05. Pertengkaran

704 104 15
                                    

Bangunan Tillestad High School begitu besar, tinggi, dan memiliki arsitektur kuno yang masih dipertahankan.

Meski bangunan itu besar, halaman luas, banyak taman dan tempat nongkrong, sayangnya tidak diimbangi dengan jumlah siswa. Tak banyak yang bersekolah di sini.

Tapi, itu tidak mengherankan.

Ini adalah kota kecil dengan jumlah orang tua lebih banyak ketimbang orang yang masih muda.

Usai jam pelajaran pertama berakhir, Mira sendirian di lemari loker yang ada di depan ruang kelas, sibuk memasukkan beberapa buku ke dalam.

Seorang gadis berambut pirang berjalan mendekat, lalu sengaja menyenggol lengannya.

"Ah~" Dia pura-pura kesakitan.

Mira menoleh. Dia sudah tahu kalau ini adalah trik klasik dalam memulai permusuhan di sekolah. "Apa?"

"'Apa' kamu bilang, Anak Baru? Harusnya kamu minta maaf sama aku." Gadis pirang itu agak kesal dengan raut wajah datar Mira. Ini tidak sesuai dengan keinginannya. Dia berharap Mira akan bertingkah gugup.

"Minta maaf? Kenapa? Kamu sendiri yang sengaja nabrak aku 'kan? Jangan sok drama. Lagian kamu itu siapa, tiba-tiba nabrak segala? Mau cari perhatian sama aku, hah?"

Jawaban menohok Mira makin membuat Nora emosi. Dia tidak mengira kalau ada anak baru yang berani bicara menantang. "Padahal tinggal minta maaf saja, tapi kamu malah debat aku kayak gini? Tidak tahu sopan santun?"

Percuma ngomong, Mira lantas berjalan melewati gadis berambut pirang itu tanpa sepatah katapun.

"Hei, mau ke mana kamu, Dasar Anak Kriminal!" sentak Nora sambil meraih lengan Mira.

Mira menarik tangannya sampai dilepaskan. Lalu, dia melirik Nora sambil bertanya, "maksud kamu apa manggil aku Anak Kriminal?"

"Tadi kata guru, kamu blasteran Mexico 'kan? Palingan ayah kamu mantan anggota gengster yang sedang melarikan diri, terus pindah ke sini, nyamar jadi dokter."

"Mending kamu ngomong sendiri sama tembok." Mira berjalan lagi. Kali ini, langkahnya tak dihentikan oleh Nora.

Iya, Nora hanya menatapnya berjalan menjauh sambil menahan tawa. Senyum tipis menghiasi bibir tatkala menghina, "... Katanya ibu kamu mati overdosis narkoba, ya?"

Kaki Mira terhenti. Dia heran, kenapa Nora bisa tahu kalau ibunya sudah meninggal dunia? guru-guru harusnya tidak tahu, ayahnya pun mustahil bahas itu saat mendaftarkannya di sekolah .

Lalu, dari mana?

Nora menambahkan, "Orang-orang keturunan sana memang menjijikan, barbar. Otak kriminal semua. Wajar sih kalau kamu tidak tahu budaya minta maaf, terus—"

"Diam!" sela Mira sambil mengepalkan kedua tangan, lalu berbalik badan. Dia mendekati Nora. "Sudah cukup, jangan ngomong sembarangan kamu! Mama-ku bukan meninggal dunia karena narkoba!"

Nora masih memberikan pandangan merendahkan sekaligus senyuman mengejek. "Malas banget satu sekolahan sama anak etnis kriminal. Kamu pikir kalau kamu berdarah latin, kamu bakalan jadi primadona?"

Tersulut emosi, Mira mendorong dada Nora sampai terhuyung ke belakang lalu punggung menabrak loker. Tak puas, dia kemudian menjambak kepala gadis itu, hendak dihantamkan ke loker.

Dia mengejek balik, "tidak usah nyebut aku Latino atau bukan ... Ngaku saja kamu takut kalah saing 'kan? Ngaca kamu, Boneka Barbie. Tampangmu ini pasaran!"

"Kurang ajar!" Nora marah sambil mendorong Mira sekuat tenaga sampai berhasil lepss. Dia melotot emosi akibat tatanan rambutnya berantakan. "Berani banget kamu nyentuh rambutku!"

Manipulative BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang