28. Marah

110 16 2
                                    

Kiba no Inuzuka adalah tangan kanan Uchiha Sasuke alias Garnet, yang selalu mengikuti Sakura ke mana pun. Dia dan Sasuke sudah mengetahui perihal Ebisu–si mata-mata yang dikirim oleh Duke Hiruzen Sarutobi. Sebelumnya, Sasuke telah memerintahkan Kiba yang dia tugaskan untuk menjaga Sakura untuk turut mengawasi Ebisu. Namun, sekarang Sasuke telah mengubah perintahnya. Dia ingin Ebisu berhenti mengawasi dan melaporkan aktivitas Sakura kepada Duke.

“Yang Mulia Pangeran ingin kamu berhenti memata-matai Nona Haruno,” jawab Kiba dengan air muka serius.

“Bagaimana dengan Duke? Apakah beliau sudah tahu?” Ebisu menatap Kiba penuh minat.

Sehari sebelumnya ….

“Mustahil manusia bisa berubah dengan cepat. Terlebih dia bukan gadis biasa. Bagaimana mungkin gadis yang berwibawa, cerdas, dan berdedikasi sepertinya menjadi sampah? Aku yakin ada yang dia ketahui. Bisa jadi rencana kita untuk menggunakannya telah bocor,” sungut Duke Sarutobi sembari menyapu meja kerjanya penuh marah. Napasnya terengah-engah dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus.

“Yang Mulia, tangan Anda …. “ Dekai terkejut melihat darah menetes dari tangan Duke–tuannya, tangan pria paruh baya itu tergores pisau surat. “Cepat panggilkan dokter!” serunya pada pelayan yang baru saja masuk untuk menyajikan teh.

Citra baik Sakura yang kini memburuk membuat sang duke harus memikirkan cara lain untuk menghancurkan musuh-musuhnya. Sial! Padahal gadis itu merupakan alat yang bagus untuk menghancurkan Haruno dan Kaisar. Kehancuran keluarga Haruno akan menciptakan gelombang besar yang akan menggoyahkan petinggi-petinggi penting dalam koalisi Kaisar.

“Dan kenapa Sasuke selalu berada di sekitarnya? Apa yang dia inginkan dari gadis itu?” Duke meremas kepalanya frustrasi dengan tangan dan tubuh yang sudah gemetaran karena dikuasai emosi.

“Tenangkan diri Anda, Yang Mulia. Saya yakin Yang Mulia Pangeran mempunyai rencana. Beliau bukan tipe orang yang akan bergerak jika tidak memiliki tujuan,” ucap Dekai menenangkan Duke Sarutobi.

“Apa kamu yakin?”

“Tentu.”

Duke Sarutobi sedang uring-uringan belakangan ini. Sudah lebih dari dua puluh tahun dia menunggu momen ini: saat kepercayaan rakyat terhadap Kaisar memudar. Korupsi merajalela dan pasar gelap semakin berkembang. Ini adalah waktu yang tepat untuk menggulingkan Kaisar dan mengembalikan tahta kepada yang berhak.

Akan tetapi, rencana awalnya tiba-tiba terhalang. Keluarga Haruno–yang sebelumnya menutup mata terhadap kematian Kaisar terdahulu–telah berkhianat dan kini mengabdi pada Kaisar sekarang. Keluarga yang terkenal akan keadilannya tanpa pandang bulu itu justru memalingkan wajahnya dari kasus pembunuhan Kaisar terdahulu dan menyatakan itu sebagai murni kecelakaan. Duke tidak akan pernah melupakan pengkhianatan keluarga Haruno terhadap mendiang Kaisar.

“Selamat malam, Ayah,” ucap Sasuke saat memasuki kamar Duke Sarutobi. “Dekai mengatakan bahwa Anda terluka. Bagaimana keadaan Anda sekarang?”

“Entahlah. Karena bukan hanya tubuhku yang terluka, tetapi juga hatiku,” jawab Duke yang memalingkan wajahnya dari Sasuke.

Sasuke menatap sedih tubuh renta Duke Sarutobi. Tangan kekar yang selalu melindunginya dan wajah berwibawa yang senantiasa tersenyum, kini penuh keriput dan kerutan. Dia berharap ayahnya bisa beristirahat dan menikmati masa tuanya, tanpa terus memikirkan urusan tahta. Sasuke ingin meminta sang ayah untuk menghentikan rencananya.

“Rencana kita sudah gagal. Sakura sudah mengetahui semuanya,” kata Sasuke tanpa basa basi.

“Maksudmu, apa?” Duke menatap Sasuke antara bingung dan frustrasi.

“Dia sengaja mengubah citranya untuk menipu semua orang. Supaya orang-orang memandangnya seperti yang dirinya inginkan.”

Duke bangun dari petiduran. “Mustahil dia mengetahui rencana kita. Kita tidak pernah mengatakannya pada siapapun," ucapnya dengan suara bergetar, gusar. Tiba-tiba, matanya menyipit curiga. "Tunggu … apa mungkin kamu yang membocorkannya? Karena sebelumnya kamu mengatakan, sudah tidak menginginkan tahta!” Suaranya semakin meninggi. "Apakah itu semua perbuatanmu?! Kamu sengaja menusukku dari belakang?!” serunya, matanya melotot dan tangan gemetar karena marah.

“Itu tidak benar. Saya tidak seperti itu,” sangkal Sasuke dengan cepat, matanya menatap ayahnya penuh kekhawatiran. Dia tidak mau ada kesalahpahaman di antara mereka. “Aku mengatakan semua itu karena aku mengkhawatirkan keselamatan Ayah. Aku tidak ingin Ayah mati seperti Yang Mulia Kaisar terdahulu.” Itu yang ingin dia katakan, tetapi hanya sanggup dia ungkapkan di dalam hatinya. Pikiran tentang kehilangan satu-satunya orang yang dia sayangi begitu mengerikan, dan Sasuke tidak dapat membayangkan bagaimana hidupnya tanpa sang ayah. Seketika saja wajahnya yang semula diliputi kecemasan, kembali berubah dingin.

“Terserah.” Sasuke berbalik–merasa putus asa mengubah pikiran ayahnya–tetapi berhenti sejenak dengan tangan memegang knop pintu. “Tarik Ebisu. Suruh dia berhenti memata-matai Sakura,” ucapnya dengan raut wajah tanpa ekspresi. Setelah menyampaikan tujuannya, Sasuke pergi begitu saja, meninggalkan Duke yang sekali lagi dirasuki kemarahan.

The Cruel Crown Prince (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang