BAB 2

96 9 2
                                    

AIDEN SADANA MAHENDRA

         Aiden Sadana Mahendra merupakan anak tunggal dari pengusaha kaya bernama Lian Mahendra.  Aiden merupakan kakak tingkat Sherina.  Dari kecil Aiden sudah kehilangan sosok ibu di hidupnya, sejak itulah ia dididik oleh papanya yang selalu mengajarkan kalau tak ada perempuan yang benar-benar tulus di buana* ini sebab ibunya saja tega meninggalkan mereka demi lelaki lain. Hal itu benar-benar menjadi trauma untuk Aiden, yang membuat dia enggan mengenal cinta. Aiden lebih senang berdiam diri di rumah tak seperti kebanyakan remaja lelaki pada umumnya. Meski begitu Aiden selalu di gandrungi oleh kaum hawa karena ketampanan serta  kepintaraannya dibidang fisika. Aiden itu bertubuh tinggi, kulit bersih berseri,hidung mancung, dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya.

Di ruang makan rumah Aiden, “Silakan Aden!” tutur pembantu Aiden yang bernama Ami.

“Terima kasih, Bik,” timpal Aiden.

“Loh-loh, Bik. Kok sarapan Naren enggak ada?” cetus Narendra.

“Ye ... ambil sendiri di belakang manja bener!” sahut Ami sambil bercanda.

“Bibik curang!” jawab Narendra seraya memasang wajah kesal.

“Gimana kalau sarapan lo buat gue aja, Den?” belum sempat Aiden menjawab, Naren sontak menarik piring Aiden dan menyantap makanan Aiden dengan lahap.

“Naren!” teriak Ami seraya menjewer telinga Naren. Dan Aiden hanya tertawa kecil melihat tingkah teman sedari kecilnya yang selalu saja mengusik pembantu keluarga Aiden itu.

           Ami termasuk orang yang beruntung, karena Ami adalah satu-satunya perempuan yang dekat dengan Aiden dan yang Aiden percaya. Ami adalah orang yang merawat Aiden sejak  kecil. Yang selalu menjaga, mendengarkan Aiden cerita, dan menemani Aiden saat Lian sibuk kerja. Ami itu memiliki tubuh yang gemuk, pipi tembem, kulit sawo matang, dan rambutnya selalu di sanggul.

“Aden enggak mau sarapan dulu?” tanya Ami pada Aiden.

“Enggak, Bik nanti aja di sekolah,” jawab Aiden.

“Ini semua karena Naren dasar!” celoteh Ami.

“Udah, Bik enggak pa-pa,” sahut Aiden sembari menahan tawa melihat temannya selalu disalahkan oleh pembantunya.

       Di perjalanan menuju sekolah, belum masuk gerbang beberapa siswi sudah bergerombol ingin bertemu langsung dengan Aiden, “Permisi-permisi!” tegas Naren pada siswi-siswi tersebut.

“Kak Aiden, Kak Aiden udah punya pacar belum?” cetus seorang siswi.

“Maaf ya semuanya, kita berdua mau masuk dulu!” sontak Naren, pak satpamnya kemana lagi? Enggak becus banget kerjanya! -  ucap Naren dalam hati.

          Tak berselang Sherina datang dengan mengendari sepeda motornya, ia melihat ada kemacetan tepat di hadapannya, sudah seperti kedatangan artis papan atas saja. Dia merasa bingung bagaimana caranya supaya dia bisa masuk dan memarkirkan kendaraannya.

“Kenapa pada di sana, sih?” ucap Sherina kesal, “Btw gue kan bawa motor, kenapa enggak gue klaksonin aja mereka biar pada bubar?” lanjut Sherina.

Sherina lantas menjalankan misinya dan benar siswi-siswi tadi banyak yang terkejut dan akhirnya bubar, “Keren juga tuh cewek, lo harus bilang makasih ke dia, Den!” perintah Naren, seraya Naren menepuk pundak Aiden tiga kali.

Sherina ElzaviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang