BAB 5

46 8 2
                                    

Sepasang Sepatu

           Malam telah berlalu kini berganti menjadi pagi. Sepanjang jalan menuju sekolah, Sherina melihat orang-orang melakukan rutinitasnya masing-masing. Ada yang mau berangkat ke sekolah, berangkat kerja, atau sekedar jalan-jalan di pagi hari. Tumbuh-tumbuhan nampak segar nan menghijau, burung kian berterbangan, bahkan awan di atas sana nampak begitu cerah sangat bertolak belakang dengan perasaan Sherina. Setibanya di kelas, Nissa dan Lea nampak happy. Sedang Sherina sedari tadi hanya manyun-manyun saja. Nissa lalu menyenggol bahu Lea, seolah memberi kode nan bertanya sebenarnya Sherina ada masalah apa?

“Ada apa,  Rin?” tegur Lea.

“Gue kesel banget tahu!” celetuk Sherina, “Iya kesel karena apa?” Nissa sampai gemes sama Sherina.

“Panjang banget ceritanya, intinya gue kemarin bantuin kak Aiden yang hampir di gebukin warga.  Gara-gara kak Aiden enggak sengaja nabrak anak kecil,” urai Sherina.

“Terus,” serentak Nissa dan Lea.

“Terus pas udah gue bantuin nih, kak Aiden malah bikin gue kesel. Nyebelin banget pokoknya bukannya bilang makasih malah nyalahin gue!” gerutu Sherina.

“Mungkin kak Aidennya lupa aja  kali,” tepis Lea.

Sherina sempat melotot menatap Lea seusai mendengar tanggapan Lea,  kemudian Nissa bersuara, “Udah Rin, pesan gue  lo jangan terlalu benci sama kak Aiden. Karena katanya cinta dan benci itu beda tipis, bisa berabe kalo lo beneran suka sama kak Aiden!”

“Saingan dong kita kalo lo juga suka sama kak Aiden, Rin,” Lea cemberut.

“Udah ah. Masih pagi mending kita bahas yang lain aja,” alih Nissa.

Gue enggak mau hal itu beneran terjadi. Gue bahkan enggak bisa milih diantara kalian berdua- suara hati Nissa.

            Saat jam istirahat, Naren tiba-tiba masuk ke kelas Sherina. Dan sempat mencuri perhatian teman sekelas Sherina.

“Kak Naren, kak Aidennya mana? Kok dia enggak ikut?” tanya seorang siswi.

Sementara mata Naren seperti berkeliling, “Di mana Sherina?”

“Loh, Rin kak Naren ada perlu apa nyariin lo?” sontak Nissa.

Sherina hanya menggeleng kepala. Sementara si Lea sudah menatap Sherina dengan tatapan yang berbeda.

“Itu dia!” tunjuk Naren tersenyum tipis.

“Lo Sherina, kan? Ini ada sesuatu dari Aiden,” Naren lantas menyodorkan sebuah kotak berbalut tas berwarna pink.

“Ini apa, Kak?” tanya Sherina memutar-mutar kotak itu.

“Udah lo buka aja!” perintah Naren.

             Lea lantas menyilangkan tangan di depan dada, sembari melirik sedikit demi sedikit pada sesuatu yang Sherina buka. Beberapa waktu kemudian Sherina sempat ternganga mengetahui apa yang diberikan oleh Aiden kepadanya.

“Ini maksudnya apa ya, Kak?” tanya Sherina.

Hidung Naren berkerut, “Kalo itu gue juga kurang tahu. Tugas gue cuma sebatas ngasih ini ke lo aja.”

Sherina ElzaviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang