14. Zayyan, Senja

195 36 6
                                    

"Zayyan, hati hati nanti jatuh Nak,"

"Ndak jatuh Papa,"

"Hati-hati sayang,"

Anak itu terus berlari mengejar kupu-kupu di halaman rumahnya, Bima dan Alisya hanya tertawa melihat anak laki-lakinya mengejar seekor kupu-kupu.

Anak itu tersandung, dirinya menangis membuat kedua orang tuanya berlari mendekatinya. Sang Papa langsung menggendongnya dan membawanya ke sofa ruang tamu dan Alisya mencari kotak P3K untuk mengobati luka di lututu anaknya.

"Sakit ya sayang, udah ya ini Papa tiupin biar sakitnya ilang." kata Bima seraya meniup lutut Zayyan yang terluka.

"Udah ya anak Papa yang ganteng ini kan kuat jadi ga boleh nangis, selagi ada Papa gak akan ada yang bisa nyakitin anak Papa yang paling ganteng ini."

"OTEY!" seru Zayyan kecil sambil menunjukan kedua jempolnya kepada sang Papa, membuat Bima terkekeh melihat tingkah anaknya tersebut.

∆∆∆

"Papa!" Zayyan kecil berlari ke arah pintu karena melihat keberadaan sang Papa yang sudah pulang dari kantornya, Bima dengan senang hati menyambut Zayyan kecil dengan pelukan dan mengendongnya.

"Papa itu siapa?" bisiknya, Bima perlahan menurunkan Zayyan dan mengajak kedua anak kecil seumur itu berhadapan dan menyamakan tinggi tubuhnya kedua anaknya.

"Kenalin, ini adik Zayyan. Katanya Ajay mau punya adik kan?" kata Bima.

"Adik Ajay? tapi kenapa dia tidak bayi dulu?"

"Adik Ajay kan lahirnya cuma beda sebulan sama Ajay. Gapapa ya sayang?" Layaknya Anak kecil biasa, Zayyan mengangguk lalu mengulurkan tangannya untuk mengajak kenalan.

"Aku Jayyan, panggil Ajay aja." katanya. Anak di hadapannya tidak langsung menerima luruan tangan Zayyan, ia melihat ke arah Bima, Bima yang paham beralih menatap putranya itu dan mengatakan kalau Zayyan adalah Kakaknya.

"Aku Gilang Kak,"

"Ndak usah Panggil Kakak, panggil Ajay aja," kata Zayyan, Gilang mengangguk dan tersenyum. Tanpa aba-aba Zayyan menarik tangan Gilang mengajaknya bermain mainan yang dia punya. Bima menatap kedua putranya karena mereka baru pertama kali bertemu dan saling mengetahui nama saja sudah bisa tertawa bersama.

Bima mengingat bagaimana harmonis keluarganya dulu, sebelum sebuah foto keluarga yang ada Alisya, Zayyan dan dirinya langsung di robek menjadi kertas kertas kecil yang tak bisa di rangkai kembali menjadi sebuah foto. Bima keluar gudang dengan perasaan campur aduk, karena dirinya benar benar merindukan kehangatan yang pernah dirinya ciptakan dulu. Tapi, sekarang istrinya sudah tiada, Zayyan baru saja pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari di rumah sakit.

Zayyan menatap kepergian Bima, dirinya melihat Bima menyobek sebuah foto tetapi dia tak tahu foto apa, dengan penasaran ia memasuki gudang rumahnya dan menemukan robekan foto yang masih sangat jelas kalau background itu foto mereka bertiga. Hatinya hancur, semuanya terasa begitu cepat. Namun, Zayyan berpikir kalau pasti ada satu atau beberapa foto yang masih utuh di gudang ini.

Beberapa menit setelah mencari, Zayyan menemukan sebuah foto dengan background pantai dengan Bima yang menggendong dirinya di pundak, serta sang Mama yang memeluk suaminya. Zayyan ingat sekali moment pertama dan terakhir kalinya mereka ke pantai bertiga. Zayyan menatapi foto itu, ia tersenyum kalau memang keluarganya sudah hancur dan tak ada harapan untuk di perbaiki lagi biar lah foto ini menjadi kenangan yang tidak akan ia lupakan.

SELF HEALING ll ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang