BAB 1

171 14 4
                                    

Sherina Elzavira

Dari kejauhan nampak seorang gadis cantik sedang berkumpul bersama kedua orang tuanya. Mereka berlarian dan menghabiskan waktu bersama sembari mereka menikmati pemandangan kebun teh yang begitu asri, di sekelilingnya penuh dedaunan yang menghijau. Senyum indah kian terpancar diwajah keluarga kecil itu, seolah kebahagiaan itu tak akan pernah berlalu. Tiba-tiba suara alarm berbunyi dan terpaksa membangunkan Sherina dari mimpinya.

"Ya ampun jam berapa ini? Jangan sampai gue telat!" cemas Sherina seraya dia bergegas siap-siap mau berangkat ke sekolah.

Sherina Elzavira adalah anak tunggal dari pasangan Adam dan Sekar. Sherina gadis yang dahayu*, berkulit putih bersih, ia memiliki nayanika**, dengan rambut panjang yang ikal. Sherina sangat gemar menulis ia pun dikenal sebagai murid yang pintar dan teladan di sekolahnya. Semula hidup Sherina selalu bahagia sampai suatu hari musibah besar datang dan menimpa keluarganya. Sherina harus bisa menerima kenyataan pahit saat perusahaan papanya bangkrut, dan tak lama papanya pun meninggal dunia. Benar kata orang tak ada satu anak pun di dunia ini, akan merasa baik-baik saja setelah kepergiaan orang tuanya. Sherina merasakan pedihnya kehilangan saat ayahnya pergi untuk selamanya. Apa Sherina akan mampu melewati ujian demi ujian yang terus menerpanya? Bagaimana dunia Sherina selanjutnya tanpa ayah?

Sebelum berangkat Sherina berpesan ke mamanya, "Ma ... Mama di rumah aja, ya jangan kemana-mana!"

"Iya, Nak ... " timpal Sekar.

Sekar lantas melempar senyum dan mengangguk. Ia tetap menatap Sherina sampai Sherina benar-benar hilang dari pandangannya. Setelah itu Sekar lantas melanjutkan aktivitasnya beres-beres rumah seperti menyapu, mencuci pakaian, mencuci piring dan lain-lain.

***

Di parkiran sekolah, Sherina melihat beberapa motor sudah tertata rapi, lingkungannya juga nampak bersih, dengan udara yang masih terasa segar. Lalu ketika Sherina telah usai memarkirkan motornya ia lantas mengerutkan keningnya seraya berkata, "Motornya mbak!" tegur Sherina sebab orang itu telah menabrak motor Sherina beberapa kali, "Eh maaf-maaf," timpal perempuan itu.

Sherina lantas bergumam, "Sebenernya dia bisa enggak sih, bawa motornya?- Sini biar gue aja yang parkirin!"

"Oh ... ok," singkat wanita itu.

Setelah Sherina selesai memarkirkan motor gadis itu, Sherina pamit masuk kelas duluan, baru beberapa langkah orang itu lantas memanggil Sherina lagi, "Tunggu!"
Sherina lantas memutar badan, "Iya ada apa?"

"Nama lo Sherina Elzavira, kan?" tutur si wanita tadi.

"I-iya. Bentar ... " Sherina terdiam dan berpikir keras sembari mengingat baik-baik siapa wanita itu, "Lo Lea Adnindya, kan? Anaknya pak Erik yang udah ngasih gue beasiswa, makanya gue bisa sekolah di sini," lanjut Sherina.

"Iya. Gue seneng bisa ketemu sama orang sepinter lo, semoga kita bisa berteman, ya," Lea tersenyum simpul.

"Yang ada gue kali yang seneng ketemu lo, secara berkat orang tua lo gue bisa ada di sini sekarang."

"Lo berhak kok dapet beasiswa itu. Anyway maaf, ya. Tadi gue enggak sengaja nabrak motor lo, gue sebenernya belum begitu bisa bawa motornya. Tadi tu sopir Papa gue tiba-tiba sakit dan karena gue buru-buru makanya gue beraniin ke sekolah bawa motor sendiri."

"Iya enggak pa-pa. Dulu gue juga kayak gitu tapi lama-lama jadi biasa," terang Sherina seraya mulutnya melengkung membentuk senyuman.

Di tengah percakapan mereka yang kian seru, mereka sampai lupa kalau mereka harus buru-buru masuk kelas, "Oh, ya tadi udah loceng belum, sih,?" sontak Lea.

Dunia Tanpa AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang