MSCFL bab 6

212 46 1
                                    

"Aku akan menunggu sampai kamu selesai menangis, jadi, menangis lah sepuasnya."

Yoojin terdiam setelah mendengar ucapan (Y/n) dari gawai. Beberapa menit lalu, nomor asing mengirim pesan yang mengatakan bahwa dia adalah (Y/n) dan sebelum Yoojin menyimpan nomor tersebut dia malah ditelpon olehnya.

"Aku tidak menangis kok"

Ujar Yoojin agak kesal, tangannya menaruh kembali botol minuman yang sudah ia minum dari kulkas tadi. Daripada kesal karena disuruh menangis, Yoojin malah merasa kesal karena (Y/n) seolah-olah tahu kalau dirinya mengalami mimpi buruk dan dibebani oleh ingatan Inky sebab kemampuannya sendiri.

Yoojin seharusnya sudah terbiasa karena dulu pun dia sering mendapatkan ingatan dari orang meninggal yang kekuatannya terbagi pada dirinya, tapi sekarang ini entah kenapa dia merasa terpuruk dan memang tadi pun dia hampir menangis.

"Tapi aku tahu kamu mengalami mimpi buruk."

Suara (Y/n) yang lembut dan menenangkan membuatnya tersentak. Tak ada ucapan apapun lagi dari (Y/n), seperti dia menunggu luapan emosi Yoojin yang terbendung dan memberinya ruang.

"Aku...tidak pernah menangis seperti ini sebelumnya..."

"Aku tahu. Kamu sudah bekerja keras, Yoojin." Dia menjeda ucapannya sejenak.

"Selama ini kamu sudah berusaha."

Sebuah sungai kecil tercipta di pipinya, netra sewarna obsidian itu basah karena air mata yang mengalir. Tanpa sepengetahuan siapapun, hanya dia dan (Y/n) di ujung sana yang mendengar tangisannya.

"Maaf karena membuatmu menunggu lama."

Hanya perlu beberapa menit sebelum Yoojin merasa malu setelah menangis sambil menelpon (Y/n), tidak seharusnya dia melakukan itu meskipun mereka memang sudah saling kenal di kehidupan yang lalu tapi tetap saja memalukan.

(Y/n) tersenyum tipis sambil menatap langit malam tanpa bintang di apartemennya. Otaknya sudah membayangkan mata sembab dan merah Yoojin setelah selesai menangis tadi.

"Tidak masalah. Aku suka dengan suara kamu menangis kok."

"Sudah kubilang, berhenti menggodaku."

Tawa (Y/n) terdengar dari ponsel Yoojin. Benar-benar lepas, sehingga membuatnya malu ketika mendengar suara gadis tersebut. Di pikirannya dari dulu sampai sekarang (Y/n) masih saja suka bikin baper.

"Tapi aku selalu jujur, lho? Lamaran itu adalah bukti kejujuran ku padamu." Ucap (Y/n).

Semua ucapannya tidak ada yang bercanda, dia selalu serius jika berhubungan dengan Yoojin. Tapi pria itu malah menganggapnya sebagai candaan, kamu tahu, perasaannya seperti orang humoris yang sulit sekali dianggap serius. (Y/n) juga merasa hal seperti itu.

"Tentang janji pernikahan. Apa, kita harus menikah dalam waktu dekat?"

Yoojin bertanya. Dia berjalan menuju kamarnya. Di apartemen hanya ada dia dan peach, sementara Myeongwoo masih belum selesai dengan urusannya di tempat pengasah senjata.

"Tidak ada batasan waktu untuk skill janji terakhir, hanya, kita harus menepatinya atau mendapatkan hukuman karena ingkar."

Salah satu keuntungan skill itu adalah tidak ada deadline sehingga perjanjian mereka tak bersifat mengekang. Persyaratannya hanya harus ditepati dan mati kalau dilanggar. Jadi, meskipun mereka menikah saat usia tua pun tidak masalah sih, tapi, tapi, tapi (Y/n) tidak mau menunggu selama itu.

"Aku belum siap untuk menikah. Kau tahu, bahkan kata pernikahan tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya."

Jangankan pernikahan. Memiliki seorang kekasih saja dia tidak pernah kepikiran, Yoojin terlalu sibuk dengan masalah-masalah yang menumpuk itu sehingga dia mengabaikan hal-hal berbau asmara. Lagipula, tidak pernah ada wanita yang mau dengannya ketika dia hanya menjadi Han Yoojin.

My S Class Fall In Love (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang