Chapter 12

611 92 8
                                    

Yang kelihatan cuma pakaian.

Supra dan (Name) pun terdiam, saling pandang dengan pertanyaan yang sama di benak mereka. Lalu menatap Mia secara bersamaan, yang ditatap cuma natap balik.

"Apa? Bener 'kan gak ada apa-apa?" ujar Mia

"Dari tadi tuh kenapa panik?" tanya Supra

"Eeeer, gak. Udah ah keluar kalian." ucapnya sambil mendorong kedua orang yang lebih tua itu darinya, lalu menutup pintu dari dalam.

"Heh, bukan berarti kamu udah lepas, ya, Mia."

"Udah lah, Sup. Curiga banget sama Mia." ucap (Name)

"Gimana gak curiga, dia udah segede itu masa gak bisa berulah di belakang? Apalagi tadi kelihatan mencurigakan banget," sahutnya

"Yaa, iya sih ... tapi ada baiknya jangan terlalu curiga, apalagi itu adik kamu. Kamu gak percaya sama adik kandung kamu sendiri?"

"... Gak percaya dikit."

(Name) geleng-geleng kepala. "Masak aja yuk."

"Oke."

Sementara itu, Mia yang sudah mengunci pintu menghampiri pintu balkon, membuka pintu itu lalu menarik kain-kain yang saling terikat hingga menjadi tali panjang dan menapak tanah. Dapat dipastikan kalau Wijaya sudah kabur lewat balkon di kamar Mia.

Mia kembali ke dalam dengan kain yang banyak itu, lalu mengambil handphone-nya.

"Halo, gimana? Aman?"

"Siap, aman."

"Udah pakai sendal, 'kan?"

"Udah lah. Yakali aku nyeker di jalanan."

"Syukurlah ..."

"... Kamu sendiri, aman?"

"He'em. Udah ya gitu aja, babay."

"Iyaa, bayy."

=====

Besoknya, cuma hari biasa, tak ada yang rasanya istimewa bagi (Name). Kerja dari pagi sampai jam dua siang, lalu pulang.

Namun, untuk kali ini (Name) memutuskan untuk mampir dulu ke lapangan kota. Di lapangan itu sedang ramai, bukan hal yang aneh lagi sih. (Name) memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di situ, sekalian menggerakkan beberapa bagian tubuhnya. Meski masih memakai pakaian kerja, (Name) melapisinya dengan hoodie, berhubung cuaca sedang panas.

Makin panas makin tertutup.

Lama-lama, karena merasa dahaga, (Name) mampir ke salah satu indoapril di dekat lapangan untuk membeli air. Di situlah ia ketemu ... Wijaya.

'Wijaya mulu, kenapa gak Supra aja?'

"Eh, sendiri nih?" tanyanya, berbasa-basi.

"Kayak yang kelihatan."

"... Kelihatannya sih gak lagi sendiri, soalnya ada aku."

(Name) cuma memberi ekspresi kedua sudut bibir yang lurus ke samping. "Ngapain ada di sini? Maksudku, gak kerja atau kuliah, gitu?"

Wijaya menggeleng. "Aku lagi free hari ini, jadi jalan-jalan aja. Kamu sendiri?"

"Aku baru pulang kerja."

"Ohh ... jalan bareng yuk. Sendiri pasti bosen."

'Biasa aja perasaan dari tadi.' batin (Name). Lalu, (Name) cuma iya-iya.

Sehabis membeli-beli di situ, mereka keluar dari indoapril, melanjutkan jalan-jalan kaki di lapangan. Mereka memutuskan untuk duduk dulu di hamparan rumput.

Perforce [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang