Para maid saling bertukar pandang, mencoba berbicara lewat mata mereka mengenai apa yang terjadi pada keempat tuan muda mereka yang baru saja tiba di rumah.
Galaksa yang melihat raut wajah kebingungan para maid tersenyum kecil dan menggeleng kecil pada para maid yang sedang menatap nya. Galaksa memberikan gestur pada mereka untuk meninggalkan mereka berempat di ruang tamu.Melihat itu para maid pergi meninggalkan ruang tamu membiarkan keempat lelaki manis itu menyelesaikan masalah mereka sendiri.
"Jieno, Lio, Shaka, aku baik-baik saja sungguh. Kalian tidak perlu menghawatirkan ku"
"Tidak, kakak" Jieno berucap "Kita tidak akan membiarkan si bodoh itu untuk mendekati mu. Mereka tidak waras.
"Jieno benar. Untung saja tadi aku berhasil mengendalikan diriku, jika tidak mungkin si Athar itu akan meninggal di tangan ku" Ucap Lio sambil menyugar rambutnya ke belakang.
"Caleo itu juga. Astaga aku sangat membenci nya. Kalian tahu bahkan dia meremas bokong ku. Tunggu saja nanti akan ku mutilasi tangan nya" Jieno berucap kesal.
"Terimakasih" Ucap Galaksa.
"Untuk?" Ucap Jieno, Lio dan Shaka serempak.
"Karena telah menyelamatkan ku tadi. Jika tidak ada kalian aku tidak hal buruk apa yang terjadi padaku. Kalian tahukan sebenarnya aku penakut.
"Kakak, kau tahukan kami sangat menyayangimu. Berhentilah mengucapkan terimakasih, kita adalah sahabat sekaligus keluarga. Jangan merasa kalau kakak itu sendiri, ada kita kak. Kita selalu ada disamping kakak" Ucap Jieno.
Galaksa bersyukur pada Tuhan karena telah menempatkan nya bersama orang-orang yang tulus menyayangi nya.
"Kakak menangis?" Ucap Jieno saat melihat air mata Galaksa mengalir ke pipi nya.
Galaksa memeluk Jieno yang duduk di samping nya yang tentu saja di balas pelukan sayang dari Jieno.
"Kau tenang saja Aksa. Apapun keperluan mu katakan saja padaku. Apa kau ingin memesan nuklir untuk meledakkan sekolah itu?" Tanya Shaka pada Galaksa.
"Bodoh! Bagaimana kita belajar kalau kau ledakan sekolah nya?" Kesal Lio.
"Kita tinggal cari sekolah baru" Ucap Shaka dengan santai.
"Suka suka sultan" Ucap Lio.
Dan selanjutnya dihabiskan mereka dengan bercanda bersama dan membicarakan banyak hal. Melupakan semua kekesalan mereka di sekolah tadi.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Jaegar, Athar, Jian dan Caleo sedang berada di apartement Jaegar, disana juga ada Haidar, Gavin, dan Jevan yang baru saja pulang dari sekolah mereka.
"Jadi, apa yang ingin kalian lakukan selanjutnya?" Gavin membuka suara setelah mendengar kisah Athar barusan.
"Justru itu, kami perlu bantuan dari kalian" Ucap Caleo.
Haidar, Gavin dan Jevan saling bertukar pandang satu sama lain lalu kemudian menatap satu persatu Jaegar, Athar, Jian dan Caleo.
"Jujur saja kami tidak punya ide untuk masalah ini. Oh ayolah bukankah kalian yang ahli dalam hal ini, kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu pada kami?" Ucap Jevan sedikit kesal.
"Siapa tahu kalian punya ide lain" Ucap Jian.
"Kau salah orang kalau begitu" Haidar berucap.
"Jaegar, kau punya ide?" Athar bertanya.
Jaegar menarik salah satu sudut bibir nya "Biarkan semua mengalir seperti air"
"Ingatlah Jaegar, mereka bebeda. Mereka bukan orang yang akan terpesona pada kita" Ucap Athar.
"Bagaimana jika taruhan?" Saran Haidar.
"Seperti?"
"Bertanding di lapangan, jadi siapa yang kalah harus menuruti keinginan yang menang"
"Aku setuju dengan, Haidar. Kalian berempat ini kan anak basket, ajak mereka tanding basket saja"
"Tidak buruk, aku setuju dengan saranmu" Ucap Athar "Bagaimana Jaegar?"
"Ide bagus, aku setuju"
"Tapi bagaimana jika mereka tidak mau?"
"Mereka pasti mau. Aku akan memberikan kesepakatan untuk mereka nanti nya" Ucap Jaegar sambil tersenyum misterius.
•
•
•
•
•
•
•Keesokan harinya, Galaksa, Lio, Jieno dan Shaka berangkat ke sekolah. Kali ini dengan diantar supir menggunakan Ferrari milik Lio.
Lee Donghyuck/Haechan ➢ Haidar
Park Jihoon ➢ Jevan
Lai Guanlin ➢ Gavin
Maaf yaa jika chapter kaliii inii pendekk, Aksaaa masihh setengah sadar karenaa baruu bangun hehee
Jangan lupa vote dan komen yaa hehee
See you next chap