Tak Ada Usaha yang Sia-Sia
Waktu terus bergulir, sudah tiga hari Lea masih bersikap dingin dengan Sherina. Nissa ikut terdayuh* melihat kedua sahabatnya yang semula akur menjadi renggang seperti sekarang. Nissa terus memutar pulpen yang ia pegang seraya memikirkan sebuah cara agar kedua sahabatnya itu bisa baikkan. Seketika sebuah ide melintas di kepala Nissa, dan dia rasa idenya itu akan berhasil.
“Sher, gue boleh minta tolong enggak,” tanya Nissa.
“Of course,” Sherina tersenyum simpul seraya mengangguk.
“Boleh enggak gue minta tolong ke lo, lo ke perpus minjem buku paket fisika buat gue. Gue sebenernya mau banget ke perpus tapi gue lagi enggak enak badan,” wajah Nissa seolah memucat.
“Oh, boleh kok sekalian gue juga mau minjem buku biologi,” timpal Sherina dengan senyum kian merekah diwajahnya.
“Masya’Allah ... baik banget deh sahabat gue yang satu ini,” Nissa senyum sembringah lantas memeluk Sherina, “Wait ... bukannya lo lagi enggak enak badan? Kok tiba-tiba jadi sema--” sela Sherina.
“Eh iya lagi sakit,” spontan Nissa kemudian melepaskan pelukannya pada Sherina.
“Yaudah gue pergi sekarang aja, ya,” pamit Sherina.
“Iya-iya,” mata Nissa berkeliling, seolah ia sedang menutupi sesuatu.
Saat Lea melintas tepat di bawah kelas mereka, Nissa telah bersiap menjatuhkan buku paket yang sedari tadi dipegangnya. Nisaa tahu kalau Lea akan pergi ke kantin, maka dari itu Nissa meminta Sherina ke perpus. Nissa sengaja mau menjatuhkan buku itu niatnya mengenai Lea dan nanti Sherina yang membantu Lea. Ternyata benar buku itu hampir kena kepala Lea beruntung ada Sherina yang mendorongnya. Namun di waktu yang bersamaan ada dua orang lelaki yang gagah membantu Sherina. Mereka adalah Kenzo dan Aiden. Kenzo menarik tangan Sherina agar tak kena buku itu sementara Aiden justru menangkap buku paket tersebut. Sherina sempat saling pandang-pandangan dengan Kenzo.
“Woy yang di atas, lihat-lihat kalau mau ngejatuhin sesuatu hampir aja kena orang!” teriak Aiden, mendengar ucapan Aiden membuat wajah Lea berubah masam.
Nissa berbisik dalan hati “Waduh gawat kenapa mesti ada Kak Aiden dan Kak Kenzo, sih?- Iya Kak maaf saya enggak sengaja.”
“Nissa?” ucap Sherina pelan, seakan ia sudah tahu kalau Nissa di balik ini semua.
“Udah, Kak enggak pa-pa. Dia sahabat saya, saya yakin dia pasti enggak sengaja,” terang Sherina.
Tanpa berterima kasih Lea langsung pergi begitu saja meninggalkan Sherina, Kenzo dan Aiden. Nampaknya Lea semakin cemburu melihat Aiden yang seolah peduli kepada Sherina.
“Kok dia enggak bilang makasih ke lo?” Kenzo merasa heran.
“Oh enggak masalah, Kak. Harusnya saya yang makasih ke, Kakak. Karena, Kakak udah bantuin saya tadi,” ucap Sherina dengan senyum terpancar diwajahnya.
“Jangan lupa gue juga bantuin lo tadi!” celetuk Aiden lantas meninggalkan Sherina dan Kenzo.
Senyum dibibir Sherina kian tergelincir, Tapi gara-gara Kakak juga rencana Nissa berantakan dan Lea justru tambah marah sekarang. – bisik Sherin dalam hati, sambil matanya melotot ke arah Aiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherina Elzavira
Teen FictionSherina Elzavira merasa kehilangan pegangan hidup, ketika ayahnya meninggal dunia. Kondisi keluarganya semakin memburuk ketika ibunya mengalami ganguan mental dan mereka jatuh miskin. Di tengah keputusasaan, Sherina bertemu sang idola di sekolahnya...