Jangan pernah melihat kebelakang, tetapi lihatlah kedepan karena kalau kamu kembali menoleh rasa sakit itu akan kembali datang.
Davin Wiratama
∆∆∆∆
Remaja itu membulatkan kedua matanya, sekuat tenaga ia menarik rem motor miliknya, memiliki firasat kalau motornya tidak akan berhenti lelaki itu memilih membating stir ke kanan yang membuat dirinya tersungkur di sana.
"Vin!" teriak kedua temannya secara bersamaan. Dengan cepat mereka memberhentikan dan turun untuk menghampiri temannya.
Andra dan Johan tak tinggal diam, mereka ikut menghampiri membantu sang korban. Sekolah ini sudah sangat sepi, baguslah tidak ada korban lagi.
Lelaki itu meringis kecil karena tubuhnya terbentur cukup keras, sial. Lagi dan lagi dirinya mementingkan keselamatan orang lain, tapi kalau tidak akan lebih bahaya lagi, untung saja ia memakai helm kalau tidak mungkin kepalanya akan terbentur.
"Vin lo gapapa?" ucapnya.
"Jangan di tanya, itu motornya benerin." ucap lelaki itu yang masih sibuk membantu temannya membuka helm yang di kenakan.
"Eh lo gapapa? ada yang luka?" tanya Andra seraya menyusuaikan dirinya dengan sang korban.
"Jangan lo tanya dulu co." ucap lelaki bernametac Athar Wilson yang sedang membangunkan motor milik temannya.
"Gue gapapa."
"Lain kali kalau mau nyebrang lihat-lihat." lanjutnya.
"Sorry gue benar-benar gak lihat."
"Lagi lo udah kaya jalanan nenek moyang." sarkas Johan.
"Ya kan gue pikir udah pada pulang sial."
"Ya tapi-" Johan belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun sudah di potong oleh lelaki di samping kanannya itu.
"Ngapa jadi lo berdua yang berisik?" sanggahnya. Johan dan Andra terdiam, mereka hanya saling menyenggol lengan saja.
"Tapi lo beneran gapapa kan? atau ada yang luka biar kita kerumah sakit." ujar Andra
"Gue gapapa, santai aja." balasnya
"Nama lo?" tanya Andra, pasalnya ia berhutang kepada lelaki itu kalau saja lelaki itu tidak membanting stir demi tak menabrak dirinya mungkin ia sedang berada di rumah sakit sekarang.
"Gue?"
"Iya, siapa lagi."
"Davin."
"Andra 10 MIPA 3, kalau lo ada yang luka atau kedepan nya ada masalah lo bisa hubungin gue."
"Hah? sejak kapan lo 10 MIPA 3? perasaan MIPA 2 dah?" ucap Johan kebingungan.
"Bisa diem gak si lo?"
"Nyenyenye"
"MIPA 3? btw kita bertiga MIPA 3 tapi tadi gak ngeliat lo, cuma temen lo itu." sahut lelaki dengan wajah datar dan suaranya yang beratnya Samudra Raksana.
"Kan baru besok njir."
"Gak usah ngegas sial."
"Gak ada yang ngegas ya."
Johan membukam mulut kedua orang yang berada di sampingnya, nasib jadi orang tengah beginilah.
"Shut! berisik tau gak suara lo cocor bebek!" ucap Johan melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELF HEALING ll END
General FictionBELUM DI REVISI Sudah END. ⚠️ TYPO BERTEBARAN. Hidup gue kayanya tentang lelucon sampai-sampai semesta berulang kali menaruh semua yang ia ingin lihat dari ku. warning! cerita ini tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan real life mereka ( para to...