15. Gotcha!

185 26 4
                                    

"Surat-surat Anda telah sampai, Nona," lapor Sasame seraya menaruh nampan berisi surat di meja belajar Sakura. Bukan hanya satu, sebab ada tiga pelayan yang mengikuti Sasame, membawa nampan dengan isi yang sama.

Sakura duduk di meja kerjanya, menyusun surat-surat yang baru saja dia terima berdasarkan beberapa kategori, lalu membaca surat itu satu persatu. Beberapa surat undangan minum teh; beberapa surat dari kolega bisnisnya; dan beberapa surat cinta yang disertai dengan ucapan pujian yang berlebihan.

Dia tersenyum kecut saat membaca salah satu surat cinta yang datang dari seorang bangsawan muda. Namun, senyumnya segera memudar ketika dia mengingat alasan mengapa dia harus menghancurkan citranya sendiri.

Sakura benar-benar populer. Citranya sungguh membanggakan. Jika dipikirkan ulang, memang sangat disayangkan-nama sebaik itu harus dirusak. Akan tetapi dia lekas menyangkal semua itu. Apa yang dirinya lakukan sekarang: demi kebaikan semua orang dan kekaisaran. Demi mencegah pecahnya perang yang akan memakan banyak korban jiwa dan memporak porandakan perekonomian.

Dengan tekad yang bulat, Sakura memutuskan untuk mengubah penampilannya. Dia akan mengubah citranya yang sempurna menjadi gadis nakal yang suka berfoya-foya, yang jauh dari citra wanita anggun yang selama ini dia tunjukkan. Ini adalah langkah berani yang diambilnya demi kebaikan kekaisaran, meskipun dia tahu akan mengorbankan popularitasnya sendiri.

Selesai membaca semuanya, Sakura pun terdiam seraya berpikir, memandangi surat-surat itu. Bertukar surat merupakan kebiasaan para bangsawan, bertujuan untuk menjalin dan memperkuat aliansi politik serta bisnis antar keluarga bangsawan.

"Menurutmu, undangan mana yang harus saya terima? Salon mana yang paling terkenal?" tanyanya pada Sasame. Berdasarkan pengamatannya, Sasame merupakan seorang dayang yang cerdas, tidak, bukan hanya sekadar dayang, dia yakin lebih dari itu. Sebab Sasame memiliki lebih banyak pengetahuan tentang dunia sosial bangsawan dari sekadar seorang dayang. Bisa dikatakan, Sasame mungkin merupakan teman diskusi Sakura, dahulu.

"Saya sarankan, Salon Tuan Madoka, Nona. Salon itu yang paling populer dan selalu ramai diikuti bangsawan kelas atas maupun menengah. Ada banyak bangsawan berpengaruh yang tak pernah absen menghadiri salon tersebut. Nona, juga tidak pernah absen," jelas Sasame.

Sakura pun mengangguk, memilih undangan pertemuan Tuan Madoka. Dia membalas surat itu dengan formal, lalu mengakhiri dengan menyetempel surat tersebut dengan lilin dan cap keluarga guna menunjukan keabsahannya.

Kini gilirannya membalas surat-surat dari bangsawan pria yang berlomba-lomba memikat hatinya. Jika dulu dia akan membalas surat-surat tersebut dengan formal dan sopan, maka kini Sakura akan membalasnya dengan sedikit nakal. Memberikan para laki-laki itu harapan palsu, menjadi seorang wanita yang suka mempermainkan hati pria.

Selesai dengan urusan persuratan, Sakura memikirkan ulang rencana untuk mengubah citranya. Dia akan menghadiri salon Tuan Madoka dengan seseorang yang kontroversial. Meskipun langkah ini penuh dengan risiko, Sakura percaya bahwa ini adalah hal yang harus dilakukannya.

"Nona, untuk apa kita datang ke tempat ini?" tanya Sasame yang merasa risih pula cemas.

"Diamlah, Sasame! Saya harus membawa pasangan ke Salon Tuan Madoka." Pandangan Sakura menyusuri tempat itu, bak mencari mangsa.

"Itu tidak perlu, Nona. Biasanya juga Anda tidak pernah berpasangan dan kalaupun harus, kenapa Anda memilih tempat ini? Ada banyak bangsawan yang ingin menjadi pasangan Anda. Kenapa kita harus mencarinya di sini?" Sasame menatap ngeri suasana penginapan kumuh itu yang dipenuhi pria dan wanita dengan pakaian tak beretika. Tempat ini merupakan rumah pelacuran berkedok penginapan. Ada banyak PSK dan gigolo yang siap disewa kapan pun di sana.

Sakura memijat sisi kepalanya. Sasame benar-benar berisik. Seharusnya dia tidak membawanya sejak awal. Kalau saja Sasame tidak merengek, meminta dibawa. Mengesalkan, padahal gadis itu sudah berjanji tidak akan banyak berkomentar. Namun, baru saja mereka berdua memasuki penginapan, dia sudah banyak memberengut.

Penginapan itu dipenuhi orang-orang yang mabuk. Kedatangan Sakura menarik banyak perhatian. Namun tak lama kemudian, hanya sedikit dari mereka yang menatapnya, sebab kehilangan minat, kembali mengobrol satu sama lain.

Perhatian Sakura tertuju pada salah satu sudut tempat itu. Seorang pria duduk sendirian dan jika dilihat dari penampilannya, sepertinya dia seorang gigolo. Sakura tersengih. "Gotcha!" ucapnya yang membuat Sasame mengernyit, karena tak mengerti apa yang tuannya katakan.

The Cruel Crown Prince (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang