti pelajaran. Lelaki itu bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki dan berjalan menuju kelasnya.
"Dia kenapa?"
"Paling jadi bahan bullying lagi."
"Kasian ya."
"Katanya si, gara-gara ayahnya si Rian jadi bangkrut."
"Yang bener lo? gila si."
"Serius cuma karna itu?"
"Iya."
Begitulah sekitanya ucapan para siswa yang masih ada di luar ruang kelas mereka melihat keadaan Al seperti itu. Al tak menggubris tak penting katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELF HEALING ll END
General FictionBELUM DI REVISI Sudah END. ⚠️ TYPO BERTEBARAN. Hidup gue kayanya tentang lelucon sampai-sampai semesta berulang kali menaruh semua yang ia ingin lihat dari ku. warning! cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan real life mereka ( para to...