16

206 35 9
                                    

"Jauhin dia bangsat, dia yang udah bikin Papa meninggal!"

gadis itu terkejut, apa yang abangnya bilang? itu tidak mungkin, mereka saja tidak pernah saling kenal.

"Maksudnya?"

"Nja, dia itu penyebab Papa meninggal. Al itu anak dari Bima Mahendra, udah jelas jelas marga dia Mahendra." jelas Rian, remaja itu mulai mengacak-acak rambutnya, Dia tahu kalau perasaan itu tidak bisa kita atur kapan datangnya. Tapi kenapa harus Al?

"Nja, Nja, dari banyaknya cowo di dunia kenapa harus Al si?"

"Karna gue mau nya dia,"

"Gue harap lo bisa ngehapus perasaan lo itu, gue gak mau kalau lo sampai jatuh cinta sama dia."

"Gak bisa bang, Gue udah deket sama dia. Dia juga sering bantuin materi yang gak gue paham. Bahkan dia nerima dengan senang hati bekal yang pernah gue kasih ke dia, dia itu tipe gue banget." oceh Senja, Rian tahu kalau adiknya saat ini baru merasakan yang namanya Jatuh Cinta.

"Lo pikir Nja, dia udah bunuh Papa, lo masih mau deket sama dia? gimana kalau dia cuma manfaatin lo buat ngehancurin kehidupan kita?"

"Bang, Kak Zay gak sejahat itu. Alasan dia mau ngehancurin kehidupan kita apa? harta? kita udah gak punya,"

"Nja, sadar! keluarga dia ngehancurin keluarga kita! Papa meninggal, Sedangkan Mama harus banting tulang setelah dia ketahuan ngelindungin gue dari aksi Bullying. Dan lo tau? Al yang bikin Mama di pecat dari sekolah!"

"Salah lo, kenapa lo pake aksi Bullying gitu?"

"Karna gue mau balas dendam ke dia, gue sama Mama cape cape ngehancurin mental dia, dan dengan mudahnya lo jatuh cinta sama laki-laki kaya dia? Bangsat!"

"Lo pikir Senja, hidup kita selama ini gak tentram gara gara dia,"

"Lo ga inget sesakit apa? kita kehilangan Papa, sedangkan dia hidup dia bahagia!"

Senja diam, dirinya pernah bersumpah kalau ia akan membalas rasa sakit keluarganya kepada orang yang telah membuat keluarganya hancur. Namun apa? dirinya malah jatuh cinta dengan anak dari orang yang membuat Papanya meninggal.

"G-gue harus gimana bang?" gugup Senja, Rian menatap adik perempuannya dia memegangi kedua bahu gadis di hadapannya lalu berkata, "Buang perasaan lo jauh jauh. Sejauh mungkin."

"Kalau gue gak bisa?"

"Benci dia Nja, Dia penyebab Papa meninggal."

Entah perasaan dari mana, mendengar ucapan Rian dia merasa kalau banyak dendam yang harus dirinya balaskan pada remaja yang dirinya suka. Tangannya mengepal kuat, Rian tersenyum lalu memeluk adik perempuannya itu.

"Gue bakal bales dendam bang."

"Tapi dengan cara gue sendiri." lanjutnya.

∆∆∆

"ZAYYAN I'M COMING." suara Gilang menggema di rumah itu, Zayyan menutup kedua telinganya rapat rapat, anak se cool dirinya harus mendapatkan adik dengan kelakuan ajaib.

"Nape lo!?" sarkas Zayyan saat melihat Gilang berada di ambang pintu kamarnya. Gilang langsung masuk dan lompat ke arah kasur Zayyan, sudah jadu rutinitasnya mengganggu Zayyan.

"Minimal kalo masuk bawa cemilan anjir, jangan bawa badan bau."

"Siapa yang bau si, orang gue abis mandi anjir." protes Gilang, Zayyan tak menjawab dirinya terus fokus menatap layar ponselnya. Gilang dengan cepat langsung mengambil posisi yang nyaman untuk melihat apa yang sedang Abangnya itu lihat.

SELF HEALING ll ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang