"Apaaaaa????!!!!!!"
Rasanya tenggorokan Harry* tercekat. Saking shocknya dia tak bisa mengatakan apa-apa sementara Draco* juga terdiam entah memikirkan apa yang jelas dimata hijaunya ada ketakutan disana.
"Mione.. ini bukan ide yang bagus.." sahut Harry* menatap Hermione dengan pandangan kosong.
"Harry.. tidak ada pilihan lain. Kita juga belum mendapatkan solusinya. Aku juga belum tahu apa dan kapan efek ramuannya akan hilang.."
"Bagaimana kalau ini untuk selamanya??" Tebak Harry* pelan.
Mendengar perkataan Harry*, Draco* mengerang. "Aku tidak mau!! Aku mau kembali!! Aku mau ke tubuhku semula!! Aku tidak mau jadi Potter!!" Seru Draco* murka. Dia menjerit histeris Sambil mencengkram kuat dan meremas rambutnya yang seperti sarang burung itu kuat-kuat dan meremasnya sangat keras.
Hermione menggigit bibirnya, "Malfoy. Maafkan aku.. aku tidak tahu akan jadi seperti ini.. aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau tidak ada buku itu.."
"Kau harus bertanggung jawab Granger. Aku tidak Sudi berada ditubuh Potter selamanya.." teriak Draco* penuh keputusasaan, "Bukannya kau ini dijuluki Miss it knows it all. Kau harus kembalikan aku, entah bagaimanapun caranya.." suaranya kini mulai melemah disetiap katanya seolah tidak punya kekuatan lagi untuk bersuara.
Untuk pertama kalinya Harry* dan Hermione melihat keputusasaan Dimata hijaunya yang kini ada ditubuh Harry. Jujur saja, melihat Draco* seperti ini semakin membuat rasa bersalah Hermione semakin besar.
"Maafkan aku Malfoy. Maafkan aku.." Hermione mengucapkan rasa bersalahnya.
Harry* maju beberapa langkah dan menepuk pundaknya pelan, tak lupa meremasnya kuat untuk menenangkan Draco* dan memberinya kekuatan.
"Aku juga terkejut Malfoy. Tapi kita harus berusaha lebih keras agar kita bisa kembali ke tubuh kita masing-masing.." sebenarnya Harry* agak aneh saat menyebut kata kita. Entah apa yang menggerakkan bibirnya sehingga mengucapkan kata tersebut.
Draco* sedikit mulai tenang, jadi Harry* meneruskan kata-katanya.
"Kita lakukan bersama-sama dan jangan menyerah. Aku yakin tak lama lagi kita pasti menemukan jawabannya.. Hermione akan membantu kita. Dan saat itu tiba.. aku janji padamu. Aku akan berusaha lebih keras lagi. Kita pasti akan kembali seperti semula. Aku janji.." janji Harry* bersungguh-sungguh, ada tekad di setiap kata-katanya. Bahkan Draco* bisa merasakannya.
Draco* mendengus geli, berusaha menahan senyumnya. "Berhentilah Potter. Kau mengatakannya saat menjadi diriku. Jujur saja, itu sangat aneh.." timpalnya, tapi tak dapat dipungkiri kalau setiap kata yang diucapkan Harry* membuat suasana hatinya merasa jauh lebih baik.
Harry* menurunkan tangannya dari pundak Draco* sambil menatapnya datar.
"Aku serius Malfoy.." ucap Harry* dengan nada datarnya namun tak lama dia terkekeh, "tapi jujur, aku juga merasakan hal yang sama. Seolah aku mengatakan untuk diriku sendiri.."
"Tapi... terima kasih Potter.. Aku sudah merasa tenang sekarang.." balas Draco* sambil tersenyum walau tipis, Harry* bahkan bisa melihatnya.
Awalnya Harry* terkejut, ini pertama kalinya Draco* mengucapkan kata terima kasih padanya. Padahal dia sudah terbiasa mendengar kata hinaan dan cemoohannya. Apa ini karena mereka sedang bertukar jiwa, jadi sifat buruk Draco* juga ikut hilang. Tapi mana mungkin kan?
Jika saja Hermione tidak bersuara, Keberadaannya hampir saja terlupakan oleh Harry* karena terlalu fokus pada Draco*.
"Aku senang.. Setidaknya dengan kejadian ini, kalian bisa berteman.. tanpa Saling melempar mantra kutukan.." ujar Hermione sambil tersenyum senang sementara Harry* tak merespon apapun ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally love My Enemy (HarCo)
Fiksi RemajaHarry dan Draco jika bertemu pasti selalu bertengkar dan saling melempar mantra. Harry selalu menatap tajam jika draco Malfoy berbuat ulah seperti mengejek atau menghinanya sebagai darah pengkhianat. Harry benar-benar sangat membenci Draco Malfoy. W...